31

8.4K 617 52
                                    

Steve memeluk Syadza erat di atas kasur rawat Syadza. Begitupun Syadza yang juga terus memiringkan tubuhnya untuk memeluk Steve.

Steve meletakan wajahnya di atas kepala Syadza.

"Steve.." panggil Syadza

"Hmmm.. "
Steve mengendurkan sedikit pelukannya agar dapat menatap wajah istrinya.

"Kenapa?" Tanya Steve

Syadza menggelengkan kepalanya. "Hanya ingin memanggil mu"

Steve tersenyum dan mengusap pipi istri lembut.

"Steve.. kamu sudah menemui Ibumu?" Tanya Syadza

Steve menggeleng, "aku tau aku anak durhaka tapi aku sunggu lebih ingin menemui mu dulu. Setelah ini aku akan meminta Ibu agar mengampuni ku" ucap Steve 

Syadza tersenyum kecil,
"Ibumu sangat merindukan mu"

"Apa dia baik-baik saja Syadza?" Tanya Steve

Syadza mengangguk, "baik.. maaf membuat kalian menunggu terlalu lama"

Steve terus mengusap wajah Syadza, Ia menganggukan kepalanya. "Ini bukan salah mu. Jangan lagi merasa bersalah atas apa yang bukan menjadi salah mu" ucap Steve

Syadza menyentuh tangan steve yang ada di wajahnya.

"Ibumu sangat cantik steve."

Steve mengangguk, "itu sebabnya kenapa aku sangat tampan"

Syadza kembali tersenyum geli kemudian mengangguk.

"Tunggu sejak tadi kamu terus menyebut ibuku dengan sebutan ibuku. Ibuku juga ibumu..aku tidak suka mendengarnya, jadi mulai sekarang kamu cukup memanggilnya dengan sebutan Ibu." Ucap Steve

"Iya...ibu sangat cantik. Kamu punya bentuk mata yang mirip banget sama Ibu" ucap Syadza.

Steve ikut tersenyum, "mataku sangat menarik bukan?"

"Apa kamu selalu senarsis ini?" Tanya Syadza

Steve mengangguk, "aku menyukai wajah tampan ku, jujur saja aku merasa sangat tampan bahkan lebih tampan dari Januar. Ya meskipun banyak orang mengatakan Januar jauh lebih tampan dariku" ucap Steve

"Aku setuju dengan kamu. Kamu lebih tampan dari Januar" ucap Syadza.

Senyum steve melebar, Ia mengecup kening Syadza dalam. "Karna itulah aku menikahi mu"

"Kamu menikahi ku, karna aku mengancam mu" lanjut Syadza.

Steve tak kuasa menahan tawanya. "Ah.. ya. Aku di paksa untuk menikahi mu. Hah..mungkin ini satu-satunya hal baik yang aku dapat dari semua paksaan yang di berikan ayah ku" ucap Steve.

Tangan Syadza terulur untuk menyentuh wajah steve.

"Makasih ya.."

Steve tak menjawab apapun, Ia hanya terus menatap Syadza.

"Apa rasanya sakit sekali?"

Syadza mengangguk "sometimes..aku merasa tidak bisa menahan sakitnya"

Wajah Steve kembali berubah sendu. "Maaf aku tidak tau"

"Bukan salahmu"

"Tapi mulai saat ini aku janji aku akan menemani kamu di setiap rasa sakit mu, sampai kamu lupa dengan rasa sakit itu"

"Steve..."

"Hmm?"

"Apa kamu benar-benar ingin tetap bersama ku?" Tanya Syadza

Purple Land (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang