16

6.6K 563 54
                                    

Rumah sudah mulai nampak sepi. Steve nampak kesulitan mendorong kursi rodanya dan Syadza pun membantunya.

"Aku bisa!"

Syadza tak mendengarkan, Ia hanya terus mendorong kursi Roda Steve.

"Aku bilang tidak usah!" Bentak Steve

"Aku hanya ingin membantu"

"Dan aku tidak butuh bantuan mu.." ucap Steve jengkel. Ia pun mencoba kembali menggerakkan kursi rodanya sendiri meninggalkan Syadza.

Syadza menghela napasnya mencoba menyambarkan dirinya sendiri.
Ia pun memutuskan untuk membereskan rumahnya.

...
...

Syadza mengetuk pintu ruangan Steve. Steve tak menyauti,namun karna pintu yang tak di kunci Syadza tetap masuk ke dalam.

Ia melihat Steve yang sedang duduk menggunakan laptopnya.

"Aku membuatkan mu makan malam" ucap Syadza

"Aku sudah makan"

"Kamu hanya makan sedikit" ucap Syadza

"Itu karna aku kenyang"

"Karna kamu tidak suka macaroni schotel.. kamu hanya tidak ingin menjadi beda dari yang lainnya. Kamu juga tidak suka pasta dan tidak bisa makan pedas" lanjut Syadza.

Steve menoleh dan menatap Syadza. Untuk sesaat Ia merasa takjub pada ucapan Syadza. Rahasia ini Regi saja bahkan tidak tau.

"Aku letakan disini ya" ucap Syadza dan meletakan makanannya di atas meja.

"Kamu tidak perlu terus memaksakan menyukai sesuatu yang tidak kamu sukai.." ucap Syadza

Steve menatap tak suka pada Syadza. Ia tak suka di beri nasihat seperti itu. Ia tidak mau nampak lemah di depan Syadza.

"Aku terbiasa melakukan itu. Kalau tidak aku tidak akan menikahi mu" ucap Steve

Syadza menatap Steve. Steve benar-benar nampak tersiksa dengannya.

"Kalau kamu bisa sembuh dan kembali berjalan normal.. aku janji akan mengakhiri ini. Aku akan melepaskan mu" ucap Syadza

Steve terkejut mendengar ucapan Syadza.

"Tapi selama kamu masih sakit.. tolong biarkan aku di samping mu"

"Kamu ingin menyingkirkan Tamara kan? Cara licik apalagi ini?"

Syadza menghela napasnya. "Baiklah.. minta Tamara datang. Kalau dia datang dan mau menjaga mu. Aku akan pergi, tapi jika tidak aku tidak akan kemana-mana. Habiskan makanan mu, aku sudah membereskan kamar kamu bisa istirahat disana. Selamat malam Steve" ucap Syadza

Syadza sudah akan berlalu, namun Steve memanggilnya.

"Apa kamu benar-benar akan melepaskan ku?" Tanya Steve

Syadza tak membalik tubuhnya. Ia tak berani melakukan itu. Ia sungguh takut air matanya tumpah.

"Hmm.."

"Tidak bohong?"

"Sembuh dan buktikanlah." Ucap Syadza

"Oke, aku membiarkan mu tinggal di sini , sampai tamara datang. Aku yakin dia akan datang. "

"Terimakasih" ucap Syadza dan meninggalkan ruangan Steve.

Sebelum benar-benar meninggalkan kamar itu Syadza menatap cukup lama pintu ruangan Steve. Hatinya terasa begitu sakit.

Hanya satu harapannya kini, semoga Ia masih bisa bertahan hingga Steve pulih, namun mengingat hasil medisnya yang Ia ambil tadi pagi rasanya sedikit tak mungkin.

Purple Land (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang