Bagian 29

253 6 0
                                    

Pagi harinya kedua orang tua Farel dan mertuanya sudah bersiap untuk kembali ke Inggris. Karena memang Juan dan dan yang lainnya menjadi pengusaha disana. Selain itu juga Winata akan menjalani pengobatan.

"Oma ingin bertemu dengan Arkan. Waktu makan malam ia juga tidak keluar. Oma curiga sama kalian berdua" ucap Oma Arin.

"Oma ku sayang, bang Arkan sedang istirahat. Oma kan tahu kalau ia lagi galau bisa-bisa kita kena imbasnya. Oma ini tidak tahu bang Arkan saja" ucap Alif merayu omanya.

"Panggilkan Arkan Lif" perintah Juan. Kalau juan sudah berkata Alif tak mampu menolak. Karena kakeknya yang satu ini galak minta ampun.

"Itu bang Arkan. Mas." Ucap Nadia

Arkan keluar dari kamar yang ia tempati dengan pakaian casual. Ia begitu rapi dan tampak segar.

Arkan melihat semua orang berkumpul. Ia cukup pintar untuk mengenal mereka. Karena Ayahnya memperlihatkan foto mereka sewaktu dimobil kemarin.

"Pada mau kemana?" Tanya Arkan.

"Mereka mau pulang bang, kakek mau pengobatan" jawab Alif. Ia wadpada jika Arkan tak mengenal mereka.

"Siapa yang sakit? Memang sakit apa?" Tanya Arkan.

"Aduh abang masa lupa sih. Kakek winata kan sakit jantung. Kebanyakan tidur sih" ejek Alif.

Arkan tertawa benar kata Alif semalaman ia tertidur pulas. "Arkan, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Winata. Ia melihat gelagat aneh dari Arkan. Ia merasa seperti tidak mengenali cucunya.

" Saya sehat"

" tuh kan Kek, oma bang Arkan baik-baik saja. Sebaiknya kalian berangkat sekarang" ucap Alif.

"Cucu kurang ngaja kamu Lif. Ceritanya mengusir kami? Ha!" Ucap Winata

Alif tertawa.

"Kalian hati-hati. Kakek harus banyak istirahat dan banyak makan yang begizi. Jangan lupa olahraga juga" ucap Arkan.

Ini adalah moment yang langka sikap Arkan tak pernah seperhatian ini kecuali kepada kedua orang tuanya. Winata yang semakin yakin ada yang berbeda dari Arkan.

"Saya antar ya?" Tawar Arkan

"Eh bang kita kan aja janji mau jalan pagi ini. Biarlah mereka pergi diantar supir. " cepat-cepat Alif mencela.

Farel sedari tadi diam ia tersenyum melihat putra keduanya. Sama persis seperti mendiang istrinya. Pintar sekali drama.

"Sudah cukup drama ini. Kami pamit jaga diri kalian baik-baik. Kamu juga Arkan jangan berlarut dalam kesedihan" ucap Juan.

Setelah merek pamit barulah Alif bernapas lega. "Ayah sengaja buat aku jantungan di umur yang muda" ucap Alif

Farel tertawa " sepertinya kamu cocok menjadi aktor ketimbang dokter" ucap Farel

Alif mencibir ayahnya. "Anak dalam bahaya diam saja" gumam Alif.

"Jangan mengumpat didepan Ayah" peringat Farel.

Arkan yang melihat itu tertawa. "Kata siapa kakek winata galak. Dia baik" ucap Arkan.

"Abang tidak tahu saja kalau tanduknya sudah keluar" ucap Alif yang dihadiahi cubitan Nadia.

"Mas aku mau tinggal disini lagi. Dirumah sendirian aku takut. Ya ya kita tinggal disini lagi" bujuk Nadia.

"Iya sayang, kamu mau tinggal dimanapun terserah" ucap Alif.

Nadia memeluk Alif. Arkan tersenyum melihatnya " Bang nanti siang kita ke cabang resto Bunda. Pagi ini Alif mau check pasien dulu. Ayah juga mau ke kantor" ucap Farel

AMANDA DAN ARKANA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang