BAB 2 PERJODOHAN (Halaman 3)

2.1K 156 2
                                    

"Syafiq, ajak nak Annisa ngobrol diteras depan." titah abahnya.

"Inggih Bah.. Monggo Neng Nisa.."

Syafiq keluar ruangan disusul Annisa yang tertunduk malu-malu.

"Biar mereka kenal dulu..." ucap Kiai Husin.

Kiai Fatih tersenyum melihat wajah putrinya. "Semoga mereka cocok dan dijodohkan oleh Allah swt."

"Amiiinnn...." jawab mereka bersamaan.

*****************************

"Neng Nisa ya? " Syafiq memulai percakapan.

Nisa menggangguk.

"Tadi berangkat dari Solo jam berapa?"

"Emm.. jam ..7 eh jam.. 6 kira-kira Gus."jawab Nisa tersendat karena malu. Pipinya memerah. Kehangatan menjalari wajah cantiknya.

"Neng Nisa bawa oleh-oleh apa itu?" Syafiq menunjuk kardus di bangku teras.

"Oh.. ituu.. cuma.. jagung Gus. Hasil kebun sendiri...."

"Terima kasih.... Tapi dilihat dari kulitnya, sepertinya, jagungnya masih muda...." Syafiq melihat beberapa santri melirik ke arahnya. Saat sang Gus tersenyum, para santri itu buru-buru mengangguk permisi sambil berjalan cepat memasuki kelas.

"Eh tidak,Gus. Itu bukan jagung muda. Sudah umur 3 bulan lebih kok," bantah Nisa.

Syafiq sedikit tersenyum. "Saya tau Neng...."

Nisa mengerutkan dahi. Bingung.

"Neng Nisa, tidak bertanya tentang saya?"

Nisa menggeleng,"Tidak Gus...."

"Kenapa ? Masa Neng mau begitu saja dinikahkan dengan lelaki yang sama sekali tidak kenal?"

Nisa sejenak diam. " Karena... saya.. sudah percaya... pilihan abah saya. Dan... saya...menerima ....Gus .. apa adanya.."suara Nisa semakin pelan.

"Setelah menerima apa adanya berarti Neng tidak perlu tau tentang saya,begitukah?"

"Emm... saya.. sudah tau sebagian tentang Gus dari Ummi saya..."

Syafiq menunduk dalam. Kemudian matanya menatap pot-pot kecil yang ditata rapi di pinggir tangga teras.
"Coba Neng Nisa katakan, apa yang Neng Nisa tau tentang saya ?"

Nisa sangat gugup. Jantungnya memukul keras. Sesekali dia melirik sosok rupawan disebelahnya. Tak tahan matanya untuk tidak melakukannya. Sungguh lelaki yang sedap dipandang. Meski dari awal dia ingin bertanya, kenapa Gus Syafiq menolak 3 wanita - cerita yang dia tahu dari Ummi nya- yang pernah dijodohkan padanya. Hal itu di urungkan karena dia takut menjadi cela untuk dirinya.

"Eh emm... kata Ummi, Gus itu ramah, baik.. lulusan luar negeri, dan punya usaha sendiri. Juga terus aktif mengajar di pondok ini.... "

"Hanya itu?"

Nisa mengangguk,"Iya Gus..."

Syafiq terdiam sebentar. Lalu melanjutkan," Neng Nisa belum tau yang laennya. Belum tau keburukan saya kan?"

Nisa terkejut. Tak sadar dia menoleh pada Syafiq. Sedetik kemudian dia kembali menunduk.

"Saya tak sebaik itu Neng... saya pernah mencuri, pernah merampas, pernah minum,pernah..."

"Ya Allah, Gus! Stop! " Nisa mengangkat tangan rendah. "Saya tidak percaya Njenengan pernah melakukan itu semua. Itu perbuatan yang dilarang agama. Bagaimana mungkin seorang Gus bisa....." kata-kata Nisa terputus. Dia kecewa mendengar pengakuan dari Syafiq hingga dirinya berani menyela sang pemikat hatinya. Menit setelahnya dia merasa bersalah, betapa lancangnya dia menghakimi Gus Syafiq putra Kiai Husin yang dikenal dengan kebaikan akhlaknya - dan paras menawannya,tentu saja.

Tapi Syafiq tersenyum,wajahnya menatap ukiran kaligrafi rumit yang di pahat di atas pintu serambi masjid yang berhadapan langsung dengan ruangan ndalem. Jemarinya bergerak seolah ada butiran tasbih yang ia gulirkan. " Saya manusia biasa Neng Nisa. Ada baik tentu ada buruknya. Saya memang pernah mencuri, tapi yang saya curi buku abang saya... saya pernah merampas, tapi yang saya rampas pesawat kertas anak-anak yang bermain saat jam pelajaran. Dan....saya pun pernah minum, tapi yang saya minum soda, Neng, bukan khamr."

"Oh.. Maafkan saya, Gus... saya fikir..." Nisa merasa sangat malu dan bersalah. Dia sudah berfikiran buruk tentang calon suaminya.

"Tidak apa-apa Neng... Memang begitulah kebanyakan penilaian manusia. Tapi Neng.... saya masih tetap merasa jagungnya belum matang sempurna. Lebih baik, Neng bawa pulang kembali ke Solo."

Nisa terdiam. Dia bingung. Entah kenapa dia merasa kata-kata Syafiq mengisyaratkan suatu pesan.

"Ayo Neng kita ke dalam. Kita ngobrol dengan keluarga yang lainnya." Syafiq berdiri. Mereka masuk ke rumah bersama.

MENGGAPAI DUA SYURGA (END) - Sebagian part telah di hapusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang