"AYO BERKENCAN SELAMA SATU MINGGU!" ungkap Park Jinyoung dengan percaya diri padaku.
"Jika cara ini berhasil membuatmu nyaman disampingku, maka kita lanjutkan! Jika tidak, maka aku akan berhenti menganggumu. Lebih tepatnya aku akan berhenti menyuka...
Sepanjang perjalanan menuju tempat dimana Soojung akan melakukan aborsi, Nana terlihat sangat khawatir. Dia ingin melakukan panggilan telepon, namun tidak memiliki nomor ponsel Soojung. Dia meminta Haneul untuk mengemudikan mobil secepat mungkin. Dia tidak ingin Soojung melakukan kesalahan lagi.
--- Sementara itu di sekolah.
Aku sibuk mendengarkan penjelasan Yuri ssaem dan sesekali melirik ke arah Jinyoung. Tidak seperti biasanya dia terlihat fokus menyimak pembelajaran. Aku kembali menatap ke arah papan tulis dan mencatat beberapa poin penting. Tiba-tiba ponselku bergetar, terlihat dilayar My Eonni.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku bingung karena eonni menghubungiku saat di jam pelajaran, segera mungkin aku izin untuk keluar kelas. Kuangkat panggilan telepon itu, "Ada apa eonni?" tanyaku sangat penasaran.
"Hubungi Soojung sekarang juga!" pintanya terdengar cemas.
"Apa yang terjadi?" sambungku merasa ada yang aneh.
Eonni memintaku untuk mencari keberadaan Soojung secepatnya dan dia langsung memutus panggilan telepon. Aku masih kebingungan dan mencoba untuk menghubungi ponsel Soojung eonni. Berkali-kali aku mencobanya, namun ponselnya tidak dapat dihubungi. Aku mencoba meminta bantuan Jinyoung.
'Apa kamu bisa keluar sebentar? Aku menunggumu di tangga. Cepatlah!' pesanku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Beberapa menit kemudian Jinyoung terlihat berlarian ke arahku. "Ada apa?" tanyanya terengah-engah.
Aku memintanya untuk melacak nomor ponsel Soojung eonni. Aku mengetahui jika Jinyoung sangat pintar untuk urusan yang satu ini. Dia terlihat kebingungan, aku mengatakan tidak ada waktu untuk menjelaskannya. Dengan segera mungkin dia mencoba melacak keberadaan eonni. Tak lama kemudian kami mendapatkan alamatnya, aku terperangah ketika melihat alamatnya.
"Aborsi?" seruku kaget.
Aku dan Jinyoung saling memandang. Tanpa pikir panjang Jinyoung meraih tanganku dan kami segera meninggalkan sekolah. Aku dengan segera mengirimkan alamat itu kepada Nana eonni. Kami menaiki taksi dan meminta supir untuk segera menuju alamat yang Jinyoung katakan.
Diperjalanan aku memikirkan apa yang telah terjadi dan berharap bukanlah sesuatu yang buruk. Tak terasa kami telah sampai ditujuan, aku dan Jinyoung segera keluar dari taksi. Terlihat Nana eonni bersama Kiyoung oppa dan Haneul oppa juga baru saja sampai. Eonni memintaku untuk tetap berada diluar, aku tidak bisa hanya berdiam diri diluar. Kiyoung oppa memintaku untuk menuruti kemauan eonni.
Mereka pergi mencari keberadaan Soojung eonni, Jinyoung menemaniku di luar gedung. Nana, Kiyoung dan Haneul mencari keberadaan Soojung kian kemari. Mereka sudah mencari ke semua tempat namun Soojung tak terlihat. Di luar gedung, aku benar-benar tidak tahan, kuputuskan untuk masuk ke dalam dan mencari Soojung eonni.
Tak lama kemudian aku melihat sosoknya yang sedang terlibat percekcokkan dengan seorang pria. Aku menunjuk ke arah eonni dan melirik Jinyoung. Jinyoung paham dan tanpa diperintahkan dia memukul pria itu. Pria itu langsung terjatuh dan Jinyoung meminta pria itu menjauh dari Soojung eonni.
"Apa kau ingin mati?" teriak Jinyoung kesal.
Aku berlari ke arah Soojung eonni, "Apa yang eonni lakukan ditempat ini?" tanyaku penasaran.
Soojung hanya diam dan malah balik bertanya padaku, "Jisoo, kenapa kamu disini?"
Aku menghela nafas dan berteriak padanya. "Apa eonni hamil? Dan ingin menggugurkannya?"
Soojung terlihat kaget mendengar apa yang baru saja terlontar dari bibirku.
"Apa eonni sudah gila?" bentakku tak dapat menahan emosi.
Tiba-tiba Nana datang dan melayangkan sebuah tamparan ke wajah Soojung. Plakkk...
Kami semua kaget melihat apa yang baru saja dilakukan oleh Nana.
Terlihat Nana menatap Soojung dan menyadari jika pria yang telah membuat semua kejadian ini sedang berdiri di pojok. Nana menghampirinya dan tanpa pikir panjang meninju wajah pria itu. Pria itu segera berlutut di hadapan Nana dan menyampaikan permintaan maaf. Pria itu, Lee Jun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku akan bertanggung jawab! Aku disini untuk mencegahnya melakukan aborsi!" ungkapnya sambil merapatkan kedua telapak tangannya.
"Menyingkirlah dari hadapanku! Aku tidak ingin mendengar apapun darimu!" perintah Nana sambil kembali ke tempat Soojung berdiri.
"Apa kau melakukannya? Ya, lihat mataku! Apa kau telah melakukannya?" bentak Nana.
Terlihat airmata jatuh dipipi Soojung dan dia segera menghapusnya.
"Ini bukan urusanmu!" serunya dan beranjak dari tempatnya berdiri.
Nana menghentikan langkahnya dengan meraih lengannya. Nana mencoba untuk menahan amarahnya, "Mari kita bicarakan masalah ini dengan baik-baik!" usulnya.
Soojung mencoba untuk melepaskan tangan Nana dari lengannya. "Tidak ada yang perlu dibicarakan!" sambungnya dan berlalu dari tempat itu.
Aku menghentikan langkahnya dan saat ini tepat berdiri dihadapannya. Kami saling memandang satu sama lain, aku menahan agar airmata tak jatuh dipipiku dan mencoba menggigit bibir bagian bawahku.
"Aku benar-benar tidak tahan lagi dengan semuanya! Pulanglah! Jika eonni tidak melakukannya, biar aku yang pergi!" ungkapku dan perlahan mundur selangkah darinya.
"Selesaikanlah masalah antara eonni dan Nana eonni. Jika tidak, aku tidak akan pernah pulang!" ancamku.
"Ya Kim Jisoo! Bagaimana bisa kamu mengatakan hal seperti itu?" bentak Nana eonni.
Aku menatapnya dan menyakinkannya jika mereka tidak berbaikan, aku tidak akan pulang ke rumah. "Aku serius!" seruku sambil berlalu meninggalkan mereka semua.
Jinyoung mengikuti langkahku dan mencoba untuk menenangkanku.
"Apa kamu serius tidak akan pulang? Lalu, kamu akan pergi kemana?" tanyanya sedikit khawatir.
Aku berencana untuk menyewa kamar hotel jika mereka tidak melakukan keinginanku. Jinyoung menggaruk-garuk kepalanya dan mencoba untuk menentang keinginanku. Dan memintaku untuk pulang saja ke rumah. Aku memandangnya dan segera mungkin memberhentikan taksi. Aku memintanya untuk tidak mengikutiku lalu kumasuk ke dalam taksi. Jinyoung memandang taksi yang membawaku pergi.