Aula hotel yang cukup luas itu sudah di sulap menjadi sebuah ruangan yang sangat cantik. Hal yang nampak mewah saat ini bagi mereka sudah sesederhana yang mereka mampu. Tadi pagi tepat pada pukul sepuluh Syadza sudah resmi menjadi istri steve dan malam ini adalah pesta perayaan pernikahan mereka. Pernikahan yang sungguh tak diinginkan Steve.
Sebisa mungkin Steve bertahan untuk berada disana namun stress yang Steve rasakan terlalu berlebihan hingga membuatnya terus ke toilet untuk memuntahkan entah apalagi. Isi perut steve sudah sepenuhnya terkuras, minum pun akan langsung kembali Steve muntahkan.
Hal itu tentu tak luput dari perhatian Syadza. Syadza menunggu dengan cemas didepan pintu toilet. Steve keluar dari sana dengan mengiringkan bibirnya.
"Steve kamu ngga papa? Kita ke rumah sakit ya?" Tanya Syadza cemas
Steve mengabaikan Syadza, Ia berjalan begitu saja melewati syadza. Tangannya berpegangan pada dinding tembok dan nyaris saja terjatuh kalau saja Syadza tak menangkapnya.
"Steve.. kamu ke kamar aja ya.. Aku akan bilang.." ucap Syadza dan terhenti karna Steve yang menampik tangannya.
"Pergilah, aku muak melihat mu. Kamu pikir karna siapa aku sakit?" Tanya Steve
"Kenapa sih kamu selalu benci sama aku?"
Pertanyaan Syadza sungguh membuat Steve terkejut. Dengan sisa tenaganya Ia menarik Syadza lalu mendorong nya pada tembok.
"Kenapa? Apa kamu masih perlu alasannya? Syadza apa kepala mu benar-benar tidak ada otaknya?"
"Apa sebenarnya isi kepala mu ini hah?" Tanya Steve dan mendorong-dorong kepala Syadza dengan telunjuknya.
Tak ada perlawanan apapun dari Syadza. Seakan-akan Ia memang mulai terbiasa dengan sikap kasar Steve
Steve menangkup dagu wajah syadza dengan satu tangannya. Menekan kedua pipi Syadza kasar lalu memaksa Syadza untuk menatapnya.
"Aku lebih dari sekedar benci dengan mu. Aku sudah mengingatkan mu bukan? Aku sudah meminta mu bahkan memohon padamu. Ya, kamu menang kamu berhasil membuat ku menjadi suami dari manusia bodoh dan buruk rupa seperti mu. Lalu kamu mau apa? Sekarang aku yang mimimpim Syadza. Akan aku ambil satu-satunya yang terbaik yang kamu miliki. Aku akan membuat mu menyesal melakukan ini padaku." Ucap Steve
Steve menurunkan tangannya, Ia mengusap bekas jarinya di pipi Syadza yang memerah lalu mengusapnya dengan lembut.
"Dengarkan ini baik-baik istri ku. Aku tidak akan membiarkan mu bahagia. Tidak sedetik pun. Aku akan membuat mu menderita setiap detiknya, sama menderitanya seperti ku. Sampai kamu menyerah sampai kamu merasa mati lebih baik dibandingkan hidup dengan ku"
Tatapan Steve jelas menyiratkan bahwa dalam setiap kata yang Ia ucapkan kepada syadza adalah lampiasannya dari rasa sakit yang terus Ia tahan bertahun-tahun.
"Jadi, kamu tidak perlu mengkhawatirkan ku hari ini. Cukup khawatirkan diri mu esok dan seterusnya. "
Tangan Steve membenarkan rambut Syadza yang sedikit berantakan. Ia tersenyum semanis yang Ia bisa.
"Mari kita selesaikan surgamu hari ini.. Aku sudah menikahi mu sayang.. kamu bahagia bukan? Kamu mau apalagi hari ini? Ah.. some kiss maybe? Where..? In here?" Ucap Steve dan menyentuh bibir Syadza.
Steve sudah akan maju untuk mencium Syadza. Namun Syadza memiringkan wajahnya.
"Steve..kamu sakit, kamu harus istirahat.." ucap Syadza.
Steve tersenyum semakin sinis. Ia benci Syadza. Membenci syadza yang bertingkah baik dihadapanya tapi terus menyiksanya. Mengurungnya hidup-hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Land (Complete)
Romance"Ada yang salah dengan kepala mu! Berhentilah sebelum semuanya semakin parah!"