Bagian 25

265 7 0
                                    

Suara gelak tawa ditaman rumah Arkan membuat seseorang yang baru saja masuk keperkarangan rumah Arkan tampak penasaran.

"Non Manda" Bi Ani menunda penasaran Manda untuk melihat tawa itu.

"Kakek dimana Bi? Manda mau mengantar berkas kantor" ucap Manda

"Di ruang kerja non. Mari masuk non" ucap Bi Ani.

Manda terenyum ia sudah terbiasa datang kerumah ini. Kenangan dua tahun silam masih ia simpan.

Bruk... huaa daddy

Mada terkejut ketika ada yang menabrak kaki dari belakang. Ia mendapati seorang anak kecil yang sudah terduduk dengan mata berkaca-kaca. Anak itu sudah menangis keras.

Daddy..hikss daddy mommy hikss. Bukan  Reina namanya kalau tangisannya memenuhi seisi rumah Arkan.

Arkan yang mendengar anaknya menangis langsung menghampiri Reina. Tanpa Arkan sadari orang yang bediri didepannya sudah seperti patung. " Sayang kamu kenapa? Apa yang sakit?" Tanya Arkan yang masih fokus pada anaknya

Bukannya berhenti menangis Reina malah menangis kencang.

Seorang wanita datang dari kamar bagian atas. Ia turun tergesa-gesa ketika mendengar putrinya menangis. Nadine langsung menghampiri Reina yang menangis dalam pelukan  Arkan. "Kamu kenapa sayang. Pasti daddy mu kan?" Nanti mommy jewer. Kamu diam ya nanti kita beli es krim sama mainan" ucap Nadine pada Reina.

Lihatlah sekarang Reina mendadak diam. Ia tak habis pikir Reina mudah sekali di suap.
Sementara Amanda yang masih berdiri kaku itu masih tidak percaya apa yang ia lihat. Ia berharap hanya mimpi. Arkan berdiri melihat kaki jenjang yang berada tepat didepannya.

Deg. Deg. "Manda"  batin Arkan.
Sebisa mungkin Arkan memasang wajah datar. Sementara Nadine yang baru melihat Amanda tak kalah terkejutnya " Mommy. Eina tuh ja tuh. Ala-ala nte ni" ucap Reina sambil menunjuk Amanda.

"Amanda. Kakek menunggu kamu di ruang kerja. Mana berkas yang kakek minta"  Ucapan kakek winta membuyarkan pikiran Amanda yang kaku tadi. Ia langsung menoleh kearah kakek Winata.

"I..ni kek" Manda mendadak gugup.

Winata tersenyum melihat kegugupan Amanda. Ternyata ia melihat Arkan di belakang Amanda.

"Reina kenapa Ar?" Tanya Winata pada Arkan.

" Biasa anak kecil. Ceroboh" ucap Arkan langsung pergi dari hadapan mereka tanpa melihat Amanda.

Sama halnya dengan Nadine ia membawa Reina keatas tanpa izin pamit keatas. Nadine tahu jika kehadirannya tidak disukai Kakek Arkan.

Winata lagi-lagi mendapati menantu kesayangannya  sedang mengikuti arah pergi Arkan dan Nadine.

"Apa yang kamu lihat itu benar adanya. Arkan kembali ia selamat dari kecelakaan pesawat. Kata Arkan Reina itu putrinya" ucap Winata seolah tahu apa yang dipikirkan Amanda.

Amanda izin pulang ia membatalkan rapat pagi ini. Hatinya berkecamuk pikirannga buyar. Air matanya tiba-tiba lolos begitu saja. " Aku senang kak Arkan masih hidup. Tapi kenapa hatiku sakit melihat anak kecil itu memanggilnya daddy dan wanita itu ya wanita itu sahabat kak Arkan bernama Nadine. Tapi kenapa ia memanggilnya Daddy." Gumam Manda didalam mobil.

Sedari tadi Arkan berdiri di balkon menatap mobil yang masih terpakir di halaman rumahnya. Ia tahu wanita itu sudah masuk kedalam mobil tapi kenapa tidak pergi juga.

"Ehem. Yang bakal gagal move on nih" ucap Nadine berdiri dibelakang Arkan. Nadine heran pada dirinya sekarang. Rasa cinta yang begitu amat dalam pada Arkan kini kian hilang. Entah apa penyebabnya.

AMANDA DAN ARKANA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang