Seperti biasanya kamar Syadza nampak temaram hanya disinari cahaya bulan dari jendela yang sengaja Syadza biarkan terbuka. Syadza sendiri duduk di kursi belajarnya, Menatap Amplop berwarna putih hijau itu. Ia menyentuhnya, sudah Ia baca tadi tak hanya sekali tetapi berkali-kali berharap bahwa mungkin saja ada kesalahan saat Ia membacanya. Namun tidak hasilnya tetap menunjukan hal yang sama.
Mata Syadza terpejam, barangkali dengan begitu perasaannya membaik. Ia mencoba menguatkan hatinya sendiri. Sungguh Ia tak bisa begini, jika Ia terus seperti ini Ia akan kembali seperi dulu.
Syadza membuka matanya. Bangkit dari kursinya untuk menyalakan lampu dan menutup jendela kamar. Lalu kembali ke kursi belajar membawa satu buat buku catatan. Ia mulai mencari lembar kosong agar dapat Ia tuliskan sesuatu.
Meratapi hal yang sudah terjadi tak akan menghasilkan apapun. Sekarang yang Ia perlu lakukan adalah menyelesaikan segala hal yang memang perlu Ia lakukan dengan lebih cepat sebelum Ia benar-benar tak berdaya. Satu demi satu hal-hal itu mulai tertulis di buku catatan syadza. Bagi Syadza saat ini isi Amplop itu adalah cara Tuhan untuk membuatnya lebih terarah. Lebih fokus dan tau apa yang harus Ia lakukan. Membuatnya lebih tau bagaimana menggunakan waktu sebaik-baiknya.
...
...Salah satu dari hal penting yang perlu dilakukan Syadza adalah menikah dengan Steve. Karna itulah saat ini keluarga nya dan keluarga Steve bertemu di sebuah restoran mewah. Orang tua Steve nampak lebih antusias dari Syadza. Mereka sangat setuju Steve menikah dengan Syadza tentu saja karna artinya perusahaan mereka akan mendapatkan bantuan penuh dari perusahaan Ayah Syadza yang jauh lebih besar. Semua orang tampak bahagia kecuali Steve. Hanya Steve lah yang terpaksa berada di sana. Andai saja Ia bisa menolak Ia pasti sudah menolak.
Ia benci semua orang di tempat itu. Semua orang yang menjadikan kelemahannya sebagai alat untuk memberdayakannya. Diantar itu semua hanya pada Syadza lah Ia bisa melampiaskannya. Tekad Steve sudah bulat, Ia akan membuat hidup Syadza menderita, Ia akan membuat Syadza menyesal karna memaksanya menikah.Bukan dia yang jahat, tetapi orang-orang yang saat ini tertawa di atas penderitaan dirinya dan Ibunya. Ia bahkan sudah memohon dan mengiba pada Syadza bahwa Ia tak ingin menikah dengan Syadza. Namun Syadza mengabaikannya. Jika seperti itu mau Syadza dia tidak ada pilihan lain.
"Kalau menurut papih sih lebih cepat lebih baik..Steve juga sudah 27 tahun. Ya sudah cukup usialah untuk menikah." Ucap Dery Tanuwijaya ayah dari Steve. Ibu tiri Steve yang tak orang lain tau itu kecuali Syadza menyentuh tangan Steve.
"Mami juga setuju.. steve juga cinta banget kan sama Syadza."
Syadza berusaha untuk tersenyum. Di atas segalanya Ia lah yang paling tau. Ia tau betapa tersiksanya Steve. Ia tau betapa palsunya orang tua Steve. Ia tau Steve tak mencintainya. Ia tau saat ini Steve pasti sangat marah dan terluka. Tetapi Ia sungguh tak punya cara lain, tak punya pilihan lain. Waktunya terbatas. Ia tak berharap Steve akan mencintai nya kelak. Ia hanya berharap Steve mengerti mengapa Ia melakukan ini kepada Steve.
"Ya kalau gitu saya juga setuju.. yang terpenting untuk saya adalah kebahagiaan Syadza. Hanya itu saja" jawab Basuki
Ibu sambung Syadza tersenyum lembut dan mengusap kepala Syadza penuh sayang. Syadza menahan tangan Ify agar tak melakukan itu namun dengan sopan dengan tanpa di sadari yang lainnya.
Syadza jelas tau bahwa Ify tulus. Justru karna Ify tuluslah Syadza tidak mau Ify melakukan itu. Melakukan hal yang seharusnya di lakukan oleh Ibunya. Bagi Syadza memanggil Ify dengan sebutan mama di depan orang lain sudah sangat berat baginya. Tetapi hanya itu yang ayahnya minta darinya dan Almarhum ibunya pun meminta Syadza untuk membuat ayahnya bahagia. Jadi tak ada yang bisa Syadza lakukan selain menerima Ify.
Jika saja Ify jahat mungkin tak akan seberat ini. Ia bisa membenci Ify. Tapi sungguh tak ada yang bisa dibenci dari Ify.
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Land (Complete)
Romance"Ada yang salah dengan kepala mu! Berhentilah sebelum semuanya semakin parah!"