Part 38

88 11 11
                                    

Happy Reading guys...


*****

Pagi ini Dava pulang kerumahnya dengan perasaan kacau. Raut wajah lelahnya mempertegas kalau lelaki itu memang tidak dalam keadaan baik.

Dengan perlahan Dava masuk kedalam ruang keluarga tersenyum lembut pada sang ibu sebelum duduk tepat di depan ibunya, berlutut seraya mengenggam erat tangan wanita yang telah melahirkannya itu.

Terang saja sikap Dava yang tak biasa tersebut membuat Isabel heran sekaligus khawatir. Terlebih dari semalam anak lelaki itu tidak bisa dihubungi. Tidak pulang kerumah pula. Lalu sekarang tiba-tiba pulang dengan sikap yang aneh seperti itu.

Apa yang terjadi dengan Dava?

"Aku sayang mommy," lirih Dava penuh perasaan. "Aku sayang keluarga ini."

Isabel diam. Belum memahami kemana sebenarnya arah pembicaraan putranya itu.

"Aku akan melakukan segala cara agar kebahagiaan keluarga kita bisa kembali lagi seperti dulu. Tapi, apa harus aku mengorbankan wanita yang sangat aku sayangi hanya demi kebahagiaan keluarga kita, mom?" Dava mendongak sesaat menatap wajah ibunya dengan tatapan sedih.

"Sama halnya seperti rasa sayang yang aku miliki untuk mommy. Aku pun sangat menyayangi Devana. Aku nggak sanggup kalau harus menyakiti satu diantara kalian. Tapi... keadaan memaksaku untuk memilih. Dan aku.. aku ingin kebahagiaan untuk Devana. Jadi, aku mohon tarik permintaan mommy untuk menikahkan aku dengan Deva."

Itu bukan permintaan. Tapi permohonan tulus dari seorang anak pada ibunya. Kalau sebelum-sebelumnya Dava mengatakan hal tersebut dengan penuh emosi. Amarah. Dan sarat akan paksaan tapi tidak lagi dengan sekarang.

"Mommy boleh minta apapun sama aku. Tanpa ragu aku akan mengabulkannya. Sekalipun mommy meminta nyawaku, Aku nggak akan pernah ragu untuk memberikannya. Tapi, mom untuk menikahi adikku sendiri? Aku minta maaf.. Aku nggak bisa mengabulkannya. Aku nggak akan pernah bisa mengabulkannya. Aku mohon mommy mengerti."

Isabel bergeming. Hatinya cukup terenyuh dengan tindakan putranya. Dengan tatapan penuh keputusasaan anak lelakinya itu. Sebab, sebelumnya Dava tidak pernah terlihat sekalut itu.

Tuhan...

Isabel tahu pasti akan kesalahanya. Akan penderitan yang dia berikan pada anak-anaknya. Kalau saja dia punya pilihan tentu permintaan itu tidak akan pernah dia utarakan. Sayangnya keadaan tidak memberinya pilihan.

Lagipula Isabel melakukan semua itu bukan tanpa pertimbangan dan alasan yang jelas. Terlepas dari segala keegoisannya, Ada hal lain yang melatarbelakangi tindakan Isabel. Yang membuat keyakinan wanita itu untuk menyatukan Dava dan Deva semakin tak terkendali. Hal itu tidak lain adalah perasaan Dava untuk wanita yang selama ini lelaki itu anggap sebagai adiknya. Ya, telah terjadi sesuatu pada perasaan Dava. Isabel bisa merasakannya, Bisa melihatnya, meski samar.

Meskipun sempat ragu. Sempat tak percaya dengan apa yang dilihat dan dirasakannya nyatanya apa yang coba Dava sembunyikan bisa Isabel tangkap dengan baik. Sekarang.

"Sampai kapan pun aku dan Deva nggak mungkin menikah, mom. Nggak akan pernah! Aku ini kakaknya.. Dan akan selamanya seperti itu. Tolong jangan menambah beban hidup Deva dengan permintaan konyol mommy ini. Kasian Deva, mom.. Setelah kebenaran tentang dirinya terungkap Deva udah cukup sulit menjalani hidupnya. Jadi, tolong jangan tambah lagi beban hidup Deva, Mom. Aku mohon."

Isabel memilih bergeming. Hatinya sakit mendengar penuturan putranya itu. Bukan.. Isabel bukan bermaksud jahat atau apa. Hanya keadaanlah yang memaksanya melakukan hal tersebut.

Cinta Diujung Senja ( Karya : Dhiechie Edogawa )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang