Part 37

88 8 7
                                    

Selamat membaca dimalam minggu.. 😊😊


*****

Sang senja hampir berkuasa ketika Deva sampai dikediaman keluarga Rajasa. Sebelum langkah kakinya membawa masuk lebih jauh kedalam bangunan megah tempatnya dibesarkan itu Deva terdiam sesaat, menatap sekeliling rumah masa kecilnya itu dengan perasaan haru sekaligus rindu.

Segala kenangan demi kenangan kembali terputar dibenaknya. Membuat Deva terhanyut. Menikmati setiap hal yang pernah terlewati ditempat itu. Rumah Rasaja bukan hanya pernah menjadi tempatnya berlindung. Tapi dari sanalah Deva mendapatkan segalanya baik cinta, kasih sayang, kehangatan keluarga dan semua hal yang membuat dia merasa hidupnya sangat sempurna.

Sayangnya, semua hanyalah tinggal kenangan saja. Nyatanya rumah Rajasa tidak lagi mampu memberikanya kenyamanan. Tidak lagi bisa menjadi tempatnya untuk pulang. Meski begitu Deva berharap kebahagiaan akan senantiasa selalu menaungi kehidupan semua penghuni didalam rumah itu. 

"Non Devana!"

Panggilan Bik Asih membuat Deva seketika menoleh. Gadis itu tersenyum lembut, sebelum memberi sapaan pada wanita paruh baya yang sudah puluhan tahun jadi asisten rumah tangga di kediaman Rajasa.

"Kenapa non diluar? Mari masuk non. Non sudah ditunggu Nyonya."

Deva kembali memberikan senyumannya kemudian mengangguk setuju. Alasannya datang dikediaman Rajasa sore itu memang atas undangan Isabel, ibunya. Entah apa yang ingin beliau katakan. Sebab, di telpon siang tadi Isabel hanya mengatakan ada hal penting yang ingin di bahasnya. Oleh sebab itu disinilah Deva sekarang. Didepan rumah keluarga yang sangat disayanginya dengan perasaan canggung.

Gelak tawa langsung menyapa kala kaki Deva sampai di ruang keluarga Rajasa. Entah apa yang membuat ketiga orang didepan sana nampak begitu bahagia, namun yang pasti Deva merasa kalau kedatangannya akan segera merubah suasana hangat yang tecipta disana. Benar saja tawa itu langsung lenyap kala semua mata tertuju padanya.

"Devana!"

Rajasa bangkit dari duduknya, menyambut kedatangan putrinya dengan dekapan penuh sayang.

"Kok anak Daddy kurusan sih sekarang? Kamu baik-baik aja kan, nak?"

Deva terharu dengan panggilan 'Daddy' yang masih terucap dari mulut ayahnya itu. Beberapa detik lalu Deva sempat befikir kalau dia sudah tidak memiliki tempat lagi didalam keluarga Rajasa. Tapi sekarang setelah kehangatan yang diberikan ayahnya Deva merasa kalau masih menjadi bagian dari keluarga itu.  

"Kenapa mau datang nggak bilang-bilang, dek?" tanya Dava seraya melepaskan dekapan penuh rindunya. "kalau gue tahu lo mau kesini. Gue jemput lo dulu tadi sebelum pulang."

"Kejutan!" Ujar Deva seraya tersenyum lebar. "Lagian kakak juga nggak bilang-bilang kalau mau pulang? mana aku tahu kakak udah ada di indonesia. Gimana Ausi, kak? Kakak, nggak lupa kan bawa oleh-oleh buat aku?"

Dava menyentil kening Deva dengan kesal. "Oleh-oleh mulu yang ada diotak lo. Yang ada tanyain dulu kek kakaknya sehat atau enggak. Lo tuh ya kayaknya nggak khawatir-khawatirnya banget sama gue. Nggak kangen juga kan lo pasti sama gue? Padahal kita nggak ketemu satu minggu loh, dek. Satu minggu! Mana tiap di hubungi nggak bisa mulu lagi. Sebegitu sibuknya ya lo sampai-sampai nggak bisa ngeluangin waktu barang sebentar aja buat kakak lo ini. Kesel banget gue punya adik macam lo."

Omelan Dava hanya dibalas dengan senyuman oleh Deva. Sebab, dia sendiri bingung bagaimana harus membalas ocehan kakaknya yang bawel itu. Lagipula dia tidak mungkin menceritakan semuanya pada Dava. Terutama alasan kenapa dia harus tinggal untuk beberapa hari dirumah Dave.

Sampai saat ini Dava memang belum tahu apapun. Deva meminta agar Dave atau pun Jesika merahasiakan segalanya dari Dava. Bukan tanpa alasan. Sebab, dia tahu pasti kehebohan apa yang akan terjadi kalau Dava sampai tahu semua kebenaran tentang pendonor ginjal untuk ibu mereka. Jadi, lebih baik lelaki itu tida tahu apapun. setidanya tidak dalam waktu dekat ini.

Cinta Diujung Senja ( Karya : Dhiechie Edogawa )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang