"Terima kasih mas. Terima kasih sudah kembali."_Malaika Farida Najwa_
_ _ _
Fadlan
Buket bunga mawar putih itu terlihat sangat indah. Warnanya nampak mencolok ditengah bunga yang lain. Putih bersih. Najwa sangat menyukainya. Aku lantas meraih buket bunga itu dari rak paling atas. Aroma khas mawar putih langsung tercium. Aku tersenyum.
Kenangan beberapa tahun yang lalu mulai berputar. Saat aku bertemu dengan Najwa di toko bunga miliknya. Saat itu ia nampak canggung. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya saat itu. Najwa tahu jika aku adalah Alan. Namun aku tidak tahu dia adalah Aika. Wanita itu bahkan kerap menatapku dari jauh.
Setiap kali aku memegang mawar putih, wajah Aika langsung terngiang. Begitupula dengan saat itu. Aku hanya mengingat Aika dengan kenangan indah kami. Aku tidak sadar bahwa Aika sangat dekat denganku saat itu. Aika menatapku dari jauh. Tapi aku tidak tahu.
Aku menghela nafas. Aku tidak boleh terus larut dalam kenangan bersamanya. Kenangan itu harus segera kuhapus. Hari ini Najwa akan menjadi milik orang lain. Aku tidak ingin rasa sakit itu semakin terasa. Kisah kami sudah berakhir. Tidak ada yang perlu diingat lagi.
Setelah membayar buket bunga di kasir, akupun lantas kembali masuk ke dalam mobil. Langit hari ini nampak cerah. Kuletakkan buket bunga itu di sampingku. Semakin lama aku memegangnya, semakin banyak kenangan yang kuingat tentangnya.
Aku menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Cahaya matahari seperti menembus kaca mobil. Melewati setiap celah untuk masuk ke dalam mataku. Aku memilih untuk memejamkan mata. Menikmati suasana sepi di dalam mobil membuatku sedikit nyaman. Hari ini Abram memberiku layanan istimewa. Ia meminta supirnya untuk mengantarku ke aula pernikahan.
Abram dan Rizma sebenarnya sudah melarangku untuk pergi. Apalagi jadwal penerbanganku hari ini sangat pagi. Hanya sedikit waktu yang bisa kugunakan sebelum menuju ke bandara. Namun aku sudah bilang akan datang. Aku tidak ingin berkhianat pada Najwa. Aku rela jika nanti aku akan tersiksa. Datang ke acara pernikahannya sama saja dengan bunuh diri. Aku sudah siap dengan semua resiko yang mungkin kudapati nanti. Lagipula hari ini adalah hari terakhirku di Jakarta. Hari ini adalah hari terakhirku ingin mengingat Najwa. Setelahnya aku akan berusaha untuk melupakannya. Melupakan perasaanku untuk wanita itu.
"Sebentar lagi kita sampai di toko bunga yang bapak bilang tadi," ucap pak supir. Aku melihat dibalik jendela. Aku memang memintanya untuk berhenti di toko bunga milik Najwa sebentar. Ada hal yang ingin kulakukan.
Setelah sampai, akupun meraih buket bunga dan keluar dari mobil. Toko bunga itu hari ini tutup. Tentu saja. Pemiliknya akan menikah hari ini. Aku mengambil setangkai bunga mawar. Kuletakkan bunga itu tepat di gagang pintu. Aku tidak berharap Najwa akan melihatnya. Aku hanya ingin meninggalkan kenang-kenangan untuk tempat itu. Tempat dimana Alan dan Aika berbicara lagi setelah sekian lama. Tempat dimana kami mungkin saling mengingat kenangan bersama. Kenangan indah Alan dan Aika yang masih terpatri di hati. Bahkan sampai detik ini.
Jam sudah bergerak dengan cepat. Aku berjalan kembali menuju mobil. Waktuku sudah semakin sedikit. Aku harus segera sampai ke aula pernikahan.
Selama perjalanan, entah kenapa kenanganku bersama Najwa kembali menyeruak dalam ingatan. Setiap detik terasa kosong tanpa mengingat wajahnya. Tanpa mengingat senyum Aika. Tanpa mengingat tatapan indah Najwa. Aku sudah berusaha untuk mengalihkan fokusku dengan mendengarkan music atau membaca buku. Namun tetap saja, mengingat Najwa adalah hal paling indah yang ingin kulakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahram Untuk Najwa (END)
Spiritual(MUN 1) Fadlan dan Najwa yang sempat berpacaran saat masih duduk di bangku SMA dipertemukan kembali setelah waktu membawa mereka sangat jauh. Najwa yang telah hijrah dan mengenakan cadar membuat Fadlan tidak mengetahui kehadirannya saat mereka perta...