"Allah telah menentukan takdir masing-masing hambanya. Aku berharap pertemuan kita kembali akan menjadi takdir yang indah suatu saat nanti"__Malaika Farida Najwa__
_ _ _
Aku menatap kaum adam di depanku dengan terkejut. Bibirku berulang kali mengucap istighfar dibalik cadar, mencoba menenangkan diri setelah baru saja aku bertemu kembali dengan dia dari masa laluku. Dia yang dulu pernah mengisi kekosongan hati, dia yang akhirnya membawaku pada titik terindah dalam kehidupan. Hidayah Allah.
"Bagaimana menurutmu nak, apa kamu mau menerima pinangan nak Fadlan?"
Suara itu menyadarkanku dari pikiran tentang dia. Aku menatap Jihan yang nampak tersenyum malu di depanku. Sahabatku itu sudah pasti akan menerima pernikahan ini.
"Iya abi, Jihan menerimanya."
"Alhamdulillah."
Semua orang terlihat senang dengan jawaban yang Jihan katakan begitu pula dengan laki-laki yang baru saja melamarnya. Dia Fadlan, seseorang dari masa laluku yang sebentar lagi akan menjadi mahram sahabatku. Dia adalah sosok yang selama ini selalu membuatku menumpuk dosa akibat berzina pikiran karena selalu mengingatnya. Dia yang selalu kutunggu namun ternyata sudah pergi ke lain hati. Ingin rasanya aku menangis tapi kondisi sekitarku membuatku mengurungkan niat. Bagaimana mungkin aku menangis di depan keluarga Jihan dan Fadlan?
Akupun memilih untuk diam seolah tak terjadi apa-apa. Padahal sekarang hatiku jelas sedang sekarat. Jantungku berdetak tidak sesuai dengan ritme biasanya. Aku beberapa kali menghela napas sambil mengucap kalimat istighfar. Perasaan cemburu menyelimuti ketika kudapati Jihan dan Fadlan saling curi-curi pandang. Mereka nampak seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Masyaallah kenapa hal ini harus terjadi padaku? Kucengkram erat gamisku sambil memejamkan mata. Aku sudah tak sanggup lagi.
"Ji aku ke toilet ya." Jihan menatapku dengan alis bertaut, tangannya meraih lenganku. "Jangan lama-lama ya, aku takut kalo sendirian."
Aku mengangguk, setelah Jihan melepaskan pegangan tangannya akupun cepat-cepat pergi ke kamar mandi. Kulihat wajahku yang terbalut cadar berwarna hitam di depan cermin. Buliran air keluar dari celah mataku tanpa permisi. Dengan sigap aku menghapusnya. Aku tak boleh seperti ini disaat sahabatku tengah bahagia-bahagianya. Seharusnya aku melupakan sosok Fadlan sejak awal. Seharusnya aku tak meninggalkan jejak rasa untuknya di dalam hati. Jika dari dulu aku sudah melupakannya maka kejadian hari ini tak akan terjadi.
"Istighfar Najwa."
Hanya itu yang bisa kukatakan untuk menguatkan diri. Tanganku membuka keran lalu membasuh mataku dengan sedikit air. Setelahnya akupun kembali ke ruang tamu. Ketika sampai di depan pintu yang membatasi antara ruang tamu dan ruang keluarga, aku melihat dari kejauhan laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi mahram sahabatku. Senyumnya memperlihatkan kebahagiaan yang tak terkira. Tiba-tiba saja kenangan-kenangan ketika dulu kami bersama kembali berputar dalam ingatan. Dia yang dulu pernah berjanji akan meminangku di depan abi dan umi sekarang justru meminang gadis lain di depan mataku sendiri. Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dengan langkah pelan aku berjalan menuju tempat Jihan berada.
"Lama banget sih Naj, aku bingung nih mau ngapain kalo nggak ada kamu." Jihan menarik tanganku dan menyuruhku duduk disampingnya. Dia memang memintaku terus bersamanya selama acara lamaran hari ini. Sifatnya yang mudah gugup dan tiba-tiba menjadi bisu ketika berbicara dengan keluarga Fadlan membuat Jihan memintaku tetap bersamanya hingga acara lamaran ini berakhir. Aku tak pernah merasa terbebani dengan permintaannya apalagi dalam acara pernikahan ini aku memiliki andil dalam dekorasi bunga pernikahan. Namun sekarang semuanya berbeda, pertemuanku dengan dia membuatku tidak dalam keadaan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahram Untuk Najwa (END)
Spiritual(MUN 1) Fadlan dan Najwa yang sempat berpacaran saat masih duduk di bangku SMA dipertemukan kembali setelah waktu membawa mereka sangat jauh. Najwa yang telah hijrah dan mengenakan cadar membuat Fadlan tidak mengetahui kehadirannya saat mereka perta...