Jika biasanya Syadza akan bangun lebih dulu untuk menyiapkan sarapan, pagi ini Stevelah yang bangun lebih dulu.
Syadza yang sudah nampak segar juga rapi berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan pun terkejut dengan adanya Steve di sana.
"Morning" sapa Steve
"Steve?"
"Kamu tunggu aja di meja makan. Aku yang buat sarapan hari ini" ucap Steve.
Syadza tak beranjak dari tempatnya, Ia menatap dapur yang sangat amat berantakan itu.
"Kamu yakin bisa ?" Tanya Syadza
Steve melihat kesekelilingnya, tangannya menggaruk lehernya yang tak gatal lalu Ia meringis.
"Ehmm.. agak sedikit berantakan sih.. tapi aku bisa serius.."
Sungguh bagi Syadza ini bukan sedikit. Tetapi kacau, entah dari sudut mana Steve melihat ini sebagai sedikit.
"Aku bantu ya.." tawar Syadza
"Engga udah sana.." ucap Steve.
Meskipun ragu Syadza pun meninggalkan Steve. Ia menunggu di meja makan, namun matanya terus menatap ke arah Steve.
"Jangan terus melihat ku, nanti jatuh cinta" ledek Steve
"Steve kamu benar-benar tidak butuh bantuan?" Tanya Syadza lagi.
"Tidak,ini sudah selesai." Ucap Steve dan membawa satu piring dengan satu tangannya. Tangan lainnya tentu memegang tongkat.
"Aku bantu angkat" ucap Syadza dan akan berdiri namun Steve menahan bahu Syadza.
"I can handle it, believe me." Ucap Steve dan tersenyum lembut. Membuat hati siapapun pasti akan mencair.
Syadza sungguh penasaran dengan apa yang terjadi pada Steve. Perubahan yang steve lakukan bukankah terlalu drastis?
Setelah memindahkan semua masakannya, Steve pun ikut duduk di kurai makan mereka.
"Ayo makan?"
Syadza menatap makanan itu, yang tampilannya tak begitu buruk. Ada roti panggang, telur orak-arik, sosis panggang dan juga Cream sup.
"Cobalah, ini pertama kalinya aku membuat sarapan untuk orang lain" terang Steve
"Kamu mengacaukan seluruh dapur hanya untuk ini?" Ledek Syadza.
Steve merajuk, Ia menarik piring Syadza.
"Yaudah ngga usah dimakan"
Syadza mengambil piringnua kembali. "Makasih ya, ini juga pertama kalinya aku di buatkan sarapan oleh seorang pria tampan" ucap Syadza.
Steve yang sebenarnya masih kesal berusaha menahan senyumnya dipuji Seperti itu.
Syadza mencoba masakan Steve itu."Bagaimana?" Tanya Steve
"Emm..lumayan"
"Yang jujur!"
"Rotinya terlalu gosong, sosisnya masih belum sepenuhnya matang, cream soupnya terlalu banyak air jadi rasanya kurang dan encer"
Steve merengut lagi, memang Ia yang meminta Syadza jujur. Tapi paling tidak harusnya Syadza tak sejujur itu.
"Tapi telurnya enak.. aku suka." Ucap Syadza
"Benar?" Tanya Steve tak percaya. Syadza mengangguk. Steve mengambil sendoknya dan mencicipi telur di piring Syadza alih-alih di piringnya. Steve sering sekali melakukan sesuatu dengan sangat baik, namun entah mengapa baru kali ini Ia merasa begitu bangga hanya karna bisa membuat telur orak arik yang enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Land (Complete)
Lãng mạn"Ada yang salah dengan kepala mu! Berhentilah sebelum semuanya semakin parah!"