Diam-diam Steve terus memandangi ibunya, Ingin sekali rasanya bisa berada sedekat Aisyah saat ini. Apalagi ketika perasaannya sedang tak menentu.
Aisyah mengantarkan Ibu steve masuk ke dalam kamar. Setelah kurang lebih sepuluh menit Aisyah pun kembali keluar dan menemui Steve.
"Mas.."
"Ibu sudah tidur?" Tanya Steve
Aisyah menganggukan kepalanya. "Mas steve mau langsung pulang atau makan dulu?"
"Pulang saja.."
Sekali lagi Aisyah menganggukan kepalanya. Ia tidak tau apa yang sedang terjadi pada Steve. Namun yang Ia tau saat ini steve tidak baik-baik saja. Entah karna kondisi sang ibu atau memang ada hal lain yang di pikirkan.
"Saya pulang dulu.. Terimakasih ai"
"Sama-sama mas, salam buat mba Syadza" ucap Aisyah.
Steve tak menjawab Ia hanya tersenyum tipis. Ia tak bisa janji untuk menyampaikan salam Aisyah, karna Ia sendiri tak yakin sanggup atau tidak bertemu Syadza yang akan pergi.
Dengan langkah gontai Steve keluar dari rumah. Kepalanya terus tertunduk seakan beban berat benar-benar terdapat di pundaknya.
"Steve"
Steve mengangkat kepalanya. Ada Syadza yang sudah berada di depannya. Syadza nampak lega mendapati Steve ada di sana.
"Aku mencari mu" ucap Syadza
"Oh.. aku kebetulan mampir karna ingin lihat ibu" ucap Steve dan berusaha untuk tersenyum.
"Ehmm.. kenapa aku tidak bisa menghubungi mu?"
Steve merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya.
"Oh..aku tidak tau ponsel ku mati" kilah Steve yang tentu saja berbohong. Jelas sekali kalau Ia yang dengan sengaja mematikan ponselnya.
Syadza menatap Steve bingung, namun Ia tak ingin berbicara banyak di tempat itu.
"Ayo pulang" ajak Steve
Syadza masih terdiam namun kemudian mengangguk setuju. Steve menuju mobilnya begitupun Syadza. Steve membiarkan mobil Syadza jalan lebih dulu lalu Ia mengikuti nya dari belakang.
Dalam perjalanan Steve terus memikirkan bagaimana caranya Ia menghadapi Syadza nanti. Bagaimana caranya bersiap dengan keputusan Syadza? Apakah Ia harus berpura-pura tersenyum bahagia? Atau Ia akan membiarkan dirinya menangis? Akankah Ia mengiba pada Syadza agar tidak pergi? Namun bagaimana caranya Ia menebus rasa bersalah setiap harinya karna menahan syadza untuk tak pergi.
Rasa sakit terus memeluk hati steve. Tanganya meremas stir mobilnya saat Ia teringat bagaimana Syadza yang lebih dulu pindah ke samping Januar, menggenggam tangan Januar lalu memeluk.
Jika dulu Ia sangat marah saat Grace mencium Januar. Namun kali ini Ia tak sedikitpun merasa marah. Ia merasa takut dan terluka. Bahkan sekalipun Syadza ingin terus memeluk Januar Steve akan membiarkan selama Syadza bersamanya. Bukankah saat ini Ia semakin bodoh saja?..
..
Baik Syadza ataupun Steve sudah tiba di rumah meraka. Steve masuk lebih dulu dan membiarkan Syadza untuk menutup pintu. Tujuan utama Steve adalah kamar mandi, setelah keluar Ia menuju dapur untuk mengambil minum. Walaupun niat lainnya adalah menghindari Syadza yang ada di ruang tamu.Syadza menyadari ke anehan pada Steve. Ia pun menghampiri steve, diam-diam Ia melihat steve yang nampak melamun.
Meski canggung dan takut Syadza mendekat lalu memeluk pinggang Steve dan menyandarkan dirinya pada punggung Steve.
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Land (Complete)
Romance"Ada yang salah dengan kepala mu! Berhentilah sebelum semuanya semakin parah!"