MGIB 24

853 57 7
                                    

Hari ini, sekolah Brawijaya 1 sedang mengadakan simulasi ujian Nasional berbasis komputer. Tidak heran karena di zaman modern seperti sekarang ini apapun bisa dilakukan menggunakan komputer. Mungkin bagi sebagian orang, ujian seperti ini rumit, tapi jika sudah tahu cara-caranya ujian seperti ini benar-benar memudahkan. Hanya saja terkadang soal yang diberikan di komputer tidaklah sama dengan yang lainnya. Memang ada yang sama tapi soal-soal di acak, sehingga tidak mudah untuk menyontek. Tidak perlu menulis di kertas, namun tinggal klik-klik lalu pulang. Tahu sendiri bukan jika yang dipentingkan para murid adalah pulang dengan cepat tak perduli yang di jawab itu betul ataupun salah, meskipun tidak semuanya seperti itu. Namun sembilan puluh enam persen semuanya seperti itu.

Mereka menjalankan ujian dengan tenang meskipun kepala mereka rasanya ingin pecah. Tidak dengan Gathan ia malah dengan tenang dan menyelesaikan soal-soal yang tersedia dengan percaya diri dan dengan cepat. Gathan memang pintar dalam segala pelajaran. Meskipun dia suka main game, tetap saja belajar adalah nomor satu. Nasihat mendiang mamanya ia jalankan, belajar terus menerus sampai sukses kedepannya. Kekayaan dan fasilitas papanya tidaklah menjamin untuk menjamin menjadi sukses, namun dengan ia belajar secara bersungguh-sungguh akan mengantarkan ia ke gerbang kesuksesan.

Iya, Sarah-mama kandung Gathan yang sudah meninggal lima tahun yang lalu. Ia meninggal karena serangan jantung. Saat mamanya meninggal papanya malah memilih untuk menikah lagi dengan seorang wanita yang tidaklah Gathan kenal dan saat itulah kebencian Gathan terbentuk. Ia benar-benar marah dan kecewa dengan keputusan papanya waktu itu, namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah, meskipun ia berkali-kali menolak dan memohon kepada papanya untuk tidak menikah lagi itu percuma.

"Waktu kurang tiga puluh menit lagi. Waktu untuk selesai mengerjakan masih lama, untuk yang sudah selesai silahkan cek terlebih dahulu." Ucap pak Santoso yang sedang menjadi pengawas ujian saat itu.

"Emang ada yang udah selesai pak? Ini aja saya masih mengerjakan dua puluh lima soal pak" tanya seorang siswi yang penasaran, siapa yang mengerjakan soal dengan secepat itu.

"Ada kok, ini ada satu username nya punya Gathan Bagaskara" Semua anak-anak pun terkejut dan langsung menoleh kearah Gathan. Gathan yang melihat ekspresi mereka hanya bisa diam dengan wajah dinginnya.

"Huwaaa cepet amat lo kampret, gue aja masih ngerjain 15 soal. Lo tinggal klik-klik aja ya mangkanya cepet amat." Ujar Kumbang. Gathan hanya mengedikkan bahunya.

"Than ini jawabannya apaan, susah amat gua kagak ngerti" bisik Kumbang.

"Tak tahu dan tak mau tahu" ucap Gathan, menirukan perkataan anak kecil botak yang tidak lulus-lulus dari TK. Siapa lagi kalau yang dimaksud adalah karakter film anak-anak yaitu Upin dan Ipin.

Kumbang hanya mengerucutkan bibirnya karena kesal. Diwaktu ujian seperti ini tidak ada yang namanya teman. Mereka jika ditanya jawaban pasti akan pura-pura goblog dan tiba-tiba tuli. Mereka akan lupa dengan teman mereka dan berfikir kalau di dunia ini hanya ada dia. Dan ini sering terjadi.

Gathan melihat kekesalan Kumbang. Ia berkata bodo amat tanpa suara. Salah sendiri kenapa tadi malam nggak belajar, ia malah mengajak Gathan push rank sampai malam. Untung saja Gathan waktu itu sudah selesai belajar.

Gathan melihat ke kursi depan yang terdapat Alexa dengan tenang mengerjakan soal-soal dengan tenang, meskipun ia tahu bahwa Alexa sedang kesusahan. Ia mengerjakan secara perlahan namun pasti. Gathan yang ada di belakang sedari tadi memperhatikan Alexa. Sudah seminggu ini ia tidak berbicara sama sekali dengan Gathan. Hanya karena masalah ia memukuli Dave, malah membuat Alexa ngambek dengannya. Ia tidak terbiasa mengucapkan kata maaf, namun kali ini ia memang benar-benar tidak bersalah. Dave saja yang ingin mencari masalah dengannya. Hanya saja jika dengan Alexa ia benar-benar luluh dihadapannya.

My Gamers (Sudah Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang