"Kenapa kesedihan itu kembali datang ya rabb? Apa hamba tidak bisa merasakan bahagia itu sedikit lebih lama?"
__Malaika Farida Najwa __
_ _ _
Mataku beberapa kali mencuri pandang ke arah laki-laki itu. Mas Fadlan terlihat seperti biasa-biasa saja. Dia memang sepertinya belum tahu. Ucapan syukur kupanjatkan puluhan kali untuk pertolongan-Nya. Allah pasti memiliki rencana yang lain untukku dan mas Fadlan.
Jika hari ini rahasiaku terslamatkan mungkin suatu saat nanti akan ada kejutan besar yang Allah persiapkan. Aku juga tahu jika setiap rahasia pasti akan terbongkar. Aku juga tahu jika suatu saat nanti mas Fadlan mungkin akan membenciku. Tapi untuk sekarang aku ingin merasakan kenyamanan. Aku ingin bahagia walaupun hanya sebentar.
Aku berbalik untuk melihat mas Fadlan yang sedari tadi terus mengekoriku. Dia bilang ingin memastikan sendiri alasan mbok Asrih pulang kampung. Aku juga kaget ketika mendengar kabar itu. Mbok Asrih pergi tiba-tiba tanpa memberitahuku atau mas Fadlan. Bahkan ia pergi dengan meninggalkan setumpuk pakaian kotor di mesin cuci.
"Aku tidak bisa menghubungi mbok Asrih. Nomornya tidak aktif. Apa mbok Asrih mengganti nomor ponselnya?" Mas Fadlan bertanya. Setahuku mbok Asrih mengganti nomor ponselnya seminggu yang lalu.
"Mbok Asrih memang mengganti nomor ponselnya sekitar seminggu yang lalu mas," jawabku.
"Apa kamu tahu nomornya sekarang?"
Aku mengangguk. Beberapa hari lalu mbok Asrih memberiku nomor baru ponselnya. Katanya sih untuk jaga-jaga kalau aku menambah daftar belanjaan secara tiba-tiba.
"Kalau begitu telpon mbok Asrih sekarang. Aku perlu tahu alasannya tiba-tiba saja pulang kampung."
"Iya mas."
Aku mengambil ponsel dari dalam tas lalu mencari kontak mbok Asrih.
"Assalamualaikum mbok."
"Waalaikumsalam non."
"Mbok baik-baik saja kan?"
"Maaf non, anak saya kecelakaan makanya saya pulang kampung tiba-tiba non."
"Astaghfirullahaladzim. Terus bagaimana keadaan anak mbok sekarang?"
"Alhamdulillah sudah baikan non. Mbok minta maaf karena belum memberitahu non Najwa sama tuan Fadlan kalau mbok pulang kampung."
"Iya mbok, nggak papah. Sekarang mbok fokus aja sama kesehatan anak mbok."
"Njih non. Makasih. Mbok juga mau minta izin ndak kerja untuk dua atau tiga hari kedepan non. Kalau non ndak ngasih, mbok akan langsung ke Jakarta besok."
"Saya nggak papah kok mbok. Mbok lebih baik fokus buat kesehatan anak mbok."
"Sekali lagi makasih ya non."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahram Untuk Najwa (END)
Spiritual(MUN 1) Fadlan dan Najwa yang sempat berpacaran saat masih duduk di bangku SMA dipertemukan kembali setelah waktu membawa mereka sangat jauh. Najwa yang telah hijrah dan mengenakan cadar membuat Fadlan tidak mengetahui kehadirannya saat mereka perta...