PART 47 ~Menghilang~

99.8K 5.6K 268
                                    

"Aku lebih baik menghilang agar kamu kembali"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku lebih baik menghilang agar kamu kembali"

_Malaika Farida Najwa_

_ _ _

Asy-Syaikh Shalih As-Sadlan hafizhahullah mengatakan: "Dalam kenyataannya, jarang didapatkan satu masa dari umur kebersamaan sepasang suami istri yang terlepas dari masalah dan perselisihan. Karena itulah kita mesti menerima perselisihan itu, akan tetapi kita tidak menyerah kepadanya atau tidak tenggelam di dalamnya. Perselisihan itu buruk, dapat mengeruhkan jiwa dan memadamkan cahaya keindahan hidup berumah tangga. Semestinya kita lari darinya dengan segala jalan. Akan tetapi tidak sepantasnya kita menyangka malapetaka telah menimpa saat terjadi perselisihan apapun bentuknya, karena setiap penyakit ada obatnya dan setiap luka ada penyembuhnya. Dengan menyepakati kaidah ini, akan berjalanlah kemudi kehidupan menuju daratan bahagia dan keselamatan. Makna dari semua ini adalah tidak tepat bertameng dengan perceraian karena suatu sebab yang masih mungkin untuk diperbaiki, atau karena perkara yang mungkin akan berubah di waktu mendatang." (An-Nusyuz, hal. 34)

Cerai. Allah Subhanahu Wa Ta'ala sangat tidak menyukai hal itu. Bahkan Allah sangat mengecam hambanya melakukan perceraian. Ada banyak hal buruk yang akan terjadi jika perceraian itu tetap berlangsung. Dan kini aku tengah menghadapi fase itu. Mas Fadlan baru saja mengirimkanku surat gugatan perceraian.

Tanganku bergetar setelah membaca isi surat itu. Bagaimana bisa mas Fadlan setega ini? Setelah dia menghilang, sekarang dia tiba-tiba saja mengirimkan surat gugatan perceraian. Aku tahu suatu saat nanti kami pasti akan berpisah, tapi bukan sekarang. Masih banyak hal yang ingin kuberitahukan kepada mas Fadlan. Aku tidak ingin kami berpisah sedangkan mas Fadlan tidak tahu bahwa sebentar lagi ia akan memiliki seorang buah hati.

Tubuhku sudah tak bisa lagi bertahan untuk tetap berdiri. Kupegang ujung meja. Dadaku kutepuk berkali-kali. Rasanya sangat sesak.

"Kenapa mas meminta hal seperti ini? Aku tidak ingin berpisah dari mas Fadlan."

Air mataku kembali keluar. Aku sudah berusaha sabar selama tiga bulan ini. Namun sekarang ceritanya berbeda. Kesabaranku sudah habis. Aku tidak bisa menahan kesedihanku setelah melihat isi dari surat yang mas Fadlan kirim. Aku tidak ingin bercerai. Tapi sepertinya takdir berkata lain. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Apakah aku akan menerima perceraian ini atau tidak?

_ _ _

Malam ini tidak seperti biasanya. Suasana rumah berubah riuh. Aku sudah memberitahu tentang surat gugatan perceraian itu kepada umi Asma dan abi Salman. Mereka juga sama syoknya denganku. Umi Asma bahkan sudah menangis sejadi-jadinya. Sedangkan abi Salman sejak tadi terus saja meninggikan suara. Ia seolah tengah mengungkapkan rasa kekecewaannya terhadap keputusan yang mas Fadlan ambil.

"Aku sudah gagal menjadi seorang ayah. Bagaimana bisa anakku berbuat seperti ini? Dia bertindak seperti pengecut yang kabur dari masalahnya sendiri. Dan sekarang dia mengirimkan surat gugatan cerai untuk istrinya." Abi Salman terus meninggikan suaranya. Aku hanya bisa menunduk. Tak ada yang bisa kulakukan selain menjadi pendengar.

Mahram Untuk Najwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang