Assalamualaikum readers..
Aq Come back lagi buat update cerita ini, yg uda sangat lama sekali gak pernah tayang.. Maaf banget ya... 😞😞
Banyak banget yg nanya kapan lanjut..
Jadi, insya allah akan diupdate lagi 1 minggu 3 kali ya..
Mudah"an masih ada yg mau baca..Cinta Diujung Senja# Eps.35
Melarikan diri dari amukan Dave adalah satu-satu hal yang bisa Deva lakukan. Sebab, dia malas mengadapi kemarahan lelaki itu. Tingkat menyebalkan Dave akan bertambah berlipat-lipat ganda saat lelaki itu dalam keadaan marah. Oleh karenanya daripada menghadapi Dave yang sedang dalam mode tidak menyenangkan, jauh lebih baik kalau dia menghindarinya saja.
Meskipun Deva sangat tahu perbuatannya akan membuat Dave semakin marah. Tapi tak masalah. Nanti dia akan mencari segala cara agar bisa meredakan amarah Dave. Tidak sulit-sulit banget kok untuk bisa membujuk Dave.
Sembari mengatur nafasnya yang masih memburu karena kelelahan setelah berlari, Deva berdiam diri sejenak, menyandarkan tubuhnya di tembok seraya berharap kalau Dave tidak akan cepat-cepat menemukannya.
Namun harapan tinggallah harapan. Baru saja Deva akan bernafas lega sebab yakin Dave tidak mengikutinya, tertiba saja dia merasakan tepukan di pundaknya. Kontan seluruh tubuh Deva pun merinding. Jantungnya kembali berpacu dengan cepat. Satu-satu nya yang terlintas dipikiran Deva saat itu adalah kenapa Dave bisa tiba-tiba ada dibelakang tubuhnya? padahal dia merasa sudah berlari sangat jauh dari Dave.
Tanpa berani menatap pemilik tangan yang menepuk pundaknya Deva langsung saja mengoceh. Meminta maaf. Memohon pengampunan atau apapun agar bisa terlepas dari kemarahan lelaki pemarah yang sialnya sudah sangat dia sayangi.
Dava, sang penepuk pundak Deva otomatis mengernyit mendengar permohoan maaf adiknya. Dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada Deva. Meski begitu Dava bisa menyimpulkan lewat ucapan Deva kalau gadis itu tengah bermasalah dengan kekasihnya. Tapi masalah apa? Tumben sekali Deva dan Dave bermasalah?
"Heh pesek!" ujar Dava seraya menyentil kening adiknya. Kontan Deva langsung mendongak, menatap tak terima tangan kurang ajar yang sudah menyakiti keningnya.
"Kak Dava?!"
"Iya gue. Kenapa? Lo kaget? Lo masih bisa bedain mana cowok lo mana kakak lo kan?"
Deva mendengus lega sekaligus kesal. "Ngapain sih kak? Bikin kaget aja sih."
"Harusnya gue yang nanya lo itu lagi apa disini? Kenapa tuh muka panik banget gitu? Lagi ada masalah sama cowok lo ya? Tumben? Ada apa sama kalian?"
"Nggak ada apa-apa kok. Aku sama Dave baik-baik aja," bohong Deva, tanpa berani menatap mata kakaknya. Sebab, Dava itu akan langsung tahu kalau dirinya berbohong hanya dengan bertatap mata dengan lelaki itu.
"Dasar cewek. Bilangnya nggak apa-apa. Tapi beberapa saat lalu mohon-mohon maaf. Ya udahlah kalau emang belum mau cerita nggak apa-apa. Tapi lo tahukan kalau gue akan selalu siap jadi pendengar lo. Kapan pun lo butuhkan."
Deva tersentuh oleh kasih sayang yang selalu kakaknya tunjukan. Meskipun keadaan tidak sama lagi seperti dulu. Tapi Dava tetap menjadi salah satu lelaki yang selalu menjaganya. Meyayanginya. Dan juga melindunginya. Deva sangat bersyukur memiliki Dava dalam hidupnya.
"Be-te-we kenapa muka kakak kusut banget? Ada masalahkah?"
Dava membuang nafasnya kasar. Menatap lamat-lamat sosok adik yang begitu disayanginya. Hanya dengan tatapan tak biasa Dava saja Deva sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Dava memang sedang dalam masalah. Deva yakin pasti akan hal itu. Maka supaya obrolan mereka lebih nyaman Deva mengajak Dava untuk duduk bersama disalah satu kopi shop yang tak jauh dari kampus mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Diujung Senja ( Karya : Dhiechie Edogawa )
Roman d'amourDave laki-laki yang untuk pertama kalinya Deva Cintainya dan juga Mencintainya. Dave adalah alasan dari segala Kebahagian dan senyuman yang Sempat hilang dari diri Deva. Dave adalah penjaga, penopang, serta penguat untuk hidup Deva. Hanya saja ketik...