3

6.5K 586 36
                                    

Matahari beranjak naik menduduki singgasananya.  Sinarnya berusaha untuk masuk ke dalam celah-celah kamar yang masih enggan untuk di sinari. Kamar Syadza salah satunya.

Bukan Syadza tak mau bangun. Ia hanya tak bisa. Matanya sudah membuka sejak 15 menit lalu. Namun tubuhnya tidak terlalu bersahabat karna sangat sulit untuk digerakkan.

Perlahan tangannya mulai dapat digerakkan hingga Ia mampu untuk menjangkau ponselnya. Banyak sekali pesan masuk mengucapkan selamat kepadanya. Pesan yang sembilan puluh persenya datang dari orang yang hanya berusaha menarik perhatiannya. Tidak benar-benar tulus.

Tak ada pesan dari Steve. Steve pasti masih sangat marah padanya. Syadza yang semula akan menghubungi Steve pun. Mengurungkan niatnya, Ia harus memberikan waktu kepada Steve.

...
...

Tepat pukul sebelas siang Syadza baru datang ke kantornya. Sepertinya memang benar apa yang dikatakan Steve bahwa Syadza harus merasa beruntung karna merupakan putri dari Basuki Purnomo. Jika tidak bagaimana mungkin Ia bisa datang dan pulang kantor seenaknya.

Sedikit berlari Ia masuk ke dalam kantornya.

"Hai mba Syadza.."

"Halo pak.. " jawab Syadza dan mengipasi wajahnya yang nampak sangat memerah.

"Mba syadza.. mukanya merah banget.. mba syadza sakit ya?"

Syadza menggeleng.
"Saya sedang perawatan wajah pak. Dan memang saat ini lagi masa sensitif jadi mudah merah kalau kena panas.. " ucap Syadza.

Anton mengangguk mengerti "biar cantik ya mba.. kan sebentar lagi akan menikah. Saya sudah dengar kabarnya. Selamat ya mba" ucap Anton..

Syadza memaksakan diri untuk tetap tersenyum kali ini.

"Iya pak Anton.. terimakasih ya."

Syadza mengeluarkan 10 lembar uang bernominal seratus ribu dan memberikannya kepada Pak Anton.

"Titip buat makan-makan bersama dengan Tim ya pak.."

"Wah ibu nih repot-repot, ngga usah bu" ucap Anton.

Seorang pria paruh baya yang tak lain adalah Basuki ayah Syadza pun menepuk bahu Anton.

"Ambil saja ton.. lumayan toh buat rokok atau kopi. Hitung-hitung karna kalian selalu engga bisa ikut setiap kami mengadakan pesta" ucap Basuki.

Syadza mengangguk setuju. Anton pun mengambil uang yang diberikan Syadza.

"Terimakasih pak..mba.."

"Yaudah kita tingga dulu ya.. " ucap Basuki. Kemudian Ia menggandeng putrinya untuk menuju ruangan mereka.

"Papah tumben kesini terus?"

Basuki mengangguk "memang steve tidak cerita ? Kita dapat projek pembangunan jembatan dan jalanan LRT dari pemerintahan.

"Oh iya? Mungkin steve cerita tapi aku ngga terlalu paham"

Basuki menepuk-nepuk pundak Syadza. "Kamu tuh sebentar lagi mau jadi istri.. harus sering dengerin cerita suami mu. Support dia. Kalau dia cerita didengar baik-baik. Jangan cuma asal dengar.."

Syadza merangkul pinggang ayahnya. Kemudian mengangguk. "Iya pah"

"Bagaimana ini, papah tidak bisa melepas mu? "

Syadza tak bicara apapun hanya memeluk ayahnya lebih erat.

"Tapi papah setuju kamu dengan Steve. Dia anak baik,cerdas, bertanggung jawab. Juga datang dari keluarga terhormat. Sangat ideal untuk mu. "

Purple Land (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang