"Aku hanya tidak ingin mengenang kisah kita sendirian."
_Malaika Farida Najwa_
_ _ _
Aku menghayati malam dengan segenap pertanyaan dan kejutan. Laki-laki itu ada disini. Kami berada pada tempat yang sama. Hari ini adalah pertama kalinya aku melihat wajahnya. Wajah laki-laki yang masih selalu menghiasi pikiranku. Empat tahun berpisah bukanlah waktu yang singkat. Hari demi hari kulewati dengan penuh kerinduan akan sosoknya. Dan kali ini rinduku sudah mencapai titik lepasnya. Aku bertemu dia lagi. Aku bertemu dengan mas Fadlan.
"Azam bakar ikan dulu ya abi, nanti Azam bawain abi ikan yang enaaaak." Azam berlari menuju kak Iqbal dan mas Faiz yang tengah membakar ikan. Aku bisa melihat jika Azam sangat senang bersama mas Fadlan. Semenjak pertemuan mereka tadi sore, ia seolah tidak ingin jauh dari laki-laki itu. Tentu saja, Azam juga pasti rindu dengan ayahnya.
Aku merasa suasana sedikit canggung ketika hanya aku dan mas Fadlan yang tidak ikut dalam acara bakar-bakar ikan. Kehadiran laki-laki itu membuat semangatku hilang. Aku tidak bernafsu untuk melakukan hal apapun. Aku hanya ingin diam. Diam di dekatnya. Aku takut jika saat-saat ini akan menjadi kali terakhirku melihatnya. Aku takut kehilangan kesempatan istimewa ini.
"Matanya mirip denganmu." Mas Fadlan tiba-tiba bersuara. Aku tidak tahu harus membalas apa. Dia mengajakku berbicara dan entah kenapa jantungku berdegup sangat kencang.
"Dia mirip denganmu mas," balasku seadanya.
Aku menoleh sekilas ke arahnya. Walaupun jarak kami terpaut beberapa meter, aku bisa melihat laki-laki itu tersenyum.
"Hanya Aika dan Najwa yang mempunyai mata seindah itu."
Deg aku merasa ada sesuatu yang bergejolak ketika mendengarnya menyebut nama itu lagi. Aika dan Najwa. Dia ternyata masih mengingatku.
"Kenapa mas ada disini?" Aku mencoba mengubah topik pembicaraan. Laki-laki itu bisa saja membuat jantungku meledak dengan kalimat manisnya. Aku harus bisa mengontrol diri. Salah satu caranya adalah dengan mencari topik pembicaraan yang lain. Topik yang tidak membunuhku.
"Karena aku suka," jawab mas Fadlan singkat. Aku merutuki diri sendiri. Untuk apa bertanya hal semacam itu? Terserah mas Fadlan mau pergi kemana. Itu haknya. Aku tidak pantas untuk bertanya.
"Dan untuk mengingat kembali kenangan kita," sambung mas Fadlan.
Aku tersentak mendengar kalimatnya. Mengingat kenangan kita? Apa mas Fadlan juga memiliki perasaan yang sama denganku? Apa dia juga merindukanku seperti aku merindukannya? Jika aku bisa, saat ini juga aku akan bilang bahwa aku sangat rindu dengannya. Namanya selalu kusebut dalam doa yang kupanjatkan. Aku hanya ingin bertemu dengan mas Fadlan walaupun hanya untuk sekali saja. Dan hari ini Allah mengabulkan doaku.
Aku tidak sadar, air mataku baru saja turun tanpa bisa kukendalikan. Aku segera menghapusnya dengan cepat. Senyuman Azam di depan sana membuatku lebih kuat. Aku tidak akan menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahram Untuk Najwa (END)
Espiritual(MUN 1) Fadlan dan Najwa yang sempat berpacaran saat masih duduk di bangku SMA dipertemukan kembali setelah waktu membawa mereka sangat jauh. Najwa yang telah hijrah dan mengenakan cadar membuat Fadlan tidak mengetahui kehadirannya saat mereka perta...