BAB 11 BERITA DUKA (Hlm. 1)

1.8K 123 4
                                    

"Wah wah... Mbak Ellia mau jadi bu nyai nih ?" goda Fifi begitu Ellia datang ke warung.

"Iya ya. Bu bos bakal punya banyak santri. Hehe. Eh, Bu nyai itu boleh kerja to ? Jangan tutup warung ini ya bu bos... saya mau kerja apa... " Hilman  meracau.

Ellia tertawa mendengar candaan karyawannya. " Kalian ini. Siapa yang bilang saya jadi bu nyai ?"

"Kan mbak El mau nikah sama anak kiai to? nantinya bakal jadi bu nyai. ya Man ?" Fifi mencari dukungan.

Hilman menggangguk lesu.

"Kau ini kenapa begitu, Man ? Saya insya Allah tidak akan menutup warung ini. Kan cuma ini penghasilan saya.... lagian... bu nyai kan butuh makan juga... butuh make up, butuh nyalon, butuh piknik..." kelakar Ellia.

Hilman senang. Dia meniru gaya hormat bendera. Lalu kembali ke dapur.

Fifi memainkan bolpoin di tangannnya." Tapi mbak... Gus Syafiq kan udah tajir melintir.. Mbak El gak perlu susah-susah kerja juga, gak bakal kekurangan. Kalau setelah nikah mbak El gak boleh kerja gimana ?"

Ellia mengerutkan kening," Darimana kamu tahu kalau beliau itu 'tajir melintir' ? hahaha. Fi... fi.... " Ellia mengambil teh botol di kulkas tepat di belakang ia duduk. "Aku amini saja, semoga benar kata-katamu... Tapi tetap saja saya harus kerja, Fi. Tidak ada alasan bagi beliau melarang saya memperoleh penghasilan selama saya menjalankan kewajiban dengan baik."

"Meski beliau sudah bisa mencukupi mbak? " Fifi penasaran.

"Karena niat, Fi. Saya niat bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Dengan saya kerja, kebutuhan keluarga terpenuhi, kebutuhan Hilman, kebutuhanmu..."Ellia mencubit lengan Fifi, dia meringis. "...kebutuhan mbak Surti dan... jika kita mau sedekah, kebutuhan orang lain pun terbantu. Coba, berapa banyak kehidupan yang tertolong dengan pekerjaan ini... Beliau tidak akan melarang, Fi. Karena saya yakin, Gus Syafiq laki-laki bijaksana."

Fifi tersenyum-senyum. "Ehm... kapan ya mbak saya dapat jodoh kayak Gusnya mbak El?? Udah ganteng mutlak, tajir melintir, anak kiai, sholeh... Duuuh.... Doain saya ya mbak El... "

Ellia tersenyum, mencubit pipi Fifi. " Terus perbaiki diri, Insya Allah segala hajat akan Allah penuhi. "

Ellia beranjak ke dapur. Fifi mengusap-ngusap pipinya. Sedikit maaf dalam hati kepada Ellia, dia tersenyum membayangkan wajah tampan calon bosnya.

***********

Malam telah larut. Ellia terbangun mendengar ponselnya bergetar. Dengan mata berat, dia berusaha menatap layar ponsel. Syafiq? Kenapa beliau menelpon malam-malam begini ?

Ellia melangkah ke balkon. Takut Lala terbangun mendengar suaranya.

" Assalamu alaikum.... "

" Walaikum salam, Ellia. Maaf mengganggu malam-malam..." kata Syafiq terdengar cemas.

"Tidak apa-apa, Gus. Ada apa ?"

"Hanya mau memberitahu, saya pergi ke Jogja malam ini."

Ellia khawatir sekarang," Kenapa mendadak sekali ?"

"Calon istri Umam meninggal. Masih ingat dengan Umam ?" tanya Syafiq.

Ellia berusaha mengingatnya." Ah ya Gus, saya ingat. Saya ikut berduka, tolong Njenengan sampaikan kepadanya...."

"Insya Allah. Ya sudah Ellia bisa istirahat lagi, selamat malam. Assalamu alaikum.."

"Walaikum salam, hati-hati Gus..."

"Nggeh.."

Ellia menutup teleponnya. Pikirannya berkelana. ' Umam, umam.... ah ya, dia yang menemani Nur di mobil saat Syafiq melamarnya pertama kali. Calon istri ?? berarti dia juga akan menikah sebentar lagi...? Ya Tuhan, pasti sakit sekali rasanya, di tinggal pergi sang kekasih hati....'
Seketika Ellia terbayang wajah Ahsan. Wajah lelaki yang pernah berbagi jiwa raga dengannya. Sakitnya masih terasa, tapi air mata tak lagi menetes. Luka baru menyeruak. Rasa bersalah kepada Ahsan karena mungkin kelak Ellia tak menjadi ma'mumnya di akhirat.

Hari Senin hari sibuk. 4 hari lagi menuju hari pernikahan, Ellia mempersiapkan banyak hal. Untuk rias dan baju pengantin, Nafisa sudah mengaturnya. Meski ini bukan yang pertama, Ellia tetap merasa gugup juga. Lala telah diantar sekolah oleh kakek neneknya, karena Ellia ingin berta'ziah ke Jogja. Awalnya Mak Rum melarangnya. Pamali, calon pengantin bepergian jauh- katanya. Namun Ellia kukuh ingin pergi.

"Baca sholawat dan istighfar banyak-banyak di jalan... Jangan lupa kabari Mak terus." nasehat ibunya.

"Iya Mak... "

Ellia meminta alamat Umam kepada Syafiq tanpa memberitahu bahwa ia akan kesana. Ellia pesan taksi online ke Jogja. Dia teringat punya janji akan menjenguk Nur hari ini. Ellia menelponnya, dan mengabari Nur tentang Umam. Nur terkejut setengah mati dan menitip salam duka. Setelah itu dia mengomeli Ellia habis-habisan.

"Kau gila ya, El? Kau kan mau nikah 4 hari lagi ! Kenapa keluyuran ke Jogja ? Sendirian pula! Pamali tahu ?! Sampek mana sih? Kalau masih deket sini, puter balik !"

"Hahaha... Darimana kau tahu aku mau nikah, Nur? Aku kan belum cerita.... "

"Bapak yang bilang. Katanya, Abah Yai mau mantu Jum'at depan. Aku kagetlah. Siapa wanita yang akan menjajah Gus gantengku itu. Eeeh taunyaaaa.... Kamu ! Sontoloyo El..El..."

Ellia tertawa." Hahaha... Maaf ya sayang... Gak bermaksud nikung tuh. hehehe... Nur... Kau...sudah...baikan dengan Ana dan... bapakmu ?" tanya Ellia hati-hati.

Terdengar Nur terkekeh. "Alhamdulilah... ku pikir-pikir, gak ada gunanya juga ngambek, El... Itu urusan orang tua. Lagian dengan adanya Ana, aku terbantu ngurusi toko dan rumah. Bapakku tadi malam juga minta maaf, menjelaskan kenangan masa lalunya.."

Ellia diam sejenak."Syukurlah kalau begitu.. Aku bisa dapat pendamping pengantin 2 sekaligus." gurau Ellia.

"Aku gak bilang mau tuh, weeek !!"

"hahaha,ya sudah. Aku udah sampai Wonogiri. Nanti ku telepon lagi."

"Daaah.. Hati-hati El.. Kabari aku jika ada apa-apa."

"Insya Allah."

Ellia menutup teleponnya. Matanya memandang keluar, menikmati perjalanannya.

MENGGAPAI DUA SYURGA (END) - Sebagian part telah di hapusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang