058

1.4K 83 15
                                    

Mata Aksa membulat lebar setelah menoleh karena teriakan Jovanka serta melihat adegan di belakangnya. Sebuah adegan yang sangat cepat yang langsung membuat Jovanka terjatuh ke lantai. Secara bersamaan pula terdengar dobrakan pintu dan teriakan yang terdengar sangat cemas. Teriakan yang memanggil nama Jovanka serta perintah penangkapan bagi semua pelaku penculikan.

Saat itu pula Aksa dan Deliya langsung terbebas dari dua suruhan Shally yang menahannya. Ketika beberapa petugas berpakaian kepolisian berlari dan berdiri di hadapan tubuh Jovanka--bermaksud melindungi para korban, Aksa langsung berlutut lemas dan beringsut ke arah kiri tubuh Jovanka yang telah terbaring lemas di lantai. Sama halnya dengan Deliya, gadis itu juga menghampiri Jovanka.

"Jovanka!" jerit Deliya luar biasa bingung dan cemas. Ia ingin membantu, namun tangannya terikat.

Begitu pula dengan Aksa, masih dengan tangan yang terikat dan mulut yang ditempeli lakban, Aksa menggeleng, matanya mulai berkaca-kaca. Jovanka yang melihat hal itu langsung tersenyum lembut sambil menahan sakit di area dada kirinya. Tangan kanan Jovanka yang berada di atas luka yang di baluti baju pun telah dibasahi dengan darah segar.

"Selesai," kata Jovanka pelan secara susah payah, dan tiba-tiba tersedak hingga sedikit memuntahkan darah.

Tubuh Aksa bergetar sambil menggeleng tak terima, ia ingin meraih tangan Jovanka yang sekarang sudah berlumuran darahnya sendiri. Namun itu tak bisa ia lakukan karena tangannya masih terikat.

"Jovanka!" seru Axel dan Anselio hampir bersamaan sambil berlutut di kanan Jovanka. Raut wajah mereka terlihat sangat cemas dan secara bersamaan pula terlihat sangat marah.

"KURANG AJAR! CARI DAN TANGKAP CEWEK GILA ITU!" Teriakan Axel langsung membuat para polisi yang telah mengepung tempat itu bergerak cepat. Pasalnya, begitu para polisi datang Shally pun langsung pergi dari pintu belakang. Sedangkan untuk kedua bawahan Shally, mereka telah tertangkap.

"Kak...," ucap Jovanka pelan sambil melirik ke arah Axel dan Anselio. Lalu sedetik kemudian, tangan Jovanka yang hendak meraih tangan Anselio yang memegang lengan kanannya, tiba-tiba terjatuh lemas dan kesadaran Jovanka pun menghilang sepenuhnya.

"JOVANKA!" jerit Axel dan Anselio lagi hampir bersamaan.

"Aksa, cucu Oma," kata seorang wanita paruh baya yang duduk di sebelah kiri Mama Aksa, alias Fany yang sontak memecah lamunan Aksa.

Aksa langsung menoleh ke kiri dan tersenyum kikuk. Oma, ia tak mengira akan kembali bertemu dengan ibu dari mamanya itu. Perasaan kikuk pun tak dapat Aksa tutupi. Aneh rasanya setelah sekian lama tak bertemu, walau saat ingatan kecilnya samar-samar, sekitar sepuluh tahun lalu mengingat, ketika ia masih sering bertemu para nenek serta kakeknya.

Namun sangat disayangkan oleh Aksa, sekarang, hanya tinggal satu ibu dari mamanya. Ayah dari Mama Aksan, alias Kakek Aksa telah meninggal sekitar tiga tahun lalu dikarenakan jatuh di kamar mandi. Lalu untuk Nenek serta Kakek dari ayahnya, mereka sudah lama meninggal disaat awal mula bisnis Papa Aksa, Arion bangkrut.

"Terima kasih Tuan Alterio dan Nyonya Friska telah mempertemukan saya dengan anak saya kembali," ujar wanita paruh baya itu pada Alterio yang duduk di hadapannya dan dipisahkan oleh sebuah meja restoran.

"Nyonya Dina, Itu bukan apa-apa. Seharusnya saya yang meminta maaf atas semua hal yang telah terjadi belasan tahun ini," balas Alterio ramah.

"Tidak. Itu bukan sepenuhnya salahmu." Seorang pria yang duduk di samping Alterio, dan seumuran Fany yang tak lain adalah kakak kandung Fany, langsung angkat bicara. "Semua ini bisa terjadi karena pria bodoh itu, Arion berengsek itu."

She Is PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang