Bagian 20

277 7 0
                                    

Sudah tiga hari hari semenjak pertengkaran itu Amanda sama sekali tidak keluar kamar. Ia selalu saja menangis memikirkam semuanya. Rasa bersalah sekaligus penyesalannya. Kakeknya sudah terlanjur kecewa dengan dirinya yang memutuskan untuk berpisah dengan Arkan.

Pintu selalu saja terketuk baik mamanya atau papa manda selalu membujuk Manda untuk keluar. Ponsel Manda selalu berdering siapa lagi kalau bukan Fahri yang menghubunginya.

"Manda, buka pintunya Mama ingin masuk" teriak Ayu

Sudah ketiga kali Manda mendengar mamanya dengan langkah kecil ia membuka pintu.
Mamanya langsung memeluk Amanda.

"Kami khawatir dengan mu, Nak. Kamu bisa memperbaiki semunya sebelum terlambat. Mama tahu ini bukan keputusan yang kamu inginkan. Mama tahu kamu terpaksa. Bicara sama kita" ucap Ayu.

Manda hanya bisa menangis dipelukan mamanya.

"Pikirkan semua baik-baik Manda. Arkan sangat mencintai kamu. Dia adalah laki-laki yang sangat menghargai wanita. Buktinya waktu insiden itu kamu tidak dikasarinya. Padahal kami semua khawatir saat Arkan membawa pistol" ucap Ayu

"Ma. Sudah. Manda tidak ingin mendengar apapun itu" ucap Manda.

"Telpon rumah berbunyi terus. Itu dari kantor Arkan. Tadi mama yang menjawab. Katanya kamu harus menghantarkan berkas beberapa bulan lalu kepada bu Dewi. Beliau pesan kam" ucapan Ayu terhenti ketika melihat Manda panik

"Manda baru ingat!. Manda bersiap dulu" ucap Manda langsung berlari ke kamar Mandi.

Sementara di tempat lain Arkan masih tidur akibat ia menghabiskan malamnya di club.

"Arkan! Bangun. Papa sebentar lagi pulang bisa gawat kalau dia tahu lho mabuk dan tidur disini" omelnya

"Mbak Dinda berisik. Aku masih ngantuk" gumam Arkan setengah sadar.

Kesabaran dinda sudah habis terhadap sepupunya ini. Ia tahu kabar perceraian Arkan dan Manda. Inilah yang menyebabkan Arkan sampai seperti ini.

Dinda memercikan air sehingga Arkan terpaksa bangun. Arkan mengumpat kesal.

"Bangum gak? Atau mbak seret keluar dari kamar ini" ucap Dinda

Arkan dengan langkah sempoyongan masuk kedalam kamar mandi. Sementara Dinda sudah panik mendengar mobil ayahnya pulang.

Arkan sudah rapi dengan pakaiannya, untunglaj ada beberapa pakaian yang tertinggal dirumah ini.
Arkan melihat tak ada lagi wanita yang sibuk mengomelinya tadi. Ia mengernyit ketika melihat map berlogo rumah sakit milik ayahnya. Arkan penasaran ia membuka map tersebut  betapa terkejutnya ia melihat nama Nadine tertera sebagai pemindahan pasien ke rumah sakit di Australia.

"Arkan! Apa yang kamu lakukan" ucap Dinda ketika melihat Arkan memegang map biru itu.

"Jelaskan maksudnya apa ini mbak? Nadine masih hidup? Jawab Mbak " tanya Arkan

"Nadine sudah meninggal Ar. Waktu ia dipindahkan" ucap Dinda

Arkan langsung memeluk Dinda. "Mbak tahu, Aku tidak punya siapa2 lagi. Bunda, Nadine pergi selamanya. Bahkan istri Arkan sendiri tega membuat Arkan seperti ini. Tidak pernahkah Arkan mendapat kebahagiaan" ucap Arkan menangis.

"Arkan. jodoh, maut, rezeki sudah ada yang mengatur, kamu pasti tahu itu. Kembalilah seperti Arkan yang kami kenal dulu, yang selalu melibatkan sang pencipta setiap apapun" ucap Dinda.

"Kenapa Manda memperlalukan Arkan seperti ini kak. Apa sesakit ini mencintai dia" ucap Arkan

"Dia pasti punya alasan kuat yang kita tidak tahu" ucap Dinda

AMANDA DAN ARKANA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang