"Ada apa,El? Ku perhatikan saat rapat tadi kau agak melamun..." tanya Nafisa. Mereka duduk di sebuah bangku tembok di halaman PAUD itu.
"Lala mbak... dia meminta sesuatu yang berat untuk ku kabulkan.... "
Angin sepoi meniup daun pohon mangga di atas mereka. Gemerisik pelan, hembusannya membawa kesejukan saat matahari hampir tepat di atas kepala.
"Memangnya, Lala minta apa ?"
"Ayah."Ellia menatap Nafisa. Di gigit bibirnya, menahan malu. Bagaimana bila Nafisa tahu, Lala mengharapkan adik iparnya lah yang menjadi ayahnya.
"Dan kau tidak bisa memberinya?" tanya Nafisa.
Ellia menggeleng.
"Tahukah El, mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama denganmu... Tapi mungkin juga tidak."
Ellia bingung." Apa maksud mbak ?"
"Kau sangat mencintai almarhum suamimu, aku tahu."
"Lantas?"
Nafisa memegang tangan sahabatnya." Rasa cintamu itu berlebihan,Ellia... Seolah kau membatasi dirimu, memaksakan hatimu... Jika memang tak ada orang yang cocok bagimu, itu tak masalah. Asal kau tak menutup hatimu dari kesempatan cinta yang lain... Bukankah kita akan bahagia bila membahagiakan orang lain? Lagi pula kau masih muda Ellia... kau berhak bahagia lagi.... "
Ellia menatap Nafisa sayu. "Terima kasih mbak... Akan ku coba memikirkannya... Berdamai dengan diri sendiri itu sulit."
"Sulit bukan berarti tak bisa..."
Ellia tersenyum tipis. Matanya menatap awan. Andai aku bisa tinggal disana sebentar, batinnya.
******************
Suasana tenang menyelimuti ruangan ndalem Ponpes Darul Hikmah. Tidak ada aktifitas bincang-bincang atau konsultasi maupun ngaji privat antara Kiai dengan santri.
Kiai Husin dan Ummi Salamah pergi ke Ponorogo. Mereka menengok saudara di sana, sekaligus untuk 'bicara', siapa tahu ada yang berjodoh menjadi mantunya.
Perpustakaan pondok baru direnovasi. Beberapa santri sibuk menata ulang tempat itu. Syafiq ikut merapikan, menyortir buku dan kitab-kitab yang sudah usang. Dia mengepak dalam kardus besar, buku-buku yang tidak bisa di baca lagi. Tanpa disadarinya, seseorang memperhatikan dari belakang.
"Kau keliatan sibuk sekali..."
Syafiq menoleh. "Abang darimana?"Ridwan memegang sebuah buku." Dari ngobrol sama Ustadz Hamid. Hei bung, sudah saatnya kau membaca buku tentang cinta dan wanita. Ingat usia..."
Syafiq tersenyum saja.
"Syafiq, emm... aku ada kenalan yang..."
"Aku menolak." potong Syafiq
Ridwan menyipitkan mata." Kenapa? aku belum selesai bicara lho?!"
"Aku sudah tau arahnya kemana,bang..."
"Kau ini. " Ridwan menepuk punggung adiknya."Aku mau pulang dulu, beritahu jika Abah dan Ummi pulang."
"Iya bang...."
Ridwan keluar ruangan. Syafiq bersama beberapa orang santri masih berbenah. Setengah jam kemudian ia berjalan keluar, dia butuh jalan-jalan.
*******
Toko Jaya Elektronik ramai seperti biasa. Dua pegawai yang cekatan sibuk melayani pembeli, begitu semangat. Tentu saja, besok akhir bulan. Waktunya gajian....
Syafiq keluar dari mobil. Dia berjalan menuju meja kasir. Tepat pada saat itu telepon berbunyi.
"Selamat pagi, Jaya Elektronik."
"Ah pagi.. Maaf, apa toko Jaya melayani service juga?" tanya seorang wanita di seberang telepon.
"Maaf, kami hanya melayani jual beli.. " kata Syafiq.
"Begini mas, kami kan baru beli barang dari toko Jaya, tapi sepertinya barangnya sedikit rewel. Masuk garansi kan ya ?"
"Tergantung penyebabnya,mbak... akan kami cek dulu. Ini dengan mbak siapa?" Syafiq mengambil kertas dan pulpen.
"Saya Fifi mas. "
"Alamatnya?" Syafiq menulis.
"Jalan Handayani 35, Warung Nasgor Super M"
Deg !
Ellia. Seketika wajah itu terlintas di benaknya.
"Baik mbak, kami akan mengecek kesana.""Makasih mas.."
"Nggeh, sama-sama.."
Syafiq menutup telepon. Mungkin seharusnya dia harus bertemu Ellia lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGGAPAI DUA SYURGA (END) - Sebagian part telah di hapus
RomanceEllia Hakim ingin selalu menjadi ma'mum untuk suaminya. Saat dia hidup bahkan hingga kelak setelah mati. Tapi maut bukan kehendaknya. Ahsan Hadi,suami tercintanya pergi untuk selamanya dan membuatnya menjadi janda di usia yang masih muda. Pertemuann...