Part 36

81 8 14
                                    

Selamat Siang Semuanya...

Aq update lagi ya..

Happy Reading... 😊😊






Terhitung satu minggu sudah Deva menjalani hari-harinya dengan rasa nyeri yang sesekali masih rutin menyerang bagian perut wanita itu. Meskipun awalnya begitu menganggu tapi tidak lagi untuk sekarang. Deva sudah terbiasa. Dia sudah bisa mengatasi rasa sakitnya berkat obat yang rutin dia konsumsi.

Kini wanita periang itu sudah bisa kembali menjalani aktifitasnya tanpa harus berpura-pura baik-baik saja didepan semua orang. Kesehatannya berangsur pulih. Pun dengan kesehatan sang ibu.

"Deva, bisa minta tolong anterin pesanan ke meja nomer 23 nggak? Aku kebelet soalnya. Mau ketoilet dulu."

"Bisa banget dong mbak."

"Makasih ya."

Deva mengangguk seraya tersenyum. Dengan langkah penuh semangat dia membawa nampan berisikan pesanan pelanggan yang disebutkan mbak Wulan. Dengan penuh sopan Deva menyajikan pesanan pelanggannya. Tak lupa sebelum berlalu dia memberikan senyuman ramah pada sepasang kekasih yang nampak saling meyayangi itu.

Setiap malam minggu kebanyakan pelanggan yang datang ke kafe rata-rata didominasi oleh pasangan.. Dan terkadang Deva merasa iri karena mereka bisa menghabiskan waktunya dengan orang-orang terkasih mereka. Sementara Deva sendiri? Jangankan memiliki waktu luang untuk pasangannya. Punya waktu untuk dirinya sendiri saja hampir tidak ada.

Kesibukan yang belakangan ini hampir menguras seluruh tenaga dan juga pikirannya benar-benar menyita waktu yang Deva punya. Beruntungnya dia memiliki kekasih yang begitu pengertian. Jadi, tidak pernah terjadi masalah hanya karena dia tidak bisa meluangkan waktunya untuk Dave.

Sejenak Deva terdiam, matanya menatap lekat sepasang kekasih yang nampak tengah saling bercanda disela aktifitas santap malam mereka. Kedua orang itu nampak begitu bahagia. Tentu saja siapa yang tidak bahagia bisa menghabiskan waktu bersama orang yang dicintai.

Deva berdesah. Tertiba saja kerinduan menelisik bagian hatinya. Menganggu konsentrasi pikirannya. Tak bisa Deva pungkiri kalau diapun sangat rindu saat-saat bersama orang terkasihnya.

Kira-kira Dave sedang apa ya sekarang?

Pemikiran itu terlintas begitu saja di kepala Deva. Sungguh dia merasa begitu merindukan sosok lelaki itu sekarang.

"Nggak usah segitunya kali ngelihatin orang pacaran. Kelihatan banget irinya."

Jesika tertawa di akhir ledekannya. Sementara Deva seketika mendengus kesal oleh ulah kekasih kakaknya itu.

Takut Jesika kembali untuk meledeknya lagi Deva pun memilih bergegas meninggalkan tempatnya. Daripada menyaksikan orang pacaran lebih baik kembali pada perkerjaannya, lebih berfaedah, pikirnya.

Tepat saat Deva akan melangkahkan tubuhnya sebuah detingan piano mengalun merdu. Awalnya Deva tidak ingin perduli. Sebab, setiap tiga kali dalam seminggu kafenya memang selalu mengadakan live musik. Salah satunya dihari sabtu malam seperti ini.

Namun saat ekor matanya tanpa sengaja menangkap sosok yang begitu dikenalnya tengah duduk didepan piano, tubuh Deva pun seketika menegang. Antara percaya dan tidak. Deva benar-benar tidak menyangka kalau lelaki yang baru saja menganggu pikirannya tiba-tiba saja ada didepan matanya. Menjelma menjadi pianis yang begitu memukau semua mata.

"Hmm... ada yang diapelin pacarnya nih. Orang lain mah ngapel kerumah. Nah Dave ke tempat kerja ceweknya anjir. Kalau cowok lain bawain ceweknya bunga. Nah Dave bawain lagu yang bikin hati ceweknya berbunga. Romantisnya. Kiw...kiw."

Cinta Diujung Senja ( Karya : Dhiechie Edogawa )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang