Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, namun Steve belum juga terbangun dari tidurnya. Tidak seperti Steve pada biasanya yang selalu bangun pagi.
Bibir Steve melengkung membentuk senyuman meski matanya masih terpejam, Sepertinya saat ini Ia sedang bermimpi indah. Steve menarik guling di sampingnya untuk masuk dalam dekapannya.
Menyadari yang ada di sampingnya bukan lagi Syadza Steve pun perlahan membuka matanya. Ia mencoba mencari Syadza yang justru ada di belakangnya. Terduduk di pinggir kasur memandangi tingkah manis Steve sejak tadi.
"Morning" sapa Syadza
Steve menyipitkan sedikit matanya karna masih merasa silau. Sungguh wajah Steve nampak lebih menggemaskan saat baru terbangun dari tidur.
Steve mengulurkan tangannya seakan meminta sesuatu.
"Apa?" Tanya Syadza
"Bayaran ku" jawab Steve serak, suara khas bangun tidurnya. Ia juga kembali memejamkan matanya meskipun tidak kembali tidur.
"Bayaran apa?"
"Karna menjaga mu semalam, karna menjadi suami mu semalam, karna memeluk mu semalam." Ucap Steve yang kini memiringkan tubuhnya ke arah Syadza dan menggunakan tangannya sebagai bantalan.
Syadza mengangguk dan tersenyum. "Kamu mau bayaran apa? Puding mangga?"
"Aku sungguh tidak semurah itu.." ucap Steve yang kini kembali menatap Syadza.
Cara Steve menatap Syadza pagi ini sangatlah berbeda. Jika dulu Steve menatap Syadza jijik dan berubah menjadi benci lalu berlanjut dengan tatapan biasa dan pagi ini Steve menatap Syadza penuh sayang. Seakan Steve sudah memutuskan bahwa ya, dirinya memang telah jatuh hati pada istrinya dan Ia ingin membiarkan itu. Ia ingin membiarkan Syadza tau tentang perasaannya. Ia ingin Syadza tau bahwa Ia tidak akan pergi.
"Bagaimana kondisi mu?" Tanya Steve lembut.
"Sudah jauh lebih baik." Ucap Syadza. Steve tersenyum. Ia mengulurkan tangannya untuk memeriksa demam Syadza yang memang sudah mereda.
"Sepertinya aku cocok jadi dokter, aku bisa membantu mu sembuh dalam semalam" ledek Steve
Syadza mencebik gemas "jadi siapa saja yang sudah kamu bantu sembuh?"
"Baru kamu, kalau aku tau dari dulu aku pasti sudah buka praktek peluk"
Syadza tertawa kecil dengan candaan receh dari Steve itu.
"Ayo turun, mertua mu sudah menunggu mu di bawah"Steve meregangkan tubuhnya, "ah benar aku punya mertua yang harus aku taklukkan. Ya, siapa tau mereka akan memberikan hak waris yang banyak pada menantu ke sayangannya ini"
Senyum Syadza semakin merekah, Steve mengusap tangan Syadza.
"Ini kenapa?" Tanya Steve dan mengangkat tangan Syadza.
"Oh, tadi tidak sengaja menabrak sesuatu."
Steve bangun dari tidurnya, Ia duduk bersandar dan memeriksa tangan Syadza yang nampak lebam itu.
"Apa sakit?"
Syadza menggeleng,
"Apa kamu sudah merasa sakti dengan membentur-benturkan tubuh mu?"
"Aku tidak sengaja"
Steve menatap Syadza khawatir, "apa menurut mu benturan ringan akan membuat lebam seperti ini?"
"Apa kamu mulai mencintai ku? Kamu terlihat khawatir sekali" Ledek Syadza
Steve menatap Syadza tegas. Ia sungguh tidak bercanda saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Land (Complete)
Romance"Ada yang salah dengan kepala mu! Berhentilah sebelum semuanya semakin parah!"