"Nama yang Indah untuk dia yang indah"
_Malaika Farida Najwa_
_ _ _
Sakit. Aku merasakan sakit yang teramat sangat. Tulang-tulang di seluruh tubuhku seperti retak. Semuanya terasa sakit. Aku hanya bisa menangis sambil berulang kali mengucap kalimat istighfar.
"Kita sebentar lagi sampe di rumah sakit Naj," ucap Zahra. Aku tidak tahu sudah berapa lama kami berada di dalm mobil. Aku hanya ingin secepatnya datang ke rumah sakit. Aku sudah tidak bisa menahannya lagi.
Tepat ketika mobil sudah berhenti, beberapa dokter dan suster datang. Mereka membawaku masuk ke dalam ruang Unit Gawat Darurat. Aku tidak banyak mengingat apa yang terjadi setelahnya. Rasa sakit diseluruh tubuhku membuatku tidak fokus dengan apapun.
"A-astaghfirullahaladzim."
Aku menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan. Istighfar menjadi kalimat paling banyak yang kugaungkan dalam hati dan ucapan. Hingga akhirnya sekarang aku berada di dalam ruangan ini. Ruangan gelap yang hanya memiliki satu cahaya di depanku. Dokter dan suster datang dengan pakaian berwarna biru.
Entah kenapa aku berharap seorang laki-laki akan datang dari kegelapan. Aku harap dia akan berdiri di sampingku hingga proses persalinanku berkahir. Aku ingin menggenggam tangannya ditengah rasa sakit yang kian menusukku ribuan kali. Namun sepertinya harapanku tidak akan pernah bisa terwujud. Laki-laki itu sekarang bukan mahramku lagi. Kita sudah tidak memiliki hubungan apapun.
"Tarik nafas dalam-dalam lalu keluarkan perlahan bu." Dokter menginstruksikan. Aku mengikuti perkataannya.
Keinginan untuk mengejan dalam diriku semakin besar. Seolah ada sesuatu yang akan keluar. Aku bersyukur persalinanku berjalan secara normal. Aku ingin merasakan bagaimana perjuangan umi ketika melahirkanku dulu. Aku yakin rasanya pasti sangat sakit. Kontraksi yang kurasakan saja sudah mampu membuatku ingin berteriak karena sakit yang teramat sangat.
Waktu berjalan seperti sangat lambat ketika aku berada di dalam ruangan ini. Dokter beberapa kali menginstruksikan ku untuk menarik nafas dan membuangnya. Sakit yang kurasakan semakin menjadi-jadi ketika keinginan untuk mengejan itu semakin kuat. Aku mengumpulkan tenaga banyak-banyak. Kali ini dorongan yang kuberikan lebih besar.
Aku menutup mata sambil mengucap Allahu Akbar dalam hati. Tepat saat itu juga aku seperti merasakan sesuatu sudah keluar. Suara tangis bayi menggema dalam ruangan. Rasa sakit yang selama ini kurasakan seolah sirna. Aku bahagia.
"Selamat ya bu, anak anda laki-laki."
Itulah kalimat terakhir yang kudengar. Setelahnya aku tidak mengingat apapun. Semua seperti gelap. Senyap menelusuk ke dalam indera pendengaranku. Aku pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahram Untuk Najwa (END)
Spiritual(MUN 1) Fadlan dan Najwa yang sempat berpacaran saat masih duduk di bangku SMA dipertemukan kembali setelah waktu membawa mereka sangat jauh. Najwa yang telah hijrah dan mengenakan cadar membuat Fadlan tidak mengetahui kehadirannya saat mereka perta...