marry a noona pt.7 [FINAL]

955 58 31
                                    

WARNING - RESTRICTED AREA
ADULT ONLY
.

.

.

.

.

.

.

.

"Kak, apa kau sudah mencintaiku?"

Karena aku tidak merespon pertanyaan dadakannya itu, Renjun menghela nafasnya dan merubah posisi dari yang awalnya menindihku, menjadi kembali berbaring di sebelahku.

"Belum ya?" tanyanya lagi.

"Kenapa kau mempertanyakannya?" balik ku bertanya.

"Nevermind, I'm just wondering when will you see me as a grown up man. Not as a kid despite my ages that younger than yours," tuturnya.

"Apa hubungannya dengan pertanyaanmu barusan?" Maafkan aku yang memang lamban jika mengenai hal seperti ini.

Renjun lalu kembali merubah posisinya, ia terbaring dengan posisi menyamping untuk menghadap ke arahku. Aku akhirnya juga turut melakukannya sehingga saat ini kami saling berhadapan sekarang. So, this is what they called as pillow talk I guess?

"Cho Miyeon..." ia memanggil nama lengkapku, tanpa embel-embel 'kakak', seperti biasa, membuatku sedikit terkejut.

Terdengar berbeda saat namaku keluar dari mulutnya itu. Seperti ada desiran aneh.

Kenapa ia tiba-tiba begitu?

"Aku tau ini terdengar aneh dan kau bisa saja tidak percaya. Aku juga tidak percaya awalnya, tapi pertemuan waktu itu di Pattaya membuatku terus mengingatmu. Aku berencana mencari tahu tentang dirimu. Sayang, saat itu aku sedang bermasalah dengan ayah sehingga tidak bisa melakukannya. Lalu tiba-tiba saja ayah menghubungiku lagi dan memaksaku menikah. Tak kusangka orang yang kunikahi adalah kau, perempuan yang selalu berputar di pikiranku," Jelasnya panjang lebar tanpa melepaskan tatapannya dariku.

Apa ini pernyataan cinta? Kok tidak romantis sama sekali!?

"Terus?"

Renjun sedikit mendecih, ia mengigit bibirnya layaknya orang yang gugup.

Hey, ia terlihat menggemaskan jika melakukan itu. Di jarak sedekat ini, rasanya ingin ku cubit bibir merahnya.

"Aku sudah mencintaimu dari awal pertemuan kita. Menikahimu dan bahkan berbicara dalam jarak sedekat ini dengan status kita sebagai suami istri, tidak pernah terbesit dalam benakku. Namun..."

"Ya?"

"Namun aku rasa kau belum mencintaiku. Aku merasa kau masih memandangku sebagai anak kecil. Y-ya aku tau, aku memang terkadang kekanak-kanakan dan merepotkanmu, t-tapi aku tetap suamimu dan seorang pria dewasa," lanjutnya lagi.

"Apa itu masih penting?" pertanyaanku membungkam Renjun.

"Aku mencintaimu apa tidak, aku rasa itu bukan hal yang perlu dipertanyakan lagi karena pada akhirnya kita akan terus terikat dalam pernikahan ini bukan?" lanjutku.

"Jadi untuk apa kau mempertanyakannya lagi?" tanyaku pada akhirnya.

"Kak Miyeon, aku tau di mata kakak aku ini hanya bocah lelaki mesum yang gemar menggodamu. Tapi aku tetap lelaki sejati, aku menginginkanmu seutuhnya. Bukan hanya secara fisik tapi juga hati," ungkapnya.

RENJUN'S JOURNALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang