MGIB37

567 24 1
                                    

Kepulangan Gathan membuat seisi rumah kembali tenang. Ia kini berada di dalam kamarnya ditemani oleh Alexa dan Erlin. Mereka saling berbincang dengan ramah. Tapi tidak dengan Gathan, ia hanya diam memperhatikan pembicaraan dua orang wanita dihadapannya. Lebih tepatnya pada Erlin. Sudah saatnya ia menepati janjinya kepada Sarah-mendiang mama kandungnya. Ia harus bisa mengembalikan semuanya.

Gathan berdehem, "Emhh ... Lex, aku mau bicara sama mama bentar." Alexa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia kemudian berlalu dan menutup pintunya.

Sedangkan Erlin terkejut dengan sebutan mama. Apakah ia tidak salah dengar dengan sebutan itu? Tidak, Erlin benar-benar mendengarnya bahwa Gathan memanggilnya mama.

"Ada yang mau aku omongin sama ... Ma-mama." Ucap Gathan sedikit kaku ketika memanggil Erlin dengan sebutan mama, karena ini untuk pertama kalinya ia memanggilnya dengan sebutan itu. Senyum Erlin mengembang ketika mendengar sebutan itu lagi.

"Bicaralah nak." Erlin mengambil kursi belajar dan meletakkannya di samping ranjang. Ia menunggu apa yang akan dikatakan Gathan kepadanya.

"Emhh ..." Gathan bingung harus mulai dari mana mengatakannya. Ia meremas jari-jari tangannya untuk menyalurkan kegelisahannya. Ia takut perkataannya salah dan masalah akan semakin rumit.

"Ada apa? Katakan saja, tidak apa-apa." Erlin membelai puncak kepala Gathan dengan sayang.

Gathan menarik napasnya panjang. "Saat aku koma, aku bertemu dengan mama. Ia begitu cantik dan memakai mahkota di kepalanya. Aku sangat senang karena selama ini aku begitu merindukannya. Saat aku ingin ikut dengannya, ia begitu menentang keputusanku." Gathan menarik sudut bibirnya hingga menampakkan senyuman yang tak dimengerti.

"Mama malah menyadarkan aku dan aku kembali ke dunia yang membosankan ini. Ia tahu padahal selama ini aku amat terluka dengan segala kebohongan yang telah diciptakan antara kalian. Namun rasa sakit ku tidak setara dengan rinduku. Ia berharap yang terbaik padaku dan membuatku berjanji padanya." Gathan menatap Erlin dengan wajah sayunya.

"Maaf kan saya karena tidak jujur sedari awal. Saya tidak berniat untuk membohongimu." Ucap Erlin begitu sedih.

Gathan kembali menghela napas panjang dan mencoba mengatakan semua isi yang ada di kepalanya.

"Ya mungkin ini memang berat setelah menerima kebohongan sekian lama, tetapi ..." Erlin menautkan alisnya, menanti kalimat selanjutnya yang akan dilontarkan Gathan.

Gathan tersenyum tipis. "Kembali dan hiduplah di rumah ini tanpa kebohongan," Erlin terkejut dan menoleh dengan cepat. Ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Gathan.

"Apa maksudmu Gathan?" Gathan tersenyum manis, ia kemudian menggenggam jemari Erlin.

"Menjadi Mama untukku. Bukankah tadi sudah terdengar jelas?" Erlin tersenyum dan meneteskan air matanya. Ia kemudian memeluk Gathan dengan erat.

Begitu dengan Hendro yang sedari tadi mendengarkan dibalik pintu dengan diam. Ia baru saja pulang dari kantor dan langsung menuju ke kamar Gathan untuk melihat keadaan anaknya. Namun saat ia akan membuka pintu, ia mendengarkan curahan hati anaknya yang selama ini telah ia pendam.

Hendro ikut bersedih dan bersalah karena ikut andil dalam kebohongan yang selama lima tahun terakhir ini selalu membayanginya. Namun, ia lega dan senang dengan keputusan Gathan.

Menerima kehadiran Erlin sebagai mamanya membuat Hendro amatlah bahagia. Ia terlanjur mencintai sosok Erlin yang menjadi istri keduanya, sehingga ia tak ingin berpisah lagi dengan wanita yang dicintainya. Ia kemudian masuk ke dalam kamar dengan raut bahagia. Gathan mengurai pelukannya dan menatap wajah papanya.

My Gamers (Sudah Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang