Sebenarnya setelah proses menyakitkan yang cukup panjang itu Syadza ingin sekali langsung pulang dan beristirahat. Namun semua itu tak bisa Ia lakukan lantaran Ia harus datang ke sebuah acara keluarga rutin yang di adakan di rumahnya. Syadza bisa saja tak datang, tapi Ia tak mau mengambil resiko bahwa ayahnya yang terlalu baik itu akan di manfaatkan oleh kakak-kakaknya juga besannya.
Syadza dan Steve berangkat bersama dengan menggunakan supir. Syadza masih merasa tak sanggup untuk mengemudi.
"Steve.. pokoknya kamu harus awasi papah. Jangan biarkan proyek-proyek besar jatuh ketangan kakak-kakaknya. " Ucap Syadza sebelum masuk ke dalam rumah orang tuanya itu. Steve mengangguk mengerti.
"Tenanglah, kita sudah melakukan ini cukup lama. Kamu tentu tau aku" ucap Steve.
Syadza mengangguk menyetujui ucapan Steve.
"Ayo masuk" ucap Steve dan merangkul pinggang Syadza. Syadza yang masih merasa tubuhnya ngilu pun reflek melenguh.
"Ah"
"Kamu kenapa?" Tanya Steve
Syadza menggelengkan kepalanya. "Sedikit tidak enak badan"
"Pantas wajah mu pucat... Kita pulang saja atau gimana?" Tanya Steve. Syadza menggeleng, Ia Merapikan tuxedo Steve.
"Aku ngga mau kamu minder sedikit pun dengan mereka.." ucap Syadza
"Apa aku terlihat seperti itu?"
Syadza mengangguk. "Sometimes.. "
"Sometimes kamu merasa insecure.. padahal semua yang ada dalam dirimu nyari sempurna. Ya kecuali masakan mu"
Steve tertawa kecil, "ya.. sudah aku bilany itu pertama kali aku masak untuk orang. Aku sudah berusaha"
Tangan Syadza terulur dan menyentuh pipi Steve. Ia tersenyum lebih lebar dari sebelumnya.
"Aku tau.. Terimakasih ya"
"Aku akan belajar membuat makanan yang enak untuk mu" ucap Steve dan menerunkan tangan Syadza, namun dengan tetap menggenggamnya.
Mereka saling menatap satu sama lain, tatapan yang dalam seakan-akan keduanya terjatuh ke dalam pusaran yang sama, pusaran cinta.
"Ayo masuk" ajak Syadza.
Steve menahan tangan Syadza,
"Kenapa?" Tanya Syadza
"You look so beautiful in white.. tonight" ucap Steve.
Syadza tak mempercayai apa yang Ia dengar barusan.
"Kamu bilang apa?"
"Kamu cantik Syadza, meskipun hanya malam ini." Ucap Steve
Hari ini perasaan Syadza sungguh sangat amat sensitif. Matanya sudah berkaca-kaca bahkan hanya dengan mendengar pujian itu. Ia sungguh ingin bersama Steve lebih lama lagi.
"Apa kalian akan terus saling memandang di sana?" Ucap Basuki yang menyambut kedatangan mereka.
Syadza juga Steve mengalihkan pandangannya. Keduanya pun mendekat. Syadza tentu saja langsung memeluk ayahnya. Setengah mati Ia menahan rasa sakit di punggungnya itu.
Setelah penyambutan yang singkat itu, mereka semua bergabung dengan yang lainnya. Berbeda dengan Steve yang masih betah berada di keremunan itu, Syadza sudah berada di kamarnya. Ia muntah hebat lagi dan juga sempat mimisan. Tubuhnya terasa sangat amat lelah hingga membuatnya memilih untuk beristirahat.
Pintu kamar Syadza di ketuk dan setelah Syadza mengizinkan untuk masuk. Ify pun masuk ke dalam kamar Syadza.
"Syadza.. kamu ngga papa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Land (Complete)
Romansa"Ada yang salah dengan kepala mu! Berhentilah sebelum semuanya semakin parah!"