044

1.4K 101 36
                                    

Enam hari sudah SMA Citra Hati menjalankan Ujian Sekolah bagi kelas dua belas. Selama enam hari pula ekspresi penuh tanya, cemas, dan takut menghiasi wajah para murid. Walau kebanyakan dari mereka masa bodoh dengan ujian itu namun, tetap saja tumpukkan buku dan catatan akan mengambil alih dunia merereka, walaupun hanya sebentar.

Hingga hari sabtu tiba, saat ulangan terakhir di hari itu selesai membuat mereka lebih santai dan melenyapkan sedikit beban. Walaupun mereka tak akan lolos dari kenyataan bahwa minggu depan, dari hari senin hingga selasa mereka harus melanjutkan Ujian Sekolah kembali.

Waktu singkat ini dimanfaatkan bagi sebagian murid untuk kumpul keluarga, bersantai di tempat-tempat favorit, menuntaskan waktu tidur yang terpotong, ataupun belajar untuk ujian selanjutnya. Seperti Arvin misalnya, dia malah melakukan pesta kecil di halaman belakang rumahnya untuk merayakan ulang tahunnya yang ke delapan belas. Dia juga mengundang teman kelas, beberapa kenalan, serta beberapa teman bisnis orang tuanya. Katanya sih, hitung-hitung untuk refreshing biar nggak setres.

Hingga sekarang, waktu telah menunjukkan tepat pukul tujuh malam. Para tamu pun sudah mulai berdatangan dan mengisi area halaman belakang rumah Arvin. Halaman itu juga telah didekorasi dengan lampu-lampu kecil, tanaman hias imitasi yang menambah kesan estetik, serta panggung kecil yang menjadi tempat pertunjukan musik. Ditambah lagi dengan tema pesta Arvin adalah elegant dengan warna putih dan dark blue, hingga membuat pesta malam ini terlihat lebih menakjubkan.

Sejak sore tadi senyum Arvin tak henti-hentinya merekah karena, mama dan papanya pun berada di rumah untuk merayakan ulang tahunnya kali ini. Tak seperti ulang tahun Arvin yang ketujuh belas, alias tahun kemarin yang hanya dirayakan seadanya hanya dengan makan-makan di restoran bersama mamanya, karena papanya sedang ada seminar di negara tetangga.

"Aksa," panggil Arvin begitu sohibnya itu terlihat melewati pintu samping dan bersama dengan seorang gadis yang tak asing lagi, yaitu Radinka. "Wahh, lo cantik banget malam ini, Ra," sambung Arvin begitu sepasang kekasih itu berdiri di hadapannya.

"Bisa aja lo, Vin." Radinka tersipu malu. "Ini kado buat lo," sambungnya sambil mengulurkan kotak kado berwarna biru langit yang diikat dengan pita berwarna biru gelap ke Arvin, dan langsung diterima oleh cowok itu tanpa malu.

"Thanks you, Ra. Padahal nggak perlu repot-repot," ujarnya senang. "Soal omongan tadi, lo beneran cantik banget malam ini," sambungnya sambil melirik Aksa, bermaksud mengundang amarah sohibnya itu.

Dan benar saja, Aksa langsung melotot saat mendengar pujian kedua kalinya untuk Radinka. "Radinka itu pacar gue," peringat Aksa yang langsung mendapat tawa dari Arvin. Sedangkan Radinka yang mengingat outfit dres selutut dengan heels bertali yang dikenakannya, dia hanya dapat tersenyum malu.

"Deliya di deket gazebo. Dia lagi ngemilin es krim cake." Arvin menunjuk arah gazebo dengan pergerakan matanya. "Gue harus nunggu beberapa tamu lagi, silakan nikmati pestanya," sambung Arvin sambil tersenyum, lalu meninggalkan pasangan itu untuk melangkah menuju beberapa tamu yang baru saja datang, setelah pasangan di hadapannya itu mengangguk hampir bersamaan.

Sebenarnya, Aksa dan Deliya telah berada di rumah Arvin sejak siang tadi untuk membantu mengatur dekorasi ataupun membantu hal kecil lainnya. Walaupun tugas-tugas itu telah menyewa para profesional, tapi Arvin merasa kurang afdol kalau bukan diawasi langsung oleh orang kepercayaannya. Namun alasan sebenarnya sih, Arvin ingin menyibukkan kakak adik itu, alias mengerjai mereka dengan menyuruh ini dan itu.

"Deliya...," panggil Radinka begitu melihat Deliya sedang berdiri di samping meja es buah di samping gazebo. Dan benar kata Arvin tadi, bahwa gadis itu sedang memakan kue. Terbukti dengan Deliya yang sedang memegang sebuah piring kecil yang berisikan sepotong kue. "Uwahhh, lo cantik banget." Mata Radinka bak berbinar saat melihat dres selutut berwarna dark blue bermotif batik serta heels senada dengan dres yang melekat di tubuh Deliya.

Deliya mengangguk bangga berkali-kali. "Cantik, kan. baju gue sama Aksa disponsori oleh Arvin, karena bantu-bantu dari siang di sini," jelasnya antusias. Sanggat terlihat Deliya benar-benar menyukai penampilannya malam ini. "Kak Radinka juga cantik."

"Kamu bisa aj--"

"Hai." Sapaan itu memotong ucapan Radinka dan membuat dirinya, Aksa serta Deliya menoleh hampir secara bersamaan.

"Jovanka!" ujar Deliya girang bukan main, karena sudah beberapa hari terakhir ini ia tak bertemu dengan temannya itu dikarenakan libur. "Aku kangen," sambung Deliya setelah melangkah ke arah Jovanka dan memeluknya sesaat.

Jovanka membalas sapaan Deliya dengan senyum. Sejujurnya ia bingung harus bereaksi seperti apa, sebelum akhirnya memutuskan untuk menyapa Radinka dan Aksa dengan lambaian tangan. "Hai," ujar Jovanka namun sayang, sapaan itu hanya dibalas oleh Radinka, tidak dengan Aksa.

"Uwaaa!" Mulut Deliya terbuka lebar dengan mata yang membulat sempurna saat melihat Axel serta Anselio berjalan ke arahnya dan berdiri tepat di samping Jovanka.

"Tutup mulut, lo," bisik Radinka hingga mengalihkan perhatian Deliya, bermaksud memperingati sikap gadis itu.

Deliya mengerjap dan tersadar dengan kelakuannya. "Uwa... kalian berdua, pangeran?" ujarnya sebelum menyadari bahwa, sebagian besar tamu juga memperhatikan dua cowok di hadapannya itu, terutama para tamu perempuan.

Anselio tersenyum. "Jangan bilang gitu, pangeran malam ini tetap Arvin," ujarnya bijak.

Deliya mengibaskan salah satu tangannya ke udara. "Arvin lewa--"

"Woi, Deliya," panggil Arvin memotong ucapan Deliya sambil melangkah ke arah gadis itu. "Jangan merusak suasana hati gue. lo pasti mau jelek-jelekin gue lagi, kan?" peringatnya saat tiba di samping Aksa.

Deliya memutar bola matanya malas. "Oke," turutnya ketus dan tak ingin memperpanjang masalah dengan cowok itu, karena malam ini pasti malam sepesial bagi dia.

Arvin tersenyum. "Good girl." Ia menjentikkan jarinya dan menunjuk sesaat ke Deliya. "Kalau begitu kita ke depan. Gue mau mulai acara potong kuenya," sambung Arvin dan langsung diikuti oleh teman-temannya.

***

"Saya mendapat laporan dari salah satu tim A, baru-baru ini mereka menemukan kembali, adanya transaksi ilegal dan penyelundupan obat-obatan di dua tempat yang berbeda. Namun, jelas-jelas dilakukan oleh satu orang yang sama," jelas seorang pria tinggi berotot yang mengenakan setelan rapi serba hitam.

Alterio menghentikan jari-jarinya yang menari di atas keyboard laptop dan melihat pria di hadapannya tajam. "Are you sure?"

Pria itu mengangguk. "Seperti dugaan Tuan, dia menjalankan bisnis ilegal." Ada jeda sesaat. "Walau bukti yang kami temukan hanya sedikit karena mereka terlalu berhati-hati dan langsung melenyapkan bukti. Namun, bukti yang kami temukan itu pasti sudah cukup."

Alterio tersenyum. "Bagus, kerja bagus. Awasi dia terus, namun tetap hati-hati. Jangan sampai saya mendengar adanya kesalahan," ujar Alterio dengan Jari-jari yang sudah menari kembali di atas tombol keyboard.

"Ta-tapi tuan," ujar pria itu sedikit ragu dan langsung mendapat perhatian Alterio kembali. "Saya mendapat kabar dari tim yang ada di Jepang, bahwa target telah berpindah ke Indonesia."

"APA?!" Alterio kaget bukan main dan langsung membuatnya bangkit dari duduk. "Sejak kapan?"

"Sekitar dua minggu."

"Kenapa baru memberi tahu saya sekarang?!" Nada suaranya naik satu oktaf.

Pria itu menunduk dalam. "Ka-karena Tuan sibuk."

Alterio memijat pelipisnya sesaat sebelum akhirnya ia tersenyum miring ketika mengingat jadwal padatnya beberapa pekan terakhir ini. "Uwa... saya tidak mengira pergerakannya akan secepat ini," ujarnya sakartis. "Beri tahu tim yang ada di Jepang, awasi target dua kali lipat dari biasanya. Kalau perlu belasan atau bahkan puluhan kali lipat, mengerti?!"

"Mengerti," jawab pria itu cepat dan tegas.

"Baik, keluarlah," perintah Alterio dan langsung dituruti oleh pria itu. "Kurang ajar!" bentaknya kesal saat bunyi pintu telah ditutup kembali.

------
Thanks you for reading
Have a nice day.

She Is PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang