marry a noona pt.1

1.2K 68 54
                                    

Waktu terasa berjalan dengan amat lebih lambat dari biasanya hari ini.

Langkah demi langkah yang kuambil juga terasa amat berat.

Meski faktanya aku sedang berjalan dengan didampingi oleh ayahku, tapi rasanya seperti berjalan sendiri.

Para tamu undangan tidak membuat diriku merasa lebih baik.

Seharusnya, hari pernikahan menjadi hari yang paling kutunggu sebagai seorang wanita. Sayang, kurasa pernikahan nan indah dengan orang yang kucintai hanya angan-angan semata.

Buktinya, aku sekarang sedang berjalan menuju altar dimana calon suamiku yang baru satu bulan kukenal sudah menanti.

Ya, perjodohan.

Baik aku maupun pemuda itu, kami tidak saling mencintai tapi kami tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima keputusan kedua orang tua kami.

"Nak, kutitip putriku ya," ujar ayah menyerahkan tanganku pada genggaman tangan calon suamiku.

Saat sudah berdiri berhadapan, rasa ingin kabur semakin besar. Aku sungguh tidak ingin menjalani pernikahan tanpa dasar cinta seperti ini. Tapi ya sekali lagi, aku memilih pasrah karena memang aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengubah situasi ini.

Lelaki di hadapanku kini juga begitu, terlihat jelas di wajahnya bahwa ia sangat terpaksa dan bersedih.

"K-kau menangis?" bisikku saat menyadari mata pemuda itu berlinang. Sungguh, aku kasihan dan tidak tega. Ia pasti tersiksa.

"Kekasihku, ia disini..." lirihnya dengan suara kecil.

Kami sadar kami tidak saling mencintai, tapi itu juga tidak membuat kami menjadi saling membenci dan bertengkar. Aku juga tahu kalau ia sudah memiliki kekasih yang ia cintai. Sejauh aku mengenalnya, ia bukan hanya tampan namun cukup pemalu dan polos. Aku menyukainya, tapi sebagai teman, tidak lebih.

"M-maad Miyeon, aku rasa aku benar-benar tidak bisa menjalani ini," ucap lelaki itu dengan raut bersalah.

Tunggu, apa ia memutuskan untuk mengambil tindakan nekat?

"Sicheng-ssi, a-apa yang mau kau lakukan?" tanyaku.

Ia tidak menjawab, namun langsung meraih microphone terdekat. Aku membelalakan mataku, tidak menduga bahwa akhirnya Sicheng akan senekat ini.

"M-maaf semuanya, maaf ayah dan ibu, maaf paman dan bibi, aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Aku mencintai perempuan lain," tutur Sicheng dengan tegas. Lalu lelaki itu langsung menghampiri kekasihnya yang duduk di antara para tamu undangan, membuat seisi ruangan terkejut.

Tidak mau Sicheng berjuang sendiri, aku turut mengambil microphone yang tadi digunakan Sicheng. Kedua orang tuaku juga melotot melihat diriku yang sudah siap berbicara lagi.

"Aku, Cho Miyeon juga memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan ini. Sicheng dan kekasihnya berhak bahagia, aku tidak mau menjadi penghalang kebahagiaan Sicheng yang sudah ku anggap sebagai teman baikku. Paman dan bibi serta ayah ibu, aku sungguh meminta maaf pada kalian tapi mohon, ijinkanlah pernikahan hari ini tetap berlanjut tapi bukan dengan aku sebagai pengantinnya hari ini melainkan perempuan yang Sicheng cintai," ujarku lalu membungkuk memohon pada mereka.

Semua penonton bertepuk tangan atas apa yang aku dan Sicheng lakukan. Para wartawan yang hadir juga turut mengabadikan moment itu.

Karena sudah terlanjur heboh dan nampaknya banyak pihak yang mendukung, akhirnya gagasan liar dan nekat di hari itu berhasil menyelamatkanku dan Sicheng. Akhirnya ia menikahi perempuan yang ia cintai, dan aku bebas dari pernikahan ini.

RENJUN'S JOURNALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang