PART 4 ~Dompet~

130K 8.4K 96
                                    


"Salahkah aku mengharapkan dia?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Salahkah aku mengharapkan dia?"

__Malaika Farida Najwa__


Aku mengecek daftar pengeluaran dan pemasukan toko bulan ini. Kaca mata minus yang kupakai beberapa kali terjun hingga mencapai ujung hidung. Tanganku puluhan kali memperbaiki posisinya. Setelah cukup lama bergelut dengan buku tebal yang penuh dengan angka, akupun akhirnya bisa bernafas lega. Beberapa peregangan kulakukan sebelum beranjak untuk berdiri.

"Nih mbak, saya belikan es krim." Yani membawakanku secup es krim stroberi favoritku. Setelah mengucap bismillah akupun mulai mengecap rasa es krim berwarna merah muda itu. Gelanyar manis dan dingin mulai terasa memenuhi mulutku ketika memakannya.

"Makasih ya Yan." Yani yang juga tengah memakan es krim membalas ucapan terima kasihku sambil tersenyum. Gadis itu memang paling tahu kapan aku butuh waktu untuk memanjakan diri.

Drrtdrrt

Aku meletakkan es krim diatas meja lalu mengambil ponsel didalam tas. Nama Jihan tertera jelas disana.

"Halo Assalamualaikum Naj."

"Waalaikumsalam. Ada apa Ji? Tumben telpon aku jam segini. Bukannya kamu sekarang lagi kerja?"

Aku mendengar suara tangisan bayi dari tempat Jihan berada, wanita itu pasti tengah sibuk dengan pekerjaannya.

"Iya Naj, aku lagi kerja. Disini lagi rame banget."

"Udah tahu lagi sibuk, masih aja nelpon pas lagi kerja. Aneh deh kamu." Aku mendengar kekehan Jihan diseberang sana. Suaranya sedikit mereda seiring terdengarnya suara tangisan bayi yang memekakakn telinga.

"Aku mau minta bantuan kamu Naj, tadi mas Fadlan lupa bawa dompetnya. Aku disini lagi sibuk banget jadi nggak bisa nganterin, kamu bisa nggak bantu nganterin dompetnya sebentar. Aku udah share lokasi kerja mas Fadlan via whatsapp."

"Ta-tapi Ji-"

"Aku mohon Naj, please. Mas Fadlan butuh banget dompetnya hari ini."

"Tapi Ji masalahnya-"

"Please Najwa, aku mohon...kali ini aja deh, suwer."

Aku menghela napas, memikirkan ribuan kali tentang pertanyaan yang terus terngiang. Apakah aku harus pergi?

"Najwa, kamu masih disana kan?"

"Dimana dompetnya?"

"Tadi aku titip di Yani."

"Kok bisa ada sama Yani? Kapan kamu titipnya?"

"Tadi aku ke tokomu sebentar, kamu lagi sibuk dengan buku makanya aku titip dompetnya di Yani. Oh ya Naj, aku balik kerja dulu ya. Assalamualiakum."

Mahram Untuk Najwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang