Kapan kau akan membelikanku seratus sneakers?
Jinyoung membeku dan mengalihkan pandangannya ke bawah meja. Terlihat dia kebingungan dan berusaha untuk menjauhkan diri dariku. Dia permisi untuk pergi ke toilet. Aku memandang punggungnya dan mengeleng-gelengkan kepalaku. Ada apa dengannya? Apa karena pertanyaanku barusan? Pikirku.
Di toilet restoran. Jinyoung mencuci wajahnya karena dia membutuhkan sesuatu yang bisa membuatnya tersadar. Dia menatap dirinya di dalam kaca, "Dia membacanya? Tapi, kenapa tidak membalas komentarku?" lirihnya bertanya-tanya.
Tak terasa Jinyoung berada di dalam toilet selama 10 menit. Ku melihat dia kembali dari toilet dengan ekspresi yang tidak biasa.
Dia mendekatiku, "Aku sudah membayar semua makanan. Ayo pulang!" ajaknya sambil mengangkat belanjaanku. Aku meliriknya dan mengikutinya dari belakang.
Dia menyarankan pulang dengan menggunakan taksi. Aku mengikuti sarannya, tentunya dia yang akan membayar ongkos taksi. Kami duduk bersebelahan tanpa berbicara sepatah katapun. Tidak lama kemudian, kami pun sampai di rumahku. Dia membantu membawakan belanjaanku sampai ke dalam rumah.
Sebelum aku mengatakan terima kasih padanya, dia dengan sigap meninggalkan rumahku tanpa menoleh kebelakang. Aku terdiam melihat tingkah lakunya. Ada apa dengannya? Pikirku penuh tanda tanya.
Pukul 9 malam, Nana eonni pulang dengan membawa dua kotak ayam goreng. Tidak seperti biasanya eonni membelinya dua kotak. Aku bertanya apa dia kelaparan karena membawa pulang sebanyak itu. Dia mengeleng-gelengkan kepalanya dan mengatakan jika yang satu kotak akan diberikannya pada Jinyoung. Karena Jinyoung sudah berbaik hati menjagaku seharian ini. Aku melongo dan melangkahkan kakiku menuju kamar.
Tapi, eonni mencegat langkah kakiku. Dia menyuruhku untuk mengantarkan ayam goreng itu ke rumah Jinyoung sekarang juga. Sebelum sempat mengatakan penolakan, dia menatapku dengan tajam. Aku tidak bisa berbuat apapun dengan terpaksa aku menuruti perintahnya. Aku beranjak ke luar rumah dan sepanjang perjalanan mengomel pada diri sendiri.
Sesampainya di depan rumah Jinyoung, aku memencet bel rumah. Tidak lama kemudian, pintu rumah dibukakan oleh ahjumma. Dia tersenyum, lalu menyambutku dan mempersilahkan ku masuk. Ahjumma memanggil Jinyoung yang sedang berada di kamar.
Tidak lama kemudian, Jinyoung keluar dengan kondisi, rambutnya yang basah dan hanya mengenakan celana pendek tanpa atasan, terlihat dengan jelas perut sixpack-nya. Bisa disimpulkan jika dia baru saja selesai mandi.
Kami saling memandang, Jinyoung benar-benar sangat terkejut. "Ahjumma!" teriaknya dan langsung kembali ke kamarnya.
Jinyoung kesal dan memarahi ahjumma, karena tidak mengatakan jika yang datang adalah aku, Jisoo. Jinyoung mengira yang datang malam-malam ke rumahnya adalah Hyunwoo atau Suho. Karena, ahjumma hanya mengatakan jika temannya datang.
Jinyoung kembali menemuiku dengan berpakaian lengkap. Dia menanyakan perihal kedatanganku malam-malam ke rumahnya. Aku menyodorkan sekotak ayam goreng tepat di wajahnya. Dia mencoba mundur satu langkah, karena kotak ayam goreng benar-benar berada dihadapannya. Dia mengambil ayam goreng itu dan bertanya kenapa aku memberinya itu. Aku menjelaskan jika itu adalah pemberian Nana eonni. Dia menganggukkan kepalanya dan mengatakan terima kasih.
Aku menanyakan dimana Jinjin. Dia mengernyitkan dahinya kebingungan. Aku mengatakan dimana kucing kecil itu. Dia mengatakan jika ahjumma yang merawatnya. Lalu aku kembali bertanya, kenapa ahjumma yang merawatnya bukan dia sendiri. Dia menjawab jika dia juga memiliki alergi.
"Tapi, sejak kapan nama kucing itu Jinjin?" tanya Jinyoung terheran-heran.
Aku mengatakan sejak aku mengambilnya dari Kiyoung oppa, aku telah memberi nama itu padanya. Dia menganggukkan kepalanya berulang kali. Lalu, dia bertanya besok jam berapa aku pergi ke sekolah. Aku menjawabnya jika sebelum pergi ke sekolah aku terlebih dahulu pergi ke rumah sakit. Aku akan memeriksa keadaan lenganku terlebih dahulu.
"Dengan siapa?" tanyanya lagi.
"Tentu saja dengan eonni ku!" sahutku. Lalu aku pamitan padanya. Baru saja aku akan membuka pintu rumahnya, tiba-tiba dia mengatakan sesuatu yang membuat langkahku terhenti.
"Ya! Apa kau tidak pernah menyadari jika aku begitu peduli dan perhatian padamu?" ujarnya dengan lantang. Aku membalikkan badan dan mencoba untuk menatapnya. "Ada apa dengannya?" batinku.
Dia tak dapat membendung rasa kecewa. Terlihat dari sorot matanya yang tajam. Aku mengatur nafas, mencoba untuk tidak mengatakan sesuatu yang tidak ingin didengarkannya. Sejenak aku mengalihkan pandanganku, kulihat sepatu sneakers putihku.
"YA... KIM JISOO! Apa kau tidak mendengar? Setidaknya katakan sesuatu!"
"Jinyoung... Aku..." lidahku kelu, ku tak dapat meneruskan perkataanku. Dia semakin menatapku, sorotan matanya seakan menusuk jantungku.
"Mianhae." Hanya kata itu yang keluar dari bibirku. Aku melangkahkan kaki ke luar dari rumahnya. Terlihat Jinyoung hanya berdiri membisu.
Di dalam kamarku. Aku memikirkan kejadian di rumah Jinyoung. Apa yang terjadi? Tiba-tiba ponselku berdering terlihat di layar. Myungsoo. Aku mengangkat telpon dari Myungsoo.
"Yeoboseyo." Serunya.
Aku menyapanya kembali. Dia menanyakan keadaan lenganku dan mengingatkanku untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. Aku sangat berterima kasih padanya karena begitu perhatian padaku. Kami melakukan panggilan telepon selama kurang lebih satu jam. Dia menceritakan hal-hal yang lucu, sehingga membuatku tertawa dan tersenyum. Sejenak aku melupakan kejadian yang terjadi di tempat Jinyoung.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHOOL 2020 - Jisoo x Jinyoung - ❤JinJi ❤
Fanfiction"AYO BERKENCAN SELAMA SATU MINGGU!" ungkap Park Jinyoung dengan percaya diri padaku. "Jika cara ini berhasil membuatmu nyaman disampingku, maka kita lanjutkan! Jika tidak, maka aku akan berhenti menganggumu. Lebih tepatnya aku akan berhenti menyuka...