011

3.5K 254 20
                                    

Hi love, maaf jika ada typo dan kalimat yang tidak sesuai.
Kritsar dipersilakan.

------

"Lo udah lihat murid pindahan itu belum?" tanya Ayas penasaran.

Aldi menjawab dengan gelengan pelan, ia fokus mengemudikan mobilnya.

Tak ada percakapan setelah itu, Aldi memilih diam. Ketika mobil berwarna hitamnya berhenti di perempatan lampu merah menuju apartemen miliknya, Aldi melirik dua orang yang duduk di kursi penumpang belakang. Mereka tampak asik menggulir layar ponsel masing-masing sambil tersenyum tak jelas.

"Lo harus lihat tampang anak baru itu, Di," ujar Ayas tiba-tiba dan lasung membuat Aldi menoleh ke arahnya yang duduk di kursi penumpang depan.

"Emang secantik apa sih? Jadi penasaran gue," sahut Aldi sambil melajukan mobilnya kembali karena rambu lalulintas yang telah berubah hijau.

"Lo sih! Nyia-nyiain kesempatan buat lihat bidadari. Kita kan udah ngajak lo buat lihat tadi. Tapi lo malah milih tidur di teras atap," celetuk Akmal tanpa memalingkan wajahnya dari layar ponsel.

Saat mendengar ucapan Akmal, Ayas langsung meraih tisu yang ada di dasbor dan melemparnya ke arah cowok berambut ikal itu. "Eh, acar timun, lo kan tadi beser di toilet, gak ikut gue sama Abdul. Emang lo tahu muka murid baru itu?"

"Gue itu Akmal, apa sih--"

"Kita-kita juga tahu nama lo, Akmal. Dasar buntut cebong." Abdul memotong ucapan Akmal. "Terus lo kayak gak tahu Akmal aja, Yas. Dia itu biang info, paling udah dapet foto tu cewek," sambung Abdul.

Akmal tersenyum bangga dengan ucapan yang dilontarkan Abdul. Sedangkan Ayas, ia berdecak sambil geleng-geleng kecil. Kenapa dia bisa lupa, bahwa sohibnya satu itu adalah biang gosip yang selalu bergabung di setiap grup pergosipan. Bahkan bisa dijamin, grup emak-emak akan kalah telak dengan Akmal. Kalau saja ada lomba debat gosip, sudah dipastikan Akmal akan memenangkan lomba itu.

Aldi memutar bola matanya malas saat mendengar pembicaran teman-temannya itu. Cantik, bidadari, menurut Aldi semua perempuan itu sama saja dan memuakkan, mereka hanyalah sebuah permainan yang nantinya harus dibuang.

"Gima Di, lo gak tertarik?" tanya Ayas tenang.

Aldi tersenyum miring mendengar pertanyaan yang dilontarkan Ayas. "Lo gak kenal gue aja. Gue udah daftarin dia ke antrian permainan kok."

"Dasar playboy!" ucap ketiga teman Aldi menyorakinya dan  embuat cowok beralis tebal itu meringis sambil menutupi sebelah telinganya.

"Bisa budek gue kalau kalian bertiga teriak kayak gitu lagi," protes Aldi.

Beberapa menit berlalu setelah obrolan Aldi dengan teman-temannya. Sekarang, mobil Aldi sudah berhenti dengan mulus di parkiran basement apartemennya.

"Gue pengen bobo yang puas dulu," ucap Abdul keluar dari mobil sambil merenggangkan tubuhnya.

"Sama," sahut Ayas dan Akmal bersamaan.

"Oh ya, nanti gue pinjem baju lo, Di. Gue gak bawa baju ganti, masa gue ke klub nanti pake seragam?" kata Akmal sambil menyamakan langkah Aldi.

"Oke, pake aja. Sekarang kita istirahat dulu dan... nanti malam pesta dimulai!" seru Aldi semangat empat lima sambil mendahului langkah ketiga temannya.

***

Aksa berjalan ke parkiran sekolah bersama dengan seorang gadis berkulit kuning langsat dan berambut panjang bergelombang di ujungnya. Sesekali sudut bibir gadis cantik itu terangkat ke atas, karena ucapan yang dilontarkan Aksa.

Sedangkan Aksa, sore itu ia terlihat sangat berantakan. Bukan Aksa sendiri, namun juga murid-murid lainnya. Jam pulang sekolah pukul empat sore ini memang membuat sebagian besar murid SMA Citra Hati berubah bentuk, dari ganteng atau cantik menjadi seperti tukang kuli. Wajah loyoh, rambut lepek, baju lecak, bau kerigat dimana-mana, sungguh pemandangan yang lazim dan bisa diyakini, pemandangan itu juga dapat dilihat di sekolah-sekolah lainnya.

"Kamu belum dijemput, Ra?" tanya Aksa menghentikan langkahnya dan melihat sekilas ke arah pos satpam yang dimana orang tua Radinka menunggu biasanya.

"Hm, tadi mama sms aku, katanya bakalan telat jemput karena ada sedikit kerjaan," jelas Radinka.

Aksa diam, ia menatap Radinka sesaat, membuat gadis bermata bulat itu salah tingkah. "Kenapa gitu liatnya?"

"Aku temenin aja ya, nanti aku bilang Deliya tunggu sebentar," jawab Aksa, kalem.

Radinka tersenyum manis. "Gak usah, kamu pulang aja. Kasihan adik kamu nungguin."

"Tapi, masa aku biarin pacarku yang cantik ini nunggu sendirian?" ujar Aksa membuat pipi Radinka memanas.

"Gak usah sayang, cuma sebentar kok, paling bentar lagi mama aku datang jemput," ujar Radinka gemas seraya menangkupkan kedua tangannya ke pipi Aksa.

"Tap--"

"Aksa...." Radinka memotong ucapan Aksa. "Itu... adik kamu kan?" ujarnya sambil mengernyit saat melihat sosok adik Aksa, Deliya yang sedang bersama dengan dua orang yang tak ia kenal sedang menuju salah satu mobil paling mewah di parkiran itu.

Aksa berbalik, mengikuti arah mata Radinka. Seketika matanya mendapati sosok Deliya. Aksa pun mengernyit heran, lalu berlari kecil menuju adiknya dan diikuti oleh Radinka.

"Deliya," panggil Aksa ketika jaraknya dengan Deliya sudah dekat.

Deliya terperanjat dan menoleh ke arah asal suara. Bukan Deliya saja yang menoleh, namun dua sosok di dekatnya pun ikut menoleh.

"Kamu mau kemana?" tanya Aksa tanpa basa-basi.

She Is PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang