015

3.1K 216 13
                                    

Hi love, maaf jika ada typo atau kesalahan lainnya.
Kritik dan saran dipersilakan.

------

Berita yang tersebar di televisi, sosial media, aplikasi yang memiliki situs news today, dan bahkan grup kelas sedang ramai menginfokan sebuah pembunuhan seorang pria yang diperkirakan terjadi tadi malam.

Berita ini bahkan tersebar bagaikan hembusan angin di SMA Citra Hati dan menjadi topik perbincangan hangat sejak pagi hari tadi. Pasalnya, lokasi pembunuhan ini tak jauh dari sekolah itu dan diperkirakan jaraknya sekitar tiga kilo meter ke tempat kejadian yang berada tepat di sebuah pembangunan gedung yang telah dihentikan.

Berita pembunuhan ini menimbulkan banyak spekulasi. Ada yang mengira karena dendam, ada yang bilang perampokan atau begal, dan masih banyak rumor, layaknya cuitan-cuitan burung. Sedangkan para warga sekitar tempat kejadian, banyak berpendapat pembunuhan itu terjadi karena dendam.

Menurut info yang beredar pula, pria yang dibunuh itu merupakan seorang pereman yang suka mabuk-mabukan, memalak uang para pengendara motor atau pejalan kaki dan bahkan menjadikan para anak-anak sebagai pengemis. Intinya, dia banyak merugikan para warga sekitar. Dari kejadian ini pula, tak sedikit kalangan awam yang bersyukur karena pria itu meninggal dan berterima kasih bagi siapa pun yang telah membunuhnya.

Namun, kalau dipikirkan lagi, siapa yang berani mendekati pria itu? Dia bertubuh besar, hebat berkelaihi, beraut wajah seram, dan... anehnya, seluruh kulit pria itu seperti dikoyak dengan benda tajam.

Kalau dianalisis, untuk apa membunuh seseorang dan mengoyak-ngoyak kulitnya? dan lagi, menurut info, pria itu meninggal karena sayatan yang ada di leher. Kalau ini perampokan atau begal, apa yang mereka ambil? Tidak ada. Kemudian, apa ini merampok atau membegal seorang pereman? Ini lebih aneh dan sungguh membingungkan.

"Wagelaseh! Horor amat berita hari ini, mana lokasi pembunuhan deket sama sekolah kita," komentar Deliya sambil menggulir layar ponselnya.

Radinka tersenyum melihat wajah Deliya yang menatap layar ponsel tak percaya. "Pembunuhan itu kelihatan aneh, banyak yang ganjil," ujar Radinka.

Deliya manggut-manggut sambil berpikir. "Bener." Ia menanggapi ucapan Radinka yang duduk di depannya. "Bunuh orang kenapa harus nyayatin kulit? Aneh."

"Kayak psikopat, ya gak?" celetuk Radinka.

"Bener banget!" seru Deliya sambil menjentikan jarinya ke hadapan Radinka. "Kalau menurut lo, gimana? Pendapat lo tentang berita menggemparkan ini?" Deliya menoleh sambil menyenggol pelan lengan Jovanka yang duduk di sampingnya.

Jovanka menoleh ke arah Deliya, sambil menggigit sepotong roti isi coklat yang ia beli tadi. "Hmm, mungkin karena dendam."

Salah satu alis Deliya terangkat. "Kok gitu?"

"Dari berita," jawab Jovanka enteng, sedangkan Deliya hanya manggut-manggut.

"Udah-udah, mending kamu habisin bakso kamu Del, jangan bahas berita itu mulu." Radinka mulai gemas karena Deliya terus membahas soal pembunuhan itu, sedari setelah memperkenalkannya dengan Jovanka dan Axel tadi.

"Soalnya hot news sih," jawab Deliya polos, lalu mengedarkan pandangannya ke seisi kantin yang padat akan para murid SMA Citra Hati. "Gue yakin, sembilan puluh persen penghuni kantin ini, mereka lagi bahas soal pembunuhan ini juga."

Jovanka, Axel, dan Radinka ikut mengedarkan pandangan, lalu manggut-manggut setuju secara bersamaan, namun enggan mengeluarkan suara. Karena mereka yakin, kalau itu kembali dibahas, pasti Deliya tak akan menyelesaikan makanannya dan akan sibuk mengeluarkan pikirannya sendiri.

Hening. Sekarang suasana diantara mereka berempat benar-benar hening dengan kegiatan menikmati makanan masing-masing. Namun, tiba-tiba seorang cowok duduk di samping Jovanka yang diikuti oleh tiga orang lainnya.

Jovanka, Axel, Deliya, dan Radinka menoleh heran ke arah empat orang itu. Dalam pikiran Deliya dan Radinka hanya terlintas satu kata sekarang, yaitu 'malapetaka'. Kalau bukan malapetaka apa lagi? Pasalnya, cowok itu adalah salah satu master bully di sekolah, siapa lagi kalau bukan Aldi beserta kawan-kawannya.

"Hai, Jovanka," sapa Aldi tersenyum manis ke arah Jovanka, menampilkan lesung pipi di sebelah wajahnya.

"Hai," jawab Jovanka singkat, super-duper singkat, lalu mengabaikan Aldi dan kembali menikmati rotinya kambali.

Deliya berdecak. "Ngapain kalian gangguin kami? Meja kosong masih banyak," ujar Deliya.

"Suka-suka kitalah bocah. Emang kantin kake buyut lo, apa?" respon Akmal.

"Kita juga nggak ngomong sama lo, tapi mau ngomong sama Jovanka." Sekarang Abdul yang berkomentar.

"Kalian berdua! Kalo ngomong sama cewek cantik jangan nyolot dong, dasar setan." Ayas menoel kepala Akmal dan Abdul yang duduk di kiri-kanannya hingga membuat mereka berdua melotot sebal. "Maaf ya Del, mereka nggak maksud nyolot kok," sambungnya sambil mengeluarkan senyuman maut kepada Deliya.

Mendengar sedikit ucapan dari Ayas yang menurutnya termasuk dalam kategori gombalan, bukannya tersipu malu, Deliya malah bergidik ngeri dan geli. Karena, ia tahu betul siapa Aldi in the geng. Pereman sekolah, prince of bully dan yang paling-paling kampreting itu, mereka terkenal sebagai play boy clas diamond.

Aldi berdecak. "Kalian diem, jangan ribut!" Ia melotot ke arah tiga sohibnya yang duduk di hadapannya.

"Shiap bos!" ucap Ayas, Akmal dan Abdul secara bersamaan, membuat Deliya dan Radinka menggeleng tak percaya dengan sikap konyol ketiga cowok itu. Sedangkan Jovanka dan Axel hanya diam.

"Jovanka." Aldi merangkul bahu Jovanka untuk mengurangi jarak di antara mereka.

Jovanka sedikit kaget dengan tindakan Aldi, namun raut wajahnya tetap biasa saja. Ia juga menoleh sesaat ke arah tangan Aldi yang merangkul bahunya. Sekarang, Jovanka menyadari tak ada lagi jarak di antara tubuh mereka.

Sedangkan Axel, tanpa mengeluarkan sepata kata pun, ia menatap tajam pemandangan di depannya seraya meremas roti isi karamel yang telah ia habisi setengah.

Menyadari tatapan Axel yang menurut Aldi menyeramkan, ia pun melepaskan rangkulannya itu. "Santai bro, santai," ujarnya bermaksud menenangkan Axel. "Kan gue udah bilang, gue ini calon adik ipar lo dan lo calon kakak ipar gue."

"Jovanka, lo terima aja ya Aldi," ujar Akmal tiba-tiba.

"Bener! Lo mau gak jadi pacar gue? Gue bisa jamin kebahagian lo, gue bisa kasih semua barang yang lo mau. Pastinya, lo nggak bakalan nyesel pacaran sama gue dan lagi, gue nggak kalah ganteng dari artis-artis se-Asia," cerocos Aldi bangga dengan dirinya. "Gue juga ngerasa kita ini berjodoh. Ramalan gue kemarin benerkan, kita bakalan ketemu lagi."

"Ha?!" kaget Deliya lalu tertawa renyah. "Lo mabok apa gimana? Ramalan bakal ketemu? Ya pasti ketemulah, lo sama Jovanka satu sekolah, dan lagi ini kantin."

"Hus! Bocah diem, jangan banyak komen," ucap Ayas, Akmal, dan Abdul lagi-lagi secara bersamaan hingga membuat Deliya mendengus kesal.

Aldi memutar bola matanya jengah, lalu berusaha mengabaikan orang-orang di sekitarnya. Ia pun berusaha meraih tangan Jovanka namun, tiba-tiba sepotong nugget goreng melayang dan mengenai wajahnya.

Sontak Aldi mengelap kesal daerah wajah yang dikenai nugget dengan tangan kosongnya. Ia memukul meja, lalu berdiri seraya mengedarkan pandangannya, mencari siapa pelaku dari pelemparan nugget itu. "Siapa yang berani ngelempar benda menjijikan itu ke gue?!"

Tiba-tiba seisi kantin terdiam dengan gebrakan meja serta suara lantang Aldi. Para pedagang juga menghentikan aktivitas mereka dan melihat apa yang terjadi. Bunyi jangkrik pun ikut ambil bagian sebelum seseorang berdiri dengan tangan kanannya memegang setusuk nugget goreng.

"ANSELIO! LO LAGI, LO LAGI!"

She Is PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang