#35

254 7 0
                                    

"ingat gak pertemuan pertama kita?"

Ucap Sean di samping ku berdiri menghadap pemandangan di depan nya

"Ingat,saat aku mencari albafi"

"Iya" katanya sambil tersenyum ke arah ku

"Kenapa an?"

"Di awal pertemuan kita saja karena albafi,aku takut nantinya kita berpisah karena albafi juga nar"

Deg! Tiba tiba saja seluruh tubuh ku terasa di strum oleh tegangan listrik tinggi belakang an ini Sean selalu membahas itu apa mungkin ia tahu semua nya,harus menjawab apa aku dengan kebingungan yang amat sangat tinggi tetap saja aku mencoba menenangkan diriku agar tak terlihat berbeda di depan Sean

"Kenapa diam nar?"

"Aku harus jawab apa kalau itu memang takdir"

"Kita berpisah karena dia juga?"

"Oh bukan,saat kita bertemu an tapi kenapa harus ada dia sih di antara kita? Kamu kenapa harus bahas dia?"

"Kenapa ada dia di antara kita? Harus nya aku yang tanya ke kamu tentang hal itu."

"Maksudnya?"

Ia menarik tangan ku membawa ku ke kursi besi di pinggir tebing mendudukkan ku disana dengan tatapan yang tak bisa ku terjemahkan
"Liat aku nar"

Aku menatapnya namun tak ada yang ku rasakan melainkan hanyalah rasa gelisah untuk pergi dari keadaan ini

"5 hari lalu aku lihat kamu sama albafi,jujur kamu ngapain sama dia?"

Apa??? Sean tau akan hal itu, dalam posisi apakah Sean melihat kami berdua benar ternyata firasat ku bahwa dia mengetahui semua nya
Tangan ku berubah dingin wajah ku timbul panik mencari jawaban yang tak pernah ku pikirkan

"Sudah cukup an,kenapa selalu dia dia yang kamu bahas"

"Aku mohon jujur nar"

"Dia sedang ada di jakarta soal pekerjaan,itupun pertemuan yang ga di sengaja"

"Kamu ga cerita sama aku"

"An tolong ngerti ada beberapa hal tentang aku yang ga perlu aku ceritain ke kamu"

"Kalo soal albafi masih kamu anggap sebagai privasi kamu,lalu apa artinya itu??"

"Seannn!"

Sean dan albafi selalu tak memberikan ruang kosong dalam hati ku semua membuat ku merasa asing atas dunia yang aku hadapi
Aku lelah,aku ingin mengakhiri semua perjalanan ku yang tak tau arah nya kemana
Aku bicara keras kepada Sean hari ini untuk pertama kalinya Kinara anzella memperkuat suara nya karna kekesalan nya yang tak terbendung

Sean tampak diam seribu bahasa yang ia lakukan di depan ku tertunduk dengan memainkan handphone nya
"Tolong an stop"

"Iya"

"Setiap kita ketemu selalu itu itu yang kamu bahas aku capek an,kamu ga ngerti ngerti soal aku"

"Justru aku ngerti kamu,aku tanya kamu.kamu berubah nar"

"Setiap saat kamu desak aku dan aku gaksuka kamu bilang aku berubah??"

Berapa menit kami terdiam membisu saling bungkam tak mengerti apa lagi yang harus di bicarakan,emosi kami mencaur tak ada penengah di antara kami saat ini.

~~

Aku membuka pintu lalu masuk ke dalam rumah ku lihat di ruang tamu ura sedang sibuk dengan pekerjaan nya
"Nar,baru pulang?" Tanya nya basa basi menyapa ku

"Iya"

"Capek ya,temenin saya ngerjain tugas dong"

"Tumben"

Aku segera membersihkan badan ku dan kembali menemui ura

"Ada angin apa ngerjain tugas"

"Ah kamu nar,dukung dong harusnya"

Aku tertawa sebentar dengan memegang cemilan di tangan ku

"Kenapa,pusing banget tuh muka"

"Siapa??"

"Kamu nar"

"Ohhhh gapapa kok"

"Jangan gitu,kalau bukan kamu sendiri yang mengerti terus siapa lagi"

"Saya mau sekali melupakan dia"

"Kenapa ga minta saja dengan Tuhan"

"Jangan."

"Kenapa?"

"Saya takut tuhan mengabulkan doa saya"

"Hahhhh??!!" Ucap ura terlihat menanti aku meneruskan perkataan ku

"Iya,saya sayang albafi Ra"

"Akhirnya keluar juga dari mulut mu"

......

Ura terdiam setelah berbicara dalam hitungan detik ku lihat matanya menangkap sesuatu di belakang ku
Aku menyadarinya namun sebelum aku menengok aku terlebih dahulu di tusuk dari belakang
"Nar.."

Ku tengok secepat kilat,ya benar Sean di belakang ku,ntah dari kapan sejak kapan yang ku rasakan sangat sakit

Saat ku mencoba menghampiri nya namun ia melangkah keluar
Aku mengejarnya
"Sean"
"Tak apa nar,maaf mengganggu mu"

Tidak salah lagi dia mendengar apa yang ku ucapkan di dalam,
Prasaan bersalah muncul di dalam diriku bagaimana ini Tuhan kenapa berbelit sekali seperti ini

Sean pergi dari hadapan ku,melajukan mobil nya dengan kaca tertutup aku menghembuskan nafas panjang kasar merasa ingin pulang tapi sudah dirumahh

"Nar nar gimana"

"Dia dengar ra"

"Dia marah?"

Aku mengangguk sambil memegangi kepala dengan kedua tangan ku

"Dia bilang apa?"

Aku menggelengkan kepala ku

"Trus kamu tau dia marah kaya gimana?"

"Sifat Sean,marah nya diam Ra itu yang paling menyiksa"

Kisah yang sangat rumit,sejak dulu soal albafi membuat ku kebingungan membuat ku mengerti harus apa lagi
Semesta.. mengapa di sela sela waktu mu kau menciptakan manusia yang sangat sakit untuk dicintai


fighting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang