PART 53 ~Maaf~

102K 6.2K 1.2K
                                    


"Aku seharusnya jujur dari awal. Bukannya malah terus berbohong dan membuat masalah yang semakin besar."

_Malaika Farida Najwa_

_ _ _

Najwa

"Siapa Azam sebenarnya?"

Nafasku tercekat kala mendengar mas Fadlan bertanya tentang Azam. Ponselku bahkan hampir terjatuh jika saja aku tidak cepat menahannya dengan kedua tangan. Ada apa ini? Kenapa mas Fadlan tiba-tiba bertanya tentang Azam? Apa dia sudah mengetahui sesuatu tentang Azam?

"Aku-"

"Datanglah ke rumah. Aku menunggumu disini."

Rumah? Apa mas Fadlan sudah membaca semua surat yang kutulis untuknya? Tanganku bergetar. Aku tidak menyangka semuanya akan secepat ini. Baru tadi pagi aku bertemu dengannya di bandara dan sekarang dia sudah mengetahui kebenaran tentang Azam. Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana reaksiku sekarang. Aku kaget karena semuanya datang terlalu tiba-tiba.

Aku masih belum siap jika bertemu dengannya lagi. Pertemuan singkat kami di bandara tadi bahkan membuat mataku membengkak. Apalagi jika aku bertemu dengannya lebih lama. Mas Fadlan pasti akan mengajukan banyak pertanyaan. Aku takut runtuh sebelum dapat menjawab pertanyaan darinya satu perstu.

"Aku tidak bisa mas."

Tentu saja aku tidak bisa. Sekarang aku bukanlah istri dari mas Fadlan lagi. Aku tidak bisa langsung datang ketika ia menyuruhku. Seseorang sudah meminangku. Aku dan mas Faiz sebentar lagi akan menikah. Aku tidak ingin menyakiti perasaannya dengan bertemu mantan suamiku sendiri.

"Berikan ponselmu kepada Faiz."

Aku mengerutkan kening.

"Untuk apa mas?"

"Berikan saja."

Aku melihat ke setiap penjuru rumah. Aku sekarang tengah berada di rumah umi Asma. Situasi di rumah sekarang sangat ramai. Semua orang terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing. Pernikahanku semakin dekat. Persiapannya sudah dilakukan jauh-jauh hari. Begitupula dengan hari ini. Mas Faiz juga nampak sibuk. Baik dengan panggilan dari ponselnya maupun dengan persiapan pernikahan kami. Aku merasa tidak enak jika mengganggunya.

"Mas bisa berbicara denganku."

"Aku harus berbicara dengan Faiz."

"Mas Faiz sedang sibuk."

"Kalau begitu beritahu aku dimana kalian sekarang, aku akan datang kesana."

Mataku membulat sempurna. Apa aku tidak salah dengar? Mas Fadlan akan datang?

"Mas tidak perlu datang kesini. Aku akan segera memberikan ponselku kepada mas Faiz."

Aku menahan panggilan dari mas Fadlan. Jika aku tidak segera menemukan mas Faiz, mas Fadlan pasti akan datang ke rumah umi. Aku tidak bisa membayangkan jika ia benar-benar datang disaat rumah tengah ramai-ramainya. Semua orang pasti akan kaget. Laki-laki yang menghilang selama dua tahun lamanya datang tiba-tiba. Mas Fadlan datang disaat pernikahanku dengan mas Faiz hanya tinggal menghitung hari.

Mahram Untuk Najwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang