Pernikahan Syadza dan Steve sudah tinggal menghitung hari. Segela persiapan pun sudah hampir seratus persen. Steve semakin sensitif saja, kali ini yang terkena marah steve bukan hanya Syadza melainkan juga para Staf Steve.
Gosip pun mulai ramai terdengar. Gosip bahwa Steve menjadi stress karna pernikahannya dengan Syadza. Hal ini bahkan sampai ke telinga basuki ayah Syadza. Demi mendapatkan kebenaran tentang gosip yang beredar Basuki pun mengadakan makan malam keluarga.
Di depan orang tua Syadza dan orang tuanya steve tentu saja membantah gosip tersebut.
"Maaf ya pah.. aku memang agak sedikit stress. Tapi ya karna pekerjaan ku"
Basuki mengangguk "lagi pula wajar kan kalau pria merasa sedikit stress saat akan menikah. Dulu papah juga begitu. Syadza kamu harus lebih memaklumi Steve ya" ucap Basuki
Ibu tiri steve menggleng. "Bukan Syadza dong yang harus mengerti.. steve saja yang harus bisa mengatur emosinya. Benar kan Steve?" Ibu tiri Steve memberikan senyuman lembut yang cukup mengintimidasi.
Steve mengangguk, Ia menggapai tangan Syadza membuat Syadza sedikit terkejut.
"Aku minta maaf ya.. kamu pasti sedikit terkejut belakangan ini"
Syadza menatap Steve dalam. Ia tau Steve hanya berpura-pura. Hanya saja Ia tetap tidak mampu membohongi hatinya yang tersentuh hanya dengan ucapan bohong steve.
Genggaman tangan Steve pada tangannya sungguh terasa hangat. Syadza rela membayar lebih banyak untuk bisa sedikit lebih lama mengenggam tangan Steve.
Acara makan malam pun selesai seperti biasa Steve menawarkan diri untuk mengantar Syadza. Mereka pun berpamitan dan memisahkan diri. Setelah mulai hilang dari pandangan orang tua mereka Steve pun berhenti. Steve sudah akan berbicara kalau saja tidak ada seseorang yang menyapanya.
"Steve?"
Steve yang mendengar namanya di panggil pun mengangkat wajahnya. Ia mendadak panik saat melihat siapa pria yang tersenyum dan mendekat ke arahnya itu. Ia ingin meminta Syadza bersembunyi namun sudah terlambat karna Pria itu kini sudah benar-benar di dekatnya.
"Hai bro.. wah apa kabar?" Sapanya lagi.
Diantara semua orang di dunia ini. Steve sungguh tak ingin bertemu dengan pria yang ada di hadapannya sekarang. Apalagi jika Ia haru bertemu sebagai calon suami Syadza."Baik.." ucap Steve canggung.
Pria itu tersenyum ramah sangat ramah. Ia nampak cukup tampan atau bahkan lebih tampan dari Steve dengan pakaian santainya. Sangat berbeda dengan steve yang berpakaian normal.
Pria itu memukul lengan Steve ringan. "Masih kaku aja lu.. ah jangan bilang lu masih marah sama gua karna Gracia? Oh come on man. Itu udah 8 tahun lalu. Jangan jadi pendendam lah.. " ucapnya lagi.Mendapati steve yang hanya diam Ia pun bicara lagi.
"Iya gua salah. Sorry ya bro. Gua minta maaf deh. Eh gua denger lu mau married mana calon lu?" Tanyanya.
Syadza mencoba membaca situasi saat ini. Melihat Steve terus diam dan menundukan kepala. Syadza sangat tau kalau steve sangat malu mengakuinya.
"Ini siapa? Sekretaris lu?" Tanya teman stev.
Syadza cepat-cepat mengangguk. Teman steve kembali tersenyum lebar. Ia memang sangat tampak ramah berbeda sekali dengan steve. Tanpa berfikir apapun Ia mengulurkan tangannya pada Syadza.
"January Pramoedya. Biasa di panggil Januar, teman Steve dari SMP,SMA dan kuliah. Tapi ya kita sempat ada salah paham sedikit ya kan Steve" ucap Januar dengan begitu santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Purple Land (Complete)
Romance"Ada yang salah dengan kepala mu! Berhentilah sebelum semuanya semakin parah!"