013

3.2K 218 14
                                    

Hi love, maaf jika ada typo atau kesalahan kata yang tidak tepat.
Kritsar dipersilakan.

------
warning for this part 17+

------

Suasana malam sebuah klub yang ada di Jakarta itu selalu ramai. Beberapa orang duduk santai sambil menikmati musik serta minuman dan sesekali tertawa ketika salah satu temannya berhasil membuat lelucon. Beberapa lainnya berdiri di area dance floor untuk bersenang-senang, termasuk Aldi, Ayas, Akmal, dan Abdul.

Mereka berempat terlihat heboh mengikuti alunan musik DJ yang dimainkan. Tubuh mereka pun meliuk ditemani para wanita berpakaian 'kurang bahan' yang memperlihatkan dengan jelas bentukan tubuh ataupun bagian tubuh yang seharusnya tertutup.

Seperti tak mau kalah, Akmal dan Abdul menari sambil sesekali mengecup bibir wanita pasangan mereka masing-masing. Sedangkan Ayas, dia menari sambil sesekali memeluk, mencium, dan menyentuh bagian-bagian intim pasangannya.

Kemudian Aldi, seperti tak mau kalah dari ketiga temannya terutama Ayas, ia pun dengan ganas mencium bibir, telinga, bagian leher dan juga seraya menyentuh bokong atau bagian dada Si Wanitanya.

"Aldi, Abdul... kalian lihat Ayas, dia jadi ganas kalo udah datang ke klub," komentar Akmal dengan intonasi suara yang tinggi agar dapat didengar oleh teman-temannya.

Abdul justru mendengus melihat aksi Ayas yang sedang melumat bibir sambil gerepe-gerepe bagian intim pasangannya. Tak mau kalah, Abdul juga melakukan hal yang sama seperti Ayas. Sedangkan Aldi, ia menahan tawa saat melihat aksi sohibnya itu.

"Gila... mereka berdua kelaparan atau mau matiin anak orang, ganas amat. Ketularan lo, Di," komentar Akmal lagi ketika melihat Abdul mengikuti jejak Ayas.

"Lo nggak mau gitu juga?" tanya Aldi masih tetap meliukkan tubuhnya.

Akmal justru nyengir. "Lihat aja nanti. Lo kayak nggak kenal gue aja."

Mendengar ucapan Akmal, Aldi hanya memutar bola matanya jengah. Ia sudah dapat menebak apa yang akan terjadi nantinya. Paling Akmal akan membawa wanita itu ke tempat yang pencahayaannya kurang, atau yang paling langganan yaitu toilet. Tak perlu diperinci, karena kejadian selanjutnya dapat ditebak tanpa meleset.

Tak beberapa lama setelah mereka kembali asik dengan dunia masing-masing, tiba-tiba Ayas melihat seseorang yang tak asing sedang berjalan celingak-celinguk menuju salah satu sofa yang ada di pojok ruangan. Ayas menyipitkan matanya untuk lebih memastikan, apa penglihatannya itu benar atau salah. "Aldi... Aldi!" panggil Ayas sambil menepuk pundak Aldi yang berada tak jauh di sampingnya.

Aldi menoleh kesal ke arah Ayas. Berani sekali manusia tengik bernama Ayas itu mengganggu aksi ciumannya. "Apaan?!" ketus Aldi.

"Akmal, Abdul." Ayas juga memanggil kedua sohibnya itu sebelum menjawab pertanyaan Aldi. Sama dengan respon Aldi, Akmal dan Abdul juga menoleh kesal ke arah Ayas. "Santai dong, bro." Ada jeda di ucapan Ayas. "Coba kalain lihat ke arah sana, cewek yang pake jeans sama jaket."

Aldi, Akmal, dan Abdul mengikuti arah pandang Ayas. Selang beberapa detik, Akmal dan Abdul berteriak tak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat. Sedangkan Aldi, ia masih belum mengerti apa yang ditunjuk oleh Ayas.

"Nah, kaget kan lo berdua. Sini-sini." Ayas menarik dan menuntun teman-temannya sedikit menjauh dari area dance floor. "Lo gak ngeh juga, Di?" tanya Ayas yang melihat ekspresi Aldi biasa-biasa saja.

"Emang kenapa?" tanya Aldi dengan tampang bodoh.

"Astaga! Aldi!" pekik Ayas, Akmal dan Abdul secara bersamaan. "Itu anak baru yang ada di sekolah kita, Di, Si Jovanka itu," tambah Abdul.

"Mata lo seliwer, Di," ujar Akmal.

"Gak cakep biji mata lo, Di," tambah Ayas.

"Yeh kampret, kalian tau sendiri mata gue ada minus. Walau minusnya dikit, tapikan pencahayaan klub sama jarak gak memungkinkan," ujar Aldi tak mau disalahkan.

"Kebanyakan nonton bokep sih, jadi minuskan itu mata," cecar Abdul membuat Ayas dan Akmal tertawa, sedangkan Aldi biasa saja.

Aldi memutar bola matanya malas. "Gue juga nggak tahu tampang langsung itu anak baru gimana. Gue kan nggak ikut kalian waktu ngepoin tadi siang."

"Udah... udah, nggak usah ngebacot. Lo, Di, buruan deketin. Kesempatan bro," saran Ayas yang langsung menarik lengan Aldi, lalu mendorongnya agar sohibnya itu segera beraksi. "Lo datangin cewek yang kuncir kuda, pake jeans dan jaket." Ayas menunjuk target dengan jelas hingga Aldi mengangguk tahu.

Tanpa disuruh pun, sebenarnya Aldi memang akan mendekati sang murid baru itu, mumpung ada kesempatan. Tetapi, dia juga membutuhkan waktu sesaat untuk memaksimalkan aksinya itu bukan. Karena, menurut Aldi untuk memulai suatu hal itu harus diawali dengan persiapan diri yang matang, barulah semua hal akan berjalan dengan lancar.

"Hai," sapa Aldi saat sudah berada di hadapan Jovanka dan tiba-tiba langsung duduk di sampingnya.

Jovanka menoleh ke arah suara yang sepertinya memanggilnya. Ia tidak kaget, namun hanya heran.

"Kenalin, gue Aldi. Kita satu sekolahan dan gue kakak kelas lo," ucap Aldi sambil mengulurkan tangannya kehadapan Jovanka.

Bukannya membalas, Jovanka malah mengernyit heran.

***


Hi love, i need review.

Setelah membaca cerita hingga ke bagian ini, apa yang kalian rasakan?

Lalu, dari mana kalian menemukan karya ini?

Pertanyaan di atas hanya semata-mata untuk melihat peminat. Penasaran aja dengan para pembaca yang terbilang lumayan, namun yang terlihat hanya sedikit.

Oke, sekian, see love.

She Is PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang