"Dalam surat-surat inilah aku akan bercerita tentang banyak hal yang kamu belum tahu. Termasuk tentang malaikat kecil kita."
_Malaika Farida Najwa_
_ _ _
Aku masih tetap pada posisi yang sama. Menangis sambil memeluk surat yang mas Fadlan tulis. Surat itu seolah menarikku kembal pada saat-saat dimana mas Fadlan masih berada disini. Ungkapan perasaannya untukku malam itu juga ia tuangkan pada secarik kertas itu. Setiap kata yang ia tulis seperti meyakinkanku akan perasaannya. Mas Fadlan benar-benar mencintaiku. Ia mencintaiku karena Allah.
"A-aku merindukanmu mas."
Rindu. Kata itu mampu mendeskripsikan apa yang kini tengah kurasakan. Aku merindukan mas Fadlan. Aku merindukan suaranya. Aku merindukan sosoknya dalam kehidupanku. Aku sangat merindukannya. Rindu ini bahkan sudah tak bisa kujelaskan lagi. Sebulan tanpa kabar apapun darinya sudah cukup membuatku putus asa. Mas Fadlan sangat pintar menyembunyikan diri. Aku tidak tahu dia kemana.
"Ada banyak hal yang ingin kuceritakan mas. Tolong kembalilah."
Cerita yang ingin kuberitahu padanya sangat banyak. Terutama tentang kebenaran bahwa sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah. Jika saja aku memiliki sedikit waktu untuk bertemu dengannya lagi, aku ingin memberitahunya tentang anak kami. Malaikat kecil yang masih berada di dalam perutku. Keberadaanya pasti akan membuat mas Fadlan bingung. Dia masih tidak tahu apa-apa tentang malam itu. Malam yang hanya aku, mbok Asrih dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang mengetahuinya.
"Jangan nangis Najwa." Aku menguatkan diriku sendiri. Kuhapus air mataku dengan cepat. Aku tidak boleh terus menangis
Kuambil kertas dan pulpen dari meja kerja mas Fadlan. Aku ingin membalas surat yang mas Fadlan tulis."Semoga mas bisa membaca surat ini suatu saat nanti," ucapku.
Jakarta, 01-20-2020
Assalamualaikum mas
Bagaimana kabar mas? Aku harap mas selalu baik-baik saja. Hari ini aku menemukan sesuatu dibalik foto wanita yang tengah melihat senja di pesisir pantai malimbu. Aku tahu itu fotoku. Kapan mas mengambilnya? Jujusr saja, aku bahagia ketika membaca surat dari mas. Seandainya mas yang menyampaikannya langsung, aku pasti akan semain bahagia. Tapi sekarang aku tidak tahu mas ada dimana. Dimana pun mas berada, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku juga mencintai mas. Maaf karena aku tidak bisa berhenti mencari dan menunggumu mas. Aku akan tetap disini dan menunggu kamu kembali. Pulanglah mas.
Aku meletakkan pulpen di atas meja. Tulisanku sudah rampung. Apa yang ingin kusampaiakan sudah kutulis dalam surat ini. Aku tidak bisa memberikan surat ini kepada mas Fadlan. Oleh karena itulah, aku akan menyimpan surat ini di kamarnya. Tepatnya akan kutempel di dinding kamar. Setiap hari aku akan selalu datang kemari. Menulis surat dan menempelkannya di dinding. Aku harap mas Fadlan akan melihatnya. Karena dalam surat-surat yang kutulislah, ceritaku akan dimulai. Cerita ketika aku hidup tanpanya. Tanpa mas Fadlan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahram Untuk Najwa (END)
Spiritual(MUN 1) Fadlan dan Najwa yang sempat berpacaran saat masih duduk di bangku SMA dipertemukan kembali setelah waktu membawa mereka sangat jauh. Najwa yang telah hijrah dan mengenakan cadar membuat Fadlan tidak mengetahui kehadirannya saat mereka perta...