023

2.3K 144 4
                                    

Begitu Jovanka keluar dari pintu utama toilet sekolah, langkahnya langsung dihadang oleh seseorang. Salah satu alisnya pun langsung terangkat saat menyadari yang menghadang langkahnya adalah Aldi.

Aldi tersenyum lebar, menampilkan deretan gigi putih dan rapinya. Melihat itu, Jovanka hendak melangkah pergi setelah menghela napas pelan. Namun, dengan cekatan Aldi kembali menghadang langkahnya.

Jovanka lagi-lagi menghela napas. Ia kembali menatap Aldi, namun dengan kernyitan tipis terpampang di keningnya. Sedangkan cowok bertampang galak serta beralis tebal itu, dia masih diam dengan senyum lebar terukir di wajahnya. Senyuman yang membuat Jovanka merasa semakin kesal saat melihatnya.

"Kenapa kontak gue di-block?" Empat kata itu meluncur otomatis dari mulut Aldi. Senyumannya berganti menjadi kernyitan di dahi sambil merutuk dalam hati. Orang ganteng kok di-block, pikir aldi.

Bukannya menjawab, Jovanka malah menghela napas jengah. Tiba-tiba seakan menggantikannya untuk menjawab pertanyaan Aldi, sebuah suara berat terdengar dari belakang Jovanka. "Lo, ganggu Jovanka?"

Aldi mengernyit kesal saat melihat sosok tinggi yang menghampiri mereka, cowok berahang tegas dan berkulit putih itu... Axel.

"Kontak lo nggak penting," ujar Axel setelah berada di hadapan Aldi sambil menatap cowok itu tajam tanpa ekspresi. Ia hendak menarik tangan Jovanka untuk melewati Aldi. Tetapi, Aldi dengan cepat menahan tangan Jovanka.

"Tunggu sebentar dong. Belum juga gue ngomong," ujar Aldi terdengar menjengkelkan.

"Ngapain, lo?" tanya Axel dengan tatapan yang masih sama serta nada suara yang tetap tenang serta stabil.

Aldi mendengus, lalu menegakkan posisi tubuh dan mensejajarkannya dengan Jovanka. "Gue suka sama adik lo," balas Aldi sengit.

"Minggir," ujar Axel kembali dan masih dengan nada suara yang tenang dan stabil.

"Kok lo yang sewot sih?" Aldi menjeda ucapannya untuk menoleh ke arah Axel. "Jovanka aja nggak sewot," sambungnya kembali, setelah menatap Axel tak kalah sengit.

Walaupun Aldi akui, ia sedikit menciut saat tatapannya dan tatapan Axel bertemu. Raut wajah Axel memang datar-datar saja. Namun menurut Aldi, di manik mata Axel terlihat seperti ada ratusan pisau serta petir yang bersarang di sana.

Menyadari atmotfer yang mulai berubah, Jovanka menoleh ke arah Axel, lalu berkata, "Nggak apa-apa." Mendengar ucapan Jovanka, Aldi pun langsung mencibir Axel. Sedangkan Axel, ia hanya mendecih sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Jovanka, kenapa kontak gue di-block?" tanya Aldi kembali.

"Gue kemarin ada acara keluarga." Jovanka beralasan dengan mimik wajah yang sangat manis. Dan dapat dipastikan, seratus persen alasan itu dipercaya oleh Aldi. "Lo cek aja, nggak gue block lagi kok."

Mendengar saran dari Jovanka, dengan segera Aldi merogoh ponselnya yang berada di saku celana. Selama beberapa detik jemarinya bergerak lancar di atas layar. Begitu melihat apa yang diucapkan Jovanka itu benar, Aldi kembali menatap gadis di hadapannya itu sambil tersenyum.

"Benarkan?" tanya Jovanka.

Aldi mengangguk mantap. "Thanks princess. Gue kira lo marah, dan udah nolak usaha serta rasa cinta gue."

Saat Axel mendengar ucapan Aldi, ia pun langsung memutar bola matanya malas. Axel merasa ada rasa jijik yang amat sangat menjalar ke seluruh tubuhnya ketika kata-kata alay itu meluncur keluar dari mulut Aldi. Kalau bisa, rasanya Axel ingin menjahit mulut Aldi atau merobeknya sekarang juga.

"Kalau gitu, gue balik ke kelas dulu," ujar Jovanka dan langsung mendapat anggukan dari Aldi.

"See you pretty. Love you," ujar Aldi saat punggung Jovanka dan Axel telah terlihat semakin menjauh dari pandangannya. "Good job, Aldi," gumamnya pelan pada dirinya sendiri saat Jovanka dan Axel telah berbelok ke arah koridor sebelah kiri.

She Is PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang