029

1.9K 122 0
                                    

"Lepasin cewek itu!" seru Ayas sekali lagi saat seorang pria berewokan menoleh ke arahnya.

Mendengar nada perintah dari ucapan Ayas, pria itu langsung melepas cengkramannya dari seorang gadis  berkuncir kuda. Pria itu berbalik dan menepis tangan yang mencengkram pundaknya, lalu mengernyit. Ia menatap intens ke wajah Ayas dan melihat Ayas dengan tatapan menilai--tak suka.

Ayas menatap balik pria itu. Dari perawakannya, dia tampak seumuran dengan Ayas, bahkan tinggi mereka pun terlihat sama. Hanya saja, pria itu terlihat lebih dewasa karena berewok yang melekat pada kulit wajahnya.

"Lo ngapain? cewek itu kelihatan nggak nyaman." Ayas mengedikkan dagunya ke arah seorang gadis yang sudah mengeluarkan air bening dari pelupuk matanya. "Jadi, ja-ngan-di-pak-sa," sambungnya dengan penekanan.

"Lo siapa?! Berani sekali!" Pria itu melotot, matanya tampak merah. Saat melihatnya, Ayas langsung tahu bahwa pria itu sedang mabuk.

"Mendingan lo pergi," ujar Ayas tenang.

"Kurang ajar!" Ada jeda di ucapannya. "Lo nyari masalah?!"

Ayas maju selangkah, lalu menepuk pundak pria itu. "Minggir!" serunya sambil mendorong tubuh pria mabuk itu hingga membuatnya oleng ke samping.

Ayas pun langsung dengan cekatan mendekat ke arah seorang gadis yang sudah terisak tanpa suara. "Deliya, lo nggak apa-apa?"

Mendengar pertanyaan Ayas, Deliya hanya menggeleng lemas.

"Berengsek ingusan!" bentak pria itu yang sudah siap meninju Ayas. Namun untung saja refleks Ayas sangat cepat hingga ia dapat menghindar sambil menarik tubuh Deliya untuk sembunyi di balik tubuhnya. "Bisa menghindar juga lo?!" ujar pria itu tak suka karena tinjunya meleset. Setelah itu, ia berencana melayangkan tinjunya kembali.

Ayas lagi-lagi bergerak menghindar, namun kali ini dengan satu pukulan mendarat tepat ke pipi pria itu. Dengan pukulan Ayas, ia pun membuat pria mabuk itu tersungkur ke lantai. Dan, beberapa perempuan yang berada di sekitar mereka sepontan menjerit sambil menghindar.

Area itu kini menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung klub. Memang hanya beberapa karena, kekacauan seperti itu sudah cukup sering terjadi dan tak berpengaruh lagi jika untuk menarik perhatian orang-orang.

Pria itu mendecih sambil memegang rahang wajahnya. Ia merasakan kepalanya pusing karena pukulan yang didapatkannya. Setelah merasakan pusingnya meredah, pria itu bangkit dan kembali ingin menyerang Ayas. Namun, tiba-tiba saja dua orang petugas keamanan berbadan kekar menghentikan tindakan pria itu.

"Lepasin!" pekik pria itu sambil memberontak untuk melepaskan diri dari cengkraman petugas. "Dasar bocah berengsek! Gue bakalan ancurin wajah lo."

"Bawa dia pergi," ujar Ayas kepada para petugas dan tak mengindahkan ancamam pria itu.

Tanpa menjawab ucapan Ayas, dua petugas keamanan itu langsung menyeret pria berewok itu ke arah pintu belakang. Perlahan, para pengunjung yang menyaksikan keributan itu juga mulai berkurang dan melanjutkan dunia mereka masing-masing.

Setelah tubuh pria dan kedua petugas itu menghilang, Ayas langsung berbalik ke arah Deliya.  "Del, lo nggak apa-apa?" tanyanya kembali.

Deliya menggeleng lemas sambil sesenggukkan. "N-nggak," jawabnya lirih.

Melihat reaksi Deliya yang ketakutan, serta pakaian gadis itu yang tanpa lengan dipadu dengan jeans semata kaki, Ayas langsung melepas jaket yang dikenakannya dan memakaikannya ke tubuh Deliya, asal. Tanpa banyak bicara, Ayas merapatkan tubuhnya ke Deliya, merangkulnya, dan menuntunnya untuk segera keluar dari dalam klub.

She Is PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang