PART 2 ~Mawar Putih~

185K 10.3K 64
                                    

"Masa lalu memang tidak akan kembali, tapi masa lalu bisa dikenang kembali"

__Malaika Farida Najwa__

_ _ _

Aku menatap buket bunga mawar merah dan mawar pilih yang nampak indah ketika terkena cahaya matahari pagi. Aroma harum tercium dan membuat sensasi segar terasa meyentuh hidungku. Jika saja kisahku bisa seperti buket bunga ini. Indah dan menyejukkan hati. Aku menutup mata sembari menghayati setiap sentuhan udara yang membelai kulit wajahku. Aku berdoa dalam hati semoga hari ini bisa lebih baik dari hari yang kemarin.

"Assalamualaikum."

Aku membuka mata ketika mendengar seseorang mengucap salam. Dia Yani, salah satu karyawanku. Gadis itu nampak bahagia hari ini. Aku mendekat ke arahnya sambil membawa buket bunga dan meletakkannya di atas rak.

"Kamu kayaknya lagi bahagia banget deh. Pasti karena pacarmu itu ya?" Aku menggoda. Kebiasaan jika bertemu dengan gadis itu. Maklum saja, Yani masih berusia 18 tahun dan baru lulus SMA tahun kemarin. Aroma-aroma asmara sudah jelas masih melekat dalam kesehariannya.

"Mbak Najwa bisa aja. Aku senang bukan karena pacar mbak." Yani mengelak. Aku menautkan alis. "Terus karena apa?"

"Orang tuaku kemarin datang ke Jakarta. Aku senang sekali mbak, akhirnya aku bisa bertemu mereka setelah dua tahun aku di Jakarta."

Aku terhenyak sesaat ketika Yani mengatakan orang tua. Seperti ada bongkahan es yang mencair dan memenuhi seluruh organ dalamku. Membuatku berada diujung kehidupan dan kematian.

"Mbak."

Aku tersadar ketika Yani memanggil namaku. Gadis itu menunjuk ke arah pintu berlapis kaca transparant. Aku melihat ada sebuah mobil hitam di depan sana.

"Kayaknya pemilik mobil itu nyariin mbak. Tadi dia liat-liat terus ke arah toko pas aku datang."

"Nyariin mbak? Laki-laki?" Aku memastikan.

"Iya atuh mbak. Laki-laki, tapi bukan mas Faiz."

Aku menatap cukup lama mobil hitam itu dari kejauhan, menerka-nerka siapakah sang pemilik. Akhirnya aku pun keluar toko untuk memastikan sendiri. Aku berhenti melangkah ketika seseorang keluar dari mobil. Aku sangat mengenal siapa dia.

"Assalamualaikum."

Aku tidak langsung menjawab salamnya. Rasa terkejutku membuatku lupa cara untuk berbicara.

"Najwa." Dia memanggilku.

"Eh waalaikumsalam." Aku akhirnya menjawab salamnya. Dia tersenyum, mungkin karena mendengar jawaban salamku yang terdengar dipaksa keluar.

"Ternyata saya tidak salah tempat." Fadlan melihat ke arah tokoku dan sekitarannya. Rasanya seperti udara disekitarku telah lenyap dalam sesaat. Aku tak bisa bernapas dengan benar.

Istighfar Najwa

Kata-kata itu kugaungkan dalam hati. Aku mengambil napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan.

"Ada apa mas kesini?" Aku akhirnya bisa mengucap pertanyaan itu setelah bersusah payah menariknya keluar dari mulut.

"Hari ini saya berencana untuk pergi ke rumah sakit dan memberikan buket bunga yang cantik untuk Jihan. Katanya bunga yang kamu desain selalu berhasil membuatnya tersenyum jadi saya kemari untuk meminta bantuanmu. Bisakah kau membuatkan sebuket bunga cantik untuk Jihan?" Fadlan tersenyum.

Aku merasakan sesuatu menghantam hatiku begitu keras. Rasanya sangat sakit. Sakit ketika tahu dia memintaku membuatkan sesuatu yang spesial untuk orang lain.

Mahram Untuk Najwa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang