Jakarta cukup basah hari ini karna hujan yang tak juga berhenti sejak pagi hingga malam. Hal itu membuat Steve malas untuk bekerja dan memilih untuk menemani istrinya di rumah seharian.
Seperti hari ini Steve dan Syadza sedang duduk di sofa menonton film Hungger game part terakhir. Steve nampak memeluk Syadza dari belakang. Sesekali dengan jailnya Ia mengganggu istrinya."Mas.." keluh Syadza yang terusik karna Steve yang terus mengecupi pipinya.
Steve hanya terkikik geli, namun Ia menghentikan aksinya dan memilih untuk menyisir rambut Syadza dengan jarinya.
"Rambut mu sudah tida rontok"
Syadza mengangguk, "sepertinya membaik"
Steve tersenyum dan melanjutkan kesibukannya itu.
"Sayang.."panggil Steve
"Kamu panggil aku apa?"
"Sayang..kenapa emang?" Tanya steve balik. Syadza menggelengkan kepalanya dan mencoba menahan senyumnya.
"Norak kamu"
"Biarin aja..Eh jadi kamu tuh udah nulis berapa novel?" Tanya Steve
Syadza nampak mengingat dan menghitung novel yang Ia tulis. "Kalau yang terbit jadi buku sih baru 6"
"Dan tidak ada satupun yang pakai nama mu? Kenapa?" Tanya Steve
Syadza menggeleng, "euhm.. aku sedikit insecure.."
"Aneh.. di cerita mu. Kamu bisa melawan insecure itu."
"Ya karna kisahnya berbeda.." ucap Syadza
Steve menganggukan kepalanya. "Kenapa kamu mau jadi dokter?" Tanya Steve lagi.
Syadza menoleh menatap Steve sesaat.
"Kenapa tanya gitu?"
"Mendadak penasaran aja.. kenapa kamu mau jadi dokter lalu kenapa berhenti?" Tanya Steve.
Ia menghentikan tangannya memainkan rambut Syadza dan memilih menatap istrinya dengan lekat.
Syadza terdiam lalu menghela napasnya sebelum menjawab pertanyaan."Aku ingin menyembuhkan orang, aku ingij membantu orang, ya sama kaya kamu ingin membantu membuatkan rumah untuk orang-orang yang tidak punya rumah aku mau mengobati orang-orang sakit yang sulit untuk membayar biaya berobat" ucap Syadza
"Lalu?"
"Ya aku berhenti. Karna aku sadar diri fisik ku tidak memungkinkan"
"Menurut siapa?' tanya Steve
"Maksudnya?" Tanya Syadza
"Ya menurut siapa tubuh mu tidak memungkinkan"
Syadza mengerutkan keningnya. "Ya kan aku sakit Steve.."
"Iya dan menurut siapa itu tidak mungkin?" Ulang Steve. Syadza kembali diam sesaat sebelum menjawab. Ia mencoba mencari Jawaban yang tepat dan mengingat alasannya berhenti.
"Menurut ku" jawab Syadza dengan suara pelan dan lemah.
Steve tersenyum, Ia meminggirkan rambut Syadza lalu mengecup kening Syadza dalam.
"Terimakasih sudah bertahan ya" ucap Steve setelah melepas kecupannya.
Syadza masih belum tersenyum, Tentu saja Karna Ia memikirkan tentang kuliahnya itu. Ia masih berfikir alasan Ia terbesar untuk berhenti apa.
"Tidur yuk..kamu keliatan lelah"
Syadza menganggukan kepalanya dan mereka pun merapikan ruang tengah sebelum masuk ke dalam kamar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Land (Complete)
Romance"Ada yang salah dengan kepala mu! Berhentilah sebelum semuanya semakin parah!"