Seperti biasanya Syadza terbangun pada dini hari. Ia ingin memastikan bahwa Steve sudah berisitirahat. Di ruang tengah tidak ada Steve. Lalu Syadza membuka pintu kamar mereka dan Steve masih juga tak ada. Hanya ada satu kemungkinan lagi tentang keberadaan Steve yaitu di ruang Favoritnya.
Syadza membuka pintu dengan sangat hati-hati. Ia takut mengangganggu Steve. Benar saja Steve nampak terlelap di sofanya. Syadza mendekat Ia membenarkan posisi Steve, lalu menyelimuti Steve. Syadza juga memungut buku bacaan steve yang terjatuh di lantai. Steve pasti tak sengaja menjatuhkannya karna ketiduran.
Syadza berjongkok di hadapan Steve yang terlelap. Matanya menatap wajah tampan Steve. Ia selalu suka saat seperti ini. Menatap wajah Steve yang terlelap.
Air mata Syadza terjatuh, dengan cepat Syadza menghapusnya. Ia sungguh mencintai pria itu. Dan cintanya semakin dalam setiap harinya. Belakangan ini sikap Steve membaik dan sungguh itu membuat Syadza semakin sulit untuk mengendalikan perasaannya. Ia semakin tidak tau diri saja. Keinginannya selalu semakin banyak. Jika dulu Ia hanya ingin Steve tidak kasar, saat ini Ia ingin lebih lama lagi bersama Steve, Ia ingin menyentuh Steve, memeluk Steve atau bahkan mungkin menciumnya.
***
Sarapan pagi telah tersaji di atas meja makan. Syadza pun sudah tampak rapi dengan pakaiannya, berbeda dengan Steve yang baru keluar dari ruangannya.
"Morning Steve.." sapa Syadza. Ia mendekat pada Steve dan membantu steve Mendorong kursi rodanya.
"Aku bisa sendiri tau.." ucap Steve namun kali ini Ia tidak menolak.
"Biar aku ada kerjaan." Ucap Syadza. Steve mengangguk setuju.
Mereka pun sarapan bersama.
"Gimana?" Tanya Syadza
"Ya.. lumayan.." ucap Steve.
Syadza tersenyum tipis.
"Aku sudah siapkan makan siang di kulkas. Nanti akan ada yang datang untuk beres-beres rumah, sekalian menghangatkan makanan untuk mu. Jadi jangan pesan makanan" ucap Syadza
Steve menatap Syadza dengan tatapan menyelidik. Ia baru sadar kalau Syadza sudah berpakaian lengkap pergi.
"Mau ketemu Januar?"
Syadza mengangguk. "Mau titip sesuatu? Aku bisa mampir ke kantor"
Steve menggeleng, "nanti aku bisa telfon seketaris ku." Ucap Steve
Syadza mengangguk mengerti. "Kalau ada apa-apa kamu bisa hubungi aku kapan pun." Ucap Syadza
Steve menyuap makanannya. Makanan yang semula terasa enak itu kini seakan hilang rasa. Steve meletakan sendoknya.
"Kenapa?"
"Aku mual.." ucap Steve
"Belakangan ini kamu sering mual, kita ke rumah sakit ya? Atau kamu mau aku telfonin dokter? Kemarin siang kamu tidak memakan makanan mu, malam juga kamu ngga makan. " Ucap Syadza.
Steve menggeleng, "aku baik-baik saja. Aku ingin ke kamar" ucap Steve dan meninggalkan Syadza. Sungguh bukan perutnya yang bermasalah. Sumber masalahnya adalah Syadza sendiri.
.
.
.
Di dalam ruangannya Steve tidak melakukan apapun. Selain menatap layar laptopnya. Ia sendiri tak tau mengapa merasa tak nyaman melihat Syadza akan pergi.Kamar Steve di ketuk, tak lama Syadza masuk ke dalam dengan membawa gelas berisi minuman.
"Kamu belum pergi?" Tanya Steve
Syadza menggeleng, "kamu benar tidak mau aku telfon dokter? "
"Biar kamu bisa tenang pergi dengan Januar? Pergi aja lagi. Aku baik kok.." ucap Steve
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Land (Complete)
Romance"Ada yang salah dengan kepala mu! Berhentilah sebelum semuanya semakin parah!"