Sudah pukul sebelas malam namun Steve belum juga pulang. Berulang kali Syadza menatap jam di tangannya dengan cemas. Ia tentu saja tidak bisa istirahat begitu saja saat suaminya belum juga pulang. Syadza mencoba menghubungi Steve namun nomor steve tak aktif.
Syadza menoleh cepat dan berlari menuju pintu saat mendengar suara mobil Steve. Ia mebukakan pintu untuk Steve.
"Steve.. kamu dari mana?" Tanya Syadza
Steve tak menjawab pertanyaan Syadza. Ia berjalan melewati Syadza.
"Kamu mabuk ya?" Tanya Syadza yang mencium bau alkohol dari tubuh Steve.
Steve benar-benar tak menyauti Ia hanya terus berjalan menuju ruangan favoritnya. Syadza mengikuti Steve dari belakang.
"Kamu udah makan? Aku buatkan kamu sesuatu ya?"
Pertanyaan Syadza di jawab dengan bantingan pintu oleh steve. Syadza memejamkan matanya, mencoba untuk menenangkan hatinya sendiri. Bukankah sejak awal Ia tau bahwa Ini tak akan pernah mudah.
Syadza mengatur napasnya. Setelah merasa cukup tenang Ia membuka pintu ruangan Steve dan masuk ke dalam.
Dilihatnya Steve yang sudah tertidur di atas sofa besar tanpa lebih dulu melepas jas ataupun sepatunya. Syadza mendekat Ia membantu melepaskan sepatu dan juga Jas Steve lalu membenarkan posisi Steve. Wajah tampan Steve nampak sangat lelah. Tangan Syadza menyentuh rambut steve yang menutupi kening Steve.
Dalam diam Syadza terus menatap wajah Steve. Banyak sekali yang ingin syadza katakan namun tak bisa Ia lakukan saat ini. Karna Saat ini yang bisa Ia katakan hanya maaf dan maaf. Dan berharap bahwa pada akhirnya Steve akan mengerti mengapa Ia begitu kejam pada Steve.
Setelah cukup puas memandangi wajah tampan Steve. Syadza berdiri dan mengatur suhu ruangan agar Steve merasa nyaman, Ia juga menyelimuti Steve lalu sebelum meninggalkan ruangan steve Syadza lebih dulu mematikan lampu di ruangan itu dan menganntinya dengan penerangan yang lebih temaram.
...
...Sama seperti pagi biasanya Syadza sudah siap dengan sarapan untuk steve di atas meja makannya. Syadza baru saja akan menuju ruangan Steve untuk membangungkannya namun Steve sudah lebih dulu keluar dan Seperti biasanya sudah dalam balutan jas lengkap juga rapi.
"Sarapan dulu ya.. Semalam kamu minum alkohol kan? Perut kamu pasti tidak nyaman" ucap Syadza
Persis seperti berbicara dengan benda mati karna Steve yang sama sekali memberikam Syadza respon apapun. Steve bersikap seakan-akan Ia hanya tinggal sendiri di rumah itu. Setelah meminum air mineralnya Steve pun meninggalkan rumah begitu saja. Mengabaikan Syadza sepenuhnya.
***
Di dalam ruangan serba putih yang tak cukup besar itu , Syadza terduduk menunggu penjelasan dokter tentang kondisinya saat ini.
Seorang pria yang nampak tak muda lagi melepaskan kaca matanya setelah membaca hasil lab Syadza."Syadza.. " ucapnya dan terhenti. Ia menatap wajah syadza dengan prihatin.
Syadza tersenyum saat di perlakukan seperti itu.
"Kalau om pram seperti ini pasti hasilnya tidak baik"
"Kita kabari orang tua mu ya?"
Syadza menggeleng, "jangan om, kasian papah"
Pria berjas putih itu, menghela napasnya. Ia khawatir pada salah satu pasien yang sekaligus anak dari sahabatnya.
"Paling tidak suami mu" ucap Pram
"Aku akan memberitahunya sendiri om, apa dia aktif lagi? Sudah sejauh apa?" Tanya Syadza
Pram menghela napasnya. Ia adalah doktet berpengalaman hanya saja tidak mudah untuknya memvonis seseorang yang sudah Ia anggap seperti putrinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Land (Complete)
Romance"Ada yang salah dengan kepala mu! Berhentilah sebelum semuanya semakin parah!"