Yuki memencet password apartemennya dan langsung menyalakan lampu ruangan tengah, namun tiba-tiba Yuki tersentak ketika melihat seseorang memakai kemeja berwarna navy dengan dasi senada yang longgar dikerahnya berdiri tegak di belakang pintu dan menatapnya dingin.
" yaampun sayang, kamu sejak kapan disini? Ngagetin bangetsih diem-diem dibelakang pintu mana lampunya gak dinyalain pula " ucap Yuki menatap Al. Namun tatapan Al kini sangat mencekam, dan ditangan sebelah kanannya Al nampak memegang sebuah kertas berwarna putih yang sangat ia pegang erat. Yuki berusaha bersikap biasa, Yukipun berjalan menuju pantry dan membuka kulkas.
" kamu mau minuman dingin? " tanya Yuki, namun Al tidak menjawab sama sekali. Al hanya berjalan mendekati Yuki. Yuki merasa ada hawa dingin yang sangat mencekam. Benar saja tiba-tiba Al mencengkram pipi Yuki sangat keras sampai membuat Yuki meringis. Sontak gelas yang dipegang Yuki tadi terjatuh dan pecah, namun sedikitpun Al tak menghiraukan gelas tersebut.
" a..a.. ada apa Al?? " tanya Yuki terbata-bata. Al melemparkan 2 lembar kertas yang sejak tadi ia pegang ke muka Yuki. Kertas itupun terjatuh, dan ketika Yuki lihat ternyata itu adalah sebuah foto Yuki dan Stefan yang sedang berpegangan tangan di kantin kampus tempo hari.
" A... A... Akuuu, i...i.. iniii kamu dapat darimana? " tanya Yuki gugup
" kenapa lo? Kaget? Nanya gue dapet dari mana? " tangan Al memegang pergelangan tangan Yuki kencang sampai Yuki meringis kesakitan.
" enggak Al, a..aku... " Yuki gugup karena bingung kenapa Al mendapatkan foto dirinya bersama Stefan. " BUGH" Al memukul kulkas sangat keras, sampai Yuki terpejam karena kaget.
" BRENGSEK " dada Al turun naik, rahangnya mengeras. Nafasnya memburu, Al sangat marah.
" lo fikir lo bisa bohongin gue? lo fikir lo bisa bebas ketika gak ada gue? lo masih dalam jangkauan gue Yuki!! gerak-gerik lo gue tau !!" Al menatap Yuki nanar. Yuki terdiam menunduk, bagi Yuki percuma saja jika dia menjelaskan saat situasi seperti ini, toh Al tidak akan mendengarnya sedikitpun. Al menarik Yuki dan mencium bibirnya kasar. Al memegang pundak Yuki dan menciumi lehernya memaksa, Yuki berusaha mendorong tubuh Al yang kuat namun percuma, tenaga Al begitu besar. Baju Yukipun Al robek sampai compang-camping. Yuki berteriak sambil menangis, namun Al terus memaksanya dan tak melepaskannya. Sampai Yuki berhasil mendorong Al sekuat tenaga. Rambut Yuki berantakan, bajunyapun sobek tak karuan, bibirnya merah beku dan bergetar, matanya merah karena terus menangis.
" stoooppp...!!! " seluruh tubuh Yuki bergetar. Yuki menutupi dadanya yang terbuka karena bajunya yang compang-camping.
" kamu gila!!! " teriak Yuki.
" IYA, GUE GILA!! LO MAU APA HAH? " tanya Al tak kalah dengan nada yang tinggi. Al mendorong Yuki dan mencengkramnya erat.
" lepasiiiinn!!! " tegas Yuki
" lo ngapain aja sama cowok brengsek yang lo bilang sahabat lo??lo mau liat dia mati hah?? " tanya Al mencengkram pipi Yuki.
" gue udah pernah bilang, cewek sama cowok gak akan bisa jadi sahabat!! lo selingkuhkan sama bajingan itu? " tambah Al berentetan.
" jawab!!! " teriak Al didepan muka Yuki. Yukipun mendorong tubuh Al dan berlari masuk ke kamarnya. Yuki mengunci pintu kamarnya dan menangis sesenggukan sambil terduduk membelakangi pintu. Yuki tak habis fikir, kenapa Al sangat marah seperti itu, padahal Yuki tidak pernah selingkuh.
"Bug... Bug.. Bug.. " Al nampak menendang-nendang pintu kamar Yuki yang terkunci.
" Buka!!! Gue belum selesai bicara" teriak Al sambil terus menendang pintu
" kalo lo masih gak ngebuka ini pintu, gue bakal dobrak" ancam Al. Namun Yuki terus menangis dan tak menghiraukan Al yang semakin membabi buta.
" gue sayang banget sama lo Yuki!!! di otak gue cuma lo, dihati gue cuma ada lo. Tapi apa balasan lo sama gue?? " teriak Al sambil memecahkan beberapa barang disana. Tubuh Yuki bergetar bukan main, kenapa dengan kekasihnya itu? Bagi Yuki Al sangatlah berlebihan. Dia hanya menyimpulkan apa yang dia lihat tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi. Yuki benar-benar dibuat ketakutan oleh sikap Al.