21

6.8K 566 75
                                    

Hari ini Steve bangun lebih pagi dari biasanya. Bahkan Ia sudah tampak segar dan berpakaian rapi. Steve berjalan dengan tongkatnya menuju dapur dimana sudah tercium aroma nikmat yang membuat perutnya keroncongan.

"Morning Chef" sapa Steve

Syadza yang juga sudah berpakaian rapi pun menoleh ke arah Steve.

"Wah.. kamu udah bangun? Masakannya belum mateng" ucap Syadza.

Steve mengangguk "lanjutkan saja.. tidak usah gugup karna di awasi oleh pria tampan seperti ku" ledek Steve.

Syadza tersenyum cukup lebar, Ia memberikan kursi untuk Steve. Lalu menyeduhkan Steve secangkir kopi.

"Thank you"

"Sama-sama. Kamu mau kemana?" Tanya Syadza.

Steve menatap pada dirinya sendiri. "Oh.. tidak kemana-mana. Hari ini kan aku terapi"

Syadza menatap Steve bingung. Biasanya Steve bahkan tak pernah mandi saat melakukan terapi.

"Kenapa melihat ku begitu?" Tanya Steve

"Curiga aja.. oh aku tau, kamu pasti naksir assisten terapis yang baru itu ya? Siapa ya namanya.."

Steve memutar bola matanya. Ia sungguh tak melakukan untuk di lihat Assisten terapis. Tetapi Ia melakukan itu agar di lihat oleh Syadza bahwa ia bisa jauh lebih tampan dari Steve.

Steve menyadarkan dirinya sendiri, tidak dia berpakaian rapi ya hanya karna dia ingin. Memangnya sejak kapan Ia harus mendapatkan izin hanya untuk sekedar berpakaian.

"Bohong udah ngaku aja.."

"Ngga usah aneh-aneh. Oh ya besok aku ingin kembali bekerja di kantor..." Ucap Steve

Syadza tak memberikan respon apapun. Ia hanya kembali mengecek makanannya.

"Bagaimana menurut mu?" Tanya Steve.

Syadza menoleh lagi pada Steve. Ia sungguh tak menyangka Steve menanyakan pendapatnya.

"Kamu bertanya pada ku?"

"Bukan! Aku bertanya pada panci mu" ucap Steve

Syadza menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Aku kaget aja kamu minta pendapat padaku"

"Ya di sini kan cuma ada kamu. Masa aku minta pendapat sama sendok. Kita berteman kan, tidak apa salih menanyakan pendapat bukan?"

Syadza mengangguk mantap. Ia nampak bahagia sekali bahkan hanya di anggap sebagai teman.

"Lalu?" Tanya Steve

"Aku setuju... Kamu juga pasti jenuh di rumah. Asal kamu tetap ingat waktu. Tidak boleh telat makan dan jangan terlalu sering menggunakan kaki mu" ucap Syadza

Steve bangkit dari duduknya. "Itu tugas mu untuk membuat ku tidak lupa waktu" ucap Steve dengan mengulum senyumnya dan meninggalkan Syadza.

Syadza terdiam di tempatnya. Ia sungguh tak mengerti maksud dari Steve mengatakan itu apa.

"Kita sarapan di ruang tengah saja, aku mau nonton film.." ucap Steve yang punggungnya sudah tak lagi nampak. Kecuali suaranya yang meneriaki Syadza ingin  menonton film apa.

Keduanya memiliki hobi yang sama yaitu menonton film. Mereka bahkan kuat menonton film berjam-jam tanpa henti kecuali saat mereka harus ke toilet.

***
Semua masakan Syadza sudah matang, Syadza pun membawanya ke ruang tengah untuk dinikmati bersama Steve.

Purple Land (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang