#36

228 8 0
                                    

Tentang burung yang patah sayap nya tentang senja yang melupakan fajar
Tentang hati yang kehilangan tubuh nya,kemana arah pulang apakah lurus apakah putar balik atau berhenti disini

Aku sedang duduk di taman kampus hanya aku sendiri,ralat.
Aku bersama beban ku yang slalu ikut di atas bahu ku
Cukup dengan sebuah buku dan minuman dingin disamping ku

2 Minggu sudah albafi pulang ke Semarang untuk menengok ayah nya disana, 2 Minggu pula aku tak melihat dimana Sean yang status nya sekarang masih mengikat ku dengan  satu hubungan
Dalam cerita ini dalam perjalanan ini kenapa aku yang terluka lagi dan lagi
Dalam diam tiba tiba ponsel ku terdengar menandakan ada telfon masuk,albafi ternyata
"Halo" terdengar suara nya dari kejauhan

"Iya fi"
"Lagi sibuk ya?" Tanya nya
"Lagi di kampus"
"Nar aku rindu"

Mendengar nya aku ingin sekali dengan setitik tenaga ku menjawab ya aku juga sangat rindu kamu,namun sayang nya kini aku kehilangan tenaga karna apalagi kalau bukan memikirkan Sean

"Kamu gak kerja?" Kata ku mengalihkan pembicaraan

"Tidak terlalu sibuk nar"
"Nar aku kemarin sore ketemu teman mu Sisil dan arin" ucap nya melanjutkan

"Oh ya?"

"Iya,kami sempet ngobrol sebentar mereka menceritakan mu nar"

"Menceritakan apa?"

"Semua hal"

"Semua hal?"

"Tentang ku"

"Tentang mu?"

"Iya,ayolah nar kamu bisa bohongi aku tapi jangan bohongi diri mu sendiri"

"Fi,kamu tau keadaan aku disini semua gak semudah membalikan telapak tangan kalau memang kamu takdir ku semua tak akan kemana"

"Maksud mu gimana?"

"Tolong biarin aku menyelesaikan apa yang belum selesai disini fi,aku gak mau sampe ada yang terluka cukup aku saja tolong kasih aku jeda"

Aku menutup telfon albafi dengan cepat tanpa mengucapkan apapun lagi
Kita semua butuh jeda.
Jeda untuk berfikir
Jeda untuk memendam dan
Jeda untuk berbohong
Karna kita manusia, manusia yang keluh kesah nya karna lelah dan kini yang terluka adalah masalah hati lagi
Hati yang menemukan bagian nya yang hilang namun ketika hati yang baru mulai tumbuh,siapa yang salah dan siapa yang harus mengalah disini

Sekian lama masih di sini aku tetap duduk dan melamun seperti orang yang kebingungan sesekali aku menengok sekitar ku ternyata begini rasanya sendirian di tengah keramaian,aku melirik ponsel di samping ku yang berbunyi untuk yang kedua kali nya ku lihat ternyata ura

"Halo nar"

"Halo Ra kenapa?"

"Kamu dimana?"

"Dikampus"

"Masih ada jam?"

"Engga kok"

"Bisa susul saya ya di kafe taman raya, mobil saya di bengkel"

"Iya,tunggu sebentar"

Aku menutup telfon ura,dan bergegas pergi melajukan mobil ku menuju tempat ura berada di perjalanan yang terik Jakarta tak pernah tidur Jakarta tidak pernah istirahat isi nya hanya orang orang yang membuat kemacatan tapi sendiri nya tak mau sabar

Butuh waktu lama untuk aku sampa pada kafe tersebut,dengan wajah yang memang sudah kehilangan mood dari tadi aku menghampiri ura di meja nya tapi terlihat ia bersama satu orang teman nya perempuan yang terlihat seperti ura,ya perokok dan dapat tato di lengan kiri nya
"Maaf ya Ra lama" ucapku

"Gapapa nar,eh kenalin ini bilqis teman saya, bilqis ini teman saya Kinara"

"Halo kinar"

"Hai panggil aja Nara" kata ku sopan dan tersenyum

"Kamu sakit nar?" Tanya ura kepadaku

"Ah enggak."

"Pucet banget,pesan makan ya"

"Gausah Ra aku udah makan kok"

"Nar jangan terlalu difikirkan,kesian tubuh mu kamu juga butuh istirahat"
Ucap ura menasehati ku

"Benar,sekuat apapun kita semua kan ada batas nya kita kan bukan Jakarta yang gak pernah tidur" kata bilqis menambah kan

Baru saja di perjalanan aku merasakan bahwa Jakarta tak pernah tidur dan ternyata jakarta juga ada di dalam tubuh ku,benar yang di katakan nya, mereka adalah teman yang baik teman yang bisa menghargai teman nya
Sebenarnya cara ku berteman dengan siapa saja dan siapapun tak membuat aku terjerumus sisi negatif yang mereka lakukan berteman dengan mereka adalah sesuatu yang paling menyenangkan,ya. Mereka menyenangkan dan dari mereka pula aku mendapat pengalaman yang baru  yaitu memahami apa itu arti perbedaan dan menyatukan perbedaan itu

Mereka menghibur ku menciptakan tawa ku kembali,seperti yang ku bilang menyenangkan menghabiskan waktu bersama mereka

"Oiya kamu kuliah dimana qis?"

"Oh saya gak kuliah nar"

"Dia kerja di kopishop di apartemen belakang sini nar" ucap ura menambahkan

"Wah barista?" Tanya ku

"Iya nar hehehe"

"Kapan kapan buatin aku kopi ya"

"Tenang aja,main main aja kesana"

Aku tersenyum mengangguk mengiyakan tawaran nya itu
"Yaudah yuk udah malem nar" ajak ura

"Yuk,byee qiss" ucap ku kepada bilqis
"Duluan ya qis" tambah ura
 
Di perjalanan dengan ura yang menyetir kamu membicarakan hal hal diluar kami

"Liat deh semalam ini aja Jakarta masih ribut" kata ku sambil menatap keramaian jalan

"Iya ga ngerti pada mau ngapain sih"

"Apa gak cape"

"Mungkin cape nar tapi tidak di akui,manusia Jakarta kuat kuat"

"Iya,kaya nya aku harus belajar banyak dari mereka"

"Beda permasalahan Nara" ucapnya menengok ku

Aku menghembuskan nafas ku pelan menyenderkan kepala ku ke sisi sebelah kiri mobil
"Sean kemana ya Ra"

"Dia gak menghubungi mu?"

"Semenjak hari itu"

"Hah 2 Minggu lalu?"

"Apa dia kecewa dengan saya ya ra"

Ura hanya diam tak menjawab pertanyaan ku, terlihat juga bingung di wajah nya

"Albafi gimana?" Tanya nya

"dari 5 tahun lalu dia tidak pernah pergi kok ra di fikiran saya"

"Cerita kamu ini rumit sekali kenapa gak kamu jadikan novel aja nar" katanya mencoba menghiburku

"Jangan,seribu halaman saja gak cukup untuk menyelesaikan nya,yang alur nya saja orang orang payah memahaminya Ra"

Begitu sampai dirumah kami segera bergegas turun,sebelum membersihkan diri kami duduk di ruang TV untuk sekedar minum dan merilekskan tubuh yang lelah

"Tidur istirahat,tubuh mu butuh itu
"Iya Ra"

Setelah mandi aku langsung menidurkan isi kepala ku yang riwuh seperti hal nya Jakarta malam ini ..

fighting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang